Pesta ulang tahun Alexandra diadakan di kediaman keluarganya. Ruangan besar telah didekorasi dengan indah. Para putra dan putri bangsawan yang diundang telah menghadiri acara itu. Lysire datang tepat waktu. Ia turun dari kereta kudanya lalu masuk dan segera disambut oleh Alexandra dengan ramah dan hormat."Silahkan menikmati pestanya, Yang Mulia Ratu." Alexandra perlu menyapa tamu yang lain, jadi ia meninggalkan Lysire seteah Lysire memberikan anggukan singkat.Lysire datang bersama dengan Myrrah dan Riona tadi, tapi keduanya tidak ikut masuk ke dalam ruangan pesta bersamanya."Yang Mulia Ratu." Amarise menyapa Lysire. Wanita itu mengenakan gaun berwarna merah muda yang membuatnya tampak begitu indah. Amarise adalah salah satu dari tiga wanita tercantik di Celestria, jadi akan ada begitu banyak anak laki-laki bangsawan yang menyukainya. Sebelumnya di setiap pesta, Lysire yang akan menjadi pusat perhatian. Banyak pria yang akan mengagumi dan mencoba mendekatinya, tapi saat ini mereka
Plak! sebuah tamparan keras mendarat di wajah Amarise, darah mengalir dari sudut bibir wanita itu."Bagaimana bisa aku memiliki anak menjijikan sepertimu!" murka Wayne. Ia telah mendengar apa yang terjadi di kediaman menteri kehakiman."Ayah, aku benar-benar tidak tahu yang terjadi. Gaunku basah, aku pergi ke kamar tamu di kediaman Alexandra untuk mengganti pakaian. Lalu semua itu terjadi.""Tutup mulutmu!" geram Wayne. "Apakah kau pikir aku akan percaya pada omong kosongmu! Amarise kau benar-benar tidak berguna!"Air mata terus mengalir di wajah Amarise, ia sudah kehilangan kesuciannya dan sekarang ia harus menghadapi kemarahan ayahnya. Seumur hidupnya ia tidak pernah dimarahi oleh ayahnya, meski tidak begitu dimanjakan, tapi ayahnya selalu bicara dengan lembut dan penuh kasih terhadapnya."Enyah dari hadapanku! Melihatmu hanya membuatku menyesal memiliki anak sepertimu!" bengis Wayne.Amarise menatap ayahnya sejenak sebelum akhirnya ia berbalik dan pergi. Ia berharap ayahnya akan me
"Nona Amarise, dari tadi kau menuduhku seperti itu. Apakah kau memiliki bukti? Jika kau tidak memiliki bukti maka kau telah memfitnahku!" seru Lysire dingin."Lysire, kau benar-benar licik. Kau sudah merencanakan semuanya dengan rapi sehingga tidak ada bukti atas perbuatanmu! Apakah kau tidak takut jika Sang Pencipta akan menghukummu!"Lysire tertawa kecil. "Aku tidak melakukan apapun, kenapa aku harus takut?""Tuan Trystan, adikmu telah memfitnah istriku dan dia bersikap sangat lancang di kediamanku. Aku ingin tahu seperti apa Perdana Menteri mendisiplinkannya.""Yang Mulia, dia tidak hanya mengancamku, tapi juga ingin membunuhku," seru Lysire.Tatapan Kainer kini menajam. "Nona Amarise benar-benar memiliki nyali yang besar ingin membunuh Ratuku.""Yang Mulia ampuni adikku, dia mengalami depresi karena diperkosa oleh Tuan Louis.""Kakak, kau seharusnya meminta keadilan untukku, bukan meminta pengampunan seperti ini. Aku adalah korbannya di sini." Amarise berkata marah. Ia sangat putu
"Yang Mulia aku ingin menemui Amarise untuk terakhir kalinya. Bagaimanapun kami bersahabat sejak masih kecil." Lysire meminta izin pada Kainer."Pergilah.""Terima kasih, Yang Mulia." Lysire kemudian berpisah dengan Kainer.Kainer menatap punggung Lysire yang semakin jauh. Lysire bisa membohongi semua orang, tapi tidak dengannya. Ia tahu bahwa Lysire memang menjebak Amarise, tapi ia berpura-pura tidak tahu dan masuk ke dalam permainan Lysire.Untuk wanita yang ia cintai, ia bisa menutup matanya dan memutarbalikan fakta. Ini adalah kelemahannya. Selain itu wanita seperti Amarise memang akan lebih bagus disingkirkan dari hidup Lysire.Jadi, apakah benar Lysire menjebak Amarise karena tidak rela Amarise menikah dengan Xarion? Sekuat itukah cinta Lysire ke Xarion sehingga Lysire bahkan sampai menjebak sahabatnya sendiri?Kainer benar-benar tidak mengerti permainan seperti apa yang sedang dimainkan oleh Lysire dan Xarion saat ini. Di depannya Lysire seolah sudah tidak peduli dengan Xarion
Amarise ditemukan tewas di penjara, tubuh tak bernyawa wanita itu telah diserahkan ke kediaman Wayne.Wayne menolak untuk memakamkan putrinya yang telah menghancurkan keluarga mereka, jadi yang mengurus mayat wanita itu adalah ibu dan kakaknya.Meski Amarise telah melakukan kesalahan yang sangat besar, sebagai seorang ibu yang telah melahirkannya, Lilianna mana mungkin tidak sedih dan mengabaikan tubuh putrinya.Hatinya hancur melihat akhir tragis Amarise. Ia berpikir bahwa putrinya akan menjadi nyonya muda dari keluarga hebat, hidup dalam kenyamanan dan bahagia. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Putrinya bunuh diri karena kesalahan besar yang sudah ia perbuat.Lilianna dan Trystan memakamkan Amarise, keduanya kini berdiri di depan gundukan tanah yang mengubur tubuh Amarise."Bu, ayo kita pulang." Trystan bersuara pelan. Ia memeluk ibunya yang menangis dalam diam."Trystan, apakah adikmu benar-benar melakukan hal menjijikan seperti itu?" Lilianna masih tidak percaya bahwa putriny
"Bu, apakah Ibu dan Ayah sudah memikirkan tentang calon istri Corvin?""Kenapa tiba-tiba menanyakan tentang hal itu?" tanya Caia. "Apakah kau memiliki kandidatnya?""Aku rasa Nona Ophira dari kediaman Perdana Menteri cocok untuk Corvin," jawab Lysire. "Dia bijaksana dan rendah hati seperti Perdana Menteri. Selain itu dia juga suka menolong orang lain. Kepribadiannya sangat baik.""Ah, rupanya dia telah memenangkan hatimu," seru Caia. "Ibu akan membicarakan tentang hal ini pada ayahmu dan Corvin.""Ya, Bu.""Di mana Corvin sekarang?""Sedang berlatih pedang.""Aku akan menemuinya dulu.""Ya, Putriku."Lysire segera melangkah menuju ke arena berlatih. Ia melihat adiknya saat ini sedang menggunakan pedang.Senyum tampak di wajah Lysire, ia mengambil pedang yang tersedia di sana lalu masuk ke arena latihan.Meski Corvin lebih muda dari Lysire, tapi perawakannya lebih besar dari Lysire. Tubuhnya tegap dan sedikit berisi dengan otot-otot yang mulai terbentuk.Denting pedang mulai beradu. Co
Usai makan malam, Lysire membawa Kainer untuk berkeliling kediaman orangtuanya lalu kemudian berhenti di taman yang diterangi oleh lampu dan cahaya rembulan."Kenapa Yang Mulia menyusulku?" Lysire memiringkan wajahnya, menatap pria tampan di sebelahnya."Apakah harus ada alasan menyusul istriku sendiri?"Lysire kini berdiri di depan Kainer. Ia menatap Kainer dengan tatapan menggoda. "Yang Mulia, kau tidak bisa tidur tanpaku didekatmu, kan?"Kainer sudah beberapa kali menghadapi Lysire yang menggoda seperti ini, dan ya, ia tetap saja tidak kuat menahannya. "Benar, aku tidak bisa tidur tanpamu di dekatku.""Yang Mulia, kau sangat mencintaiku ya sampai-sampai tidak bisa tidur tanpaku."Kainer tidak pernah mengutarakan perasaannya terhadap Lysire. Sejauh ini ia belum mengucapkan bahwa ia mencintai wanita ini. Egonya masih belum mengizinkan dirinya mengatakan itu saat di hati Lysire ada pria lain.Tidak menjawab, Kainer membungkam mulut Lysire dengan ciuman yang penuh gairah.Lysire hampir
"Ratuku." Kainer menyadari kedatangan istrinya.Lysire segera menyembunyikan keresahannya, ia menampilkan wajah tenangnya dan mendekati Kainer."Kebetulan sekali kau datang. Aku dan Isaac sedang membicarakan mengenai sekolah gratis," seru Kainer. "Kemarilah dan bergabunglah dengan kami.""Ya, Yang Mulia."Lysire kemudian terlibat dalam percakapan Kainer dan Isaac, tapi ia tidak begitu fokus. Saat ia melihat wajah Isaac ia benar-benar ingin meluruskan benang kusut yang ada di kepalanya. "Gedung sekolah gratis akan segera dibangun. Sarjana-sarjana muda yang bersedia mengajar akan dipekerjakan di sana." Kainer memberitahu Lysire."Itu bagus, Yang Mulia. Anak-anak Celestria pasti akan sangat senang mengetahui bahwa mereka juga bisa bersekolah." Lysire memberikan komentarnya. Setelah membahas mengenai sekolah gratis, kini Kainer dan Isaac membahas mengenai pertanian. Dari yang Lysire dengar, ia bisa menyimpulkan bahwa Isaac memiliki keahlian di berbagai bidang.Pembicaraan mereka bertig