~ Beberapa menit sebelumnya ~Saat tiba di lokasi tujuan, Jolie semakin yakin pada kecurigaannya. Wanita yang masih berada di dalam mobil itu menatap gedung besar, di mana gedung itu merupakan penthouse milik Bryan.Dena pasti memiliki rencana ingin mempermalukan Jolie.Jolie merasa tak salah pada pemikiran itu. Mengingat bagaimana piciknya Dena, sudah pasti dia memikirkan sebuah rencana yang mengejutkan. Apalagi dia meminta Jolie menemuinya di kediaman Bryan, Dena pasti merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan pemberitaan mereka.Jolie tak peduli. Jika Dena yang tak tahu malu itu memaksakan kehendak, Jolie pun akan bersikap sama. Demi Zoey, Jolie akan melakukan apa pun dan tak akan mengizinkan siapa pun merusak niatannya untuk menyelamatkan nyawa putrinya.Tok tok tok!Jolie berpaling ke sisi kiri di mana seseorang mengetuk kaca jendela pintu mobilnya. Tatapannya sinis, seperti menunjukkan rasa tidak suka yang begitu angkuh kepada asisten Dena—seseorang yang mengetuk.“Saya akan me
Kedua tangan Dena sudah mengepal kencang, sudah gemetaran karena menahan emosi yang terkumpul penuh. Sementara itu matanya telah membelalak penuh kebencian pada Jolie yang menghina lewat senyuman manis di pelukan Bryan.Batin Dena merutuk kesal, seharusnya posisi Jolie itu sedang diperankan oleh dirinya. Bahwa dia yang seharusnya bersandar tenang di pelukan kemudian tersenyum manis menghina Jolie.Semuanya berubah dan tak berjalan sesuai rencana. Dena sudah mempersiapkan perangkap untuk menghina dan mempermalukan Jolie. Akan tetapi, realitanya malah Dena yang terjebak dalam perangkapnya sendiri.“Harusnya aku menyingkirkanmu dengan kejam sejak dulu agar kau tidak kurang ajar seperti sekarang.” Bryan dengan sengaja mengucapkan lambat-lambat setiap kata yang penuh ancaman dan hinaan itu, sampai-sampai gerahamnya menggemeretak akibat emosi.Pria tampan itu mengeluarkan handphone dari saku celana depan tanpa melepaskan Jolie dari pelukan tangannya. Tanpa menghentikan sorot mata tajam yan
Jolie masih dibuat takjub oleh Bryan. Bahkan ketika mereka dalam perjalanan menuju rumah sakit, jantung Jolie masih berdebar-debar kencang tak keruan. Bahkan di balik sikap tenangnya, Jolie sembunyi-sembunyi melirik Bryan yang fokus menyetir di sebelahnya. Dia masih menganggap semuanya seperti mimpi. Sikap hangat Bryan, ciuman manis yang menggairahkan serta lamaran tulus yang Bryan ucapkan menggetarkan jiwa seorang Jolie.Jolie juga tak melupakan bagaimana mata tajam Bryan yang mengaku cemburu, seolah-olah Jolie miliknya yang mutlak. Jika bisa disimpan, Jolie ingin menangkupnya dalam satu genggaman. Namun, ada batu kerikil yang mengganjal hati mengenai perubahan sikap Bryan. Jolie merasa takut jika Bryan kembali seperti dulu di mana awal-awal kedekatan mereka.Bukankah Bryan begitu manis sampai Jolie percaya sepenuhnya?“Apa yang kau pikirkan?” Bryan sengaja memecahkan keheningan diantara mereka. “Sejak tadi kau terlihat memikirkan sesuatu. Apa kau ragu padaku?”Jolie hanya diam dan t
~ Beberapa hari kemudian ~Bryan telah melakukan pemeriksaan yang menyatakan bahwa dia bisa mendonorkan sumsum tulang belakang. Kondisi tubuhnya juga dinyatakan sehat. Namun, Bryan disarankan tetap menjaga kesehatan sampai operasi dilaksanakan.Kabar baik itu Jolie sampaikan secara langsung kepada Zoey. Bahwa putri cantiknya itu akan segera sembuh setelah menjalani operasi transplantasi sumsum tulang belakang. Jolie juga mengatakan jika Bryan yang memberikan sumsum tulang belakangnya kepada Zoey.Zoey sangat senang. Apalagi ketika Jolie memberi tahu bahwa Bryan adalah ayah kandungnya, Zoey tak habis-habisnya tersenyum bahagia. Sebab orang yang menyelamatkannya adalah ayah yang sangat dirindukan.Kabar bahagia itu juga Jolie beritahukan kepada orang tuanya. Mereka sangat bahagia, namun kemudian terkejut ketika Jolie memberi tahu Bryan adalah ayah kandung dari anak-anaknya.Hari itu adalah hari di mana Jolie dan Bryan datang ke rumah orang tuanya Jolie. Mereka datang di waktu makan sian
Deg! Jantung Bryan terasa sakit saat melihat sorot mata kepedihan Daroll, seperti tertusuk pisau dan merobek jantungnya. Pria tampan itu menatap mata Darrol penuh dengan rasa haru dan tekad. “Terima kasih, Tuan Darrol. Aku janji akan menjaga Jolie dengan sepenuh hati dan memberinya cinta sebesar-besarnya. Dia adalah harta berharga bagiku. Aku tidak akan mengulangi kebodohanku lagi—menyakiti Jolie.”Darrol mengangguk perlahan, ekspresinya berkecamuk pada kelegaan dan kekhawatiran. “Aku akan memisahkanmu dari Jolie beserta anak kalian jika kau mengingkari janji. Jagalah Jolie dengan baik dan jangan biarkan dia merasa sendirian. Anak beserta cucuku adalah jantung duniaku.”Bryan tersenyum tipis dalam keheningan yang menggantung. Dia dengan sengaja mengulurkan tangan guna berjabat tangan kepada Darrol. “Anda bisa membunuhku jika ingkar janji, Ayah Mertua.”Darrol berdecih sinis, sementara sorot matanya terang-terangan mengejek Bryan yang semakin percaya diri mengulas senyuman. Dia menyam
Perasaan Jolie cukup tenang ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit. Hal itu karena dia tak lagi mencemaskan Jayden yang akan ditemani Bryan malam hari nanti. Putranya itu tidak akan lagi merasa sepi jika Jolie menjaga Zoey di rumah sakit. Selain itu Jayden dan Bryan bisa saling mengakrabkan diri tanpa kehadirannya. Namun, sayangnya, Jolie tak bisa menepis rasa penasaran yang menyapa jiwa.Jolie menoleh ke sisi kanan di mana Bryan sedang duduk di dalam mobil yang sama dengannya. Matanya yang tenang berusaha keras menyelami sikap Bryan. Pria tampan itu tiba-tiba saja tak banyak bicara setelah menjawab telepon. Dia hanya sekadar berbicara untuk membalas perkataan Jolie. Bahkan ketika bertemu sampai berpamitan dengan Jayden, Bryan masih bersikap sama seperti berusaha keras menyembunyikan sesuatu.“Bryan,” Jolie menyapa lembut. Tangannya dengan sengaja mengguncang lemah tangan Bryan demi menarik perhatian. “Apa ada masalah?” lanjutnya perhatian.Bryan yang tersentak tak menyadari telah
“Selamat datang, Tuan Bryan.”Senyuman tipis Bryan menanggapi Arne di rumah Jolie yang ramah menyambut kedatangannya. Pria tampan itu masuk ke dalam kediaman, matanya memindai ruangan depan sampai menjurus lebih ke dalam yang didominasi oleh keheningan.“Di mana Jayden?” tanya Bryan perhatian.“Tuan Jayden ada di kamarnya, Tuan. Apa Anda ingin saya memanggilnya?”“Tidak perlu. Biar aku saja yang menemuinya.” Bryan melarang cepat karena tak ingin mengusik Jayden.“Kami telah menyiapkan kamar tamu yang bisa Anda gunakan. Pakaian dan beberapa keperluan milik Anda yang diantar oleh Tuan Pete telah saya letakkan di kamar tamu,” jelas Arne dengan tutur penuh kesopanan.Bryan tidak langsung merespon karena merasa keberatan. Pikirannya dan perasaannya yang sedang dalam keadaan buruk membuat Bryan ingin menemukan sebuah hiburan. Jika dia setuju menempati kamar tamu itu, bisa dipastikan Bryan akan sendirian menata perasaannya yang berkecamuk.“Aku akan tidur di kamar Jayden saja.” Bryan menyata
Jolie menutup buku cerita yang baru saja dibaca setelah memastikan Zoey terlelap tidur. Dia meletakkan pelan-pelan ke meja nakas, berusaha tak menimbulkan suara apa pun yang takut mengganggu ketenangan Zoey tertidur. Wanita cantik itu tak lupa merapikan selimut Zoey.Jolie menatap kosong Zoey yang tertidur lelap. Dengan tangan gemetar, dia mengelus-elus kepala Zoey seringan mungkin seperti menyentuh jaring laba-laba. Namun, sentuhan itu tak bisa Jolie lanjutkan ketika mendapati beberapa helai rambut Zoey yang rontok. Matanya tak berkedip menatap rambut Zoey di telapak tangannya. Jiwanya telah sesak oleh perasaan sedih yang mendalam, sampai-sampai ingin menitihkan air mata.“Semoga operasi itu berjalan lancar. Zoey dan Bryan diberi keselamatan,” Jolie bergumam lemah sementara tangannya gemetaran menggenggam helaian rambut rontok Zoey.Cepat-cepat Jolie menepis segala kesedihan yang dinilai tak pantas diratapi. Dia sudah menemukan jalan keluar dari segala permasalahan. Selain itu, Jolie