Bang! Aku bilang ya, hamil itu bukan karena ada suami, tapi karena hubungan badan yang berhasil. Ngerti! Kalaupun ada suami, melakukan hubungan sepuluh kali sehari, tapi salah satunya mandul, juga tidak bakal hamil, Bang!”
“Ohw.. lalu siapa yang menghamilimu?”“Itu yang aku tak tahu. Kalau tahu pasti aku cari dia. Dia dapat enaknya, aku dapat sengsaranya!”“Loh, kok bisa adek ngga tahu?“Waduh, Abang tak usah nyinyir lah Bang. Sekarang kalau Abang ingin bantu, bantu aku”“Maksudnya?” Sahut lelaki ituLalu wanita hamil tua menoleh pada lelaki itu dan memandang bola matanya dalam-dalam. Mereka beradu tatap. Inilah momen pertama mereka saling mengetahui wajah lawan bicara.“Abang serius mau bantu!” Tanya wanita itu“Sekiranya aku sanggup, aku bersedia”“Benar?”“Ya, Benar”“Tolong bantu aku nyariin orang yang bisa membeli anak ini. Sebenarnya nih, anak ini sudah mau lahir nih dari kemarin. Karena belum ada yang membeli dia undur keluar”“ Jadi, anak dalam perut ini, mau adek jual”“Iya, buat apa pelihara anak yang tak tahu bapaknya ini”Lelaki itu terngaga, kaget.“Ayo, jangan diam. Kalau abang serius, bantu aku!” wanita ini menantang.Dari tampilan fisik, lelaki itu yakin beberapa hari lagi wanita ini mungkin akan melahirkan. Tanpa pikir panjang, dia menerima tantangan untuk menyelamatkan bayi dalam perut wanita itu.“Oke. Aku bantu. Tunggu sebentar” Lelaki itu berjalan menuju hotel. Tak lama, dia kembali dengan membawa sebuah tas ransel dan berjaket hitam dengan topi melekat di kepala.“Ayo” Lelaki ini mengajak wanita itu pergi“Kemana? Apakah Abang sudah dapat orang yang mau beli anak ini”“Sudah, tenang aja”“Benar nih? Secepat itu?”“Benar” tegas sang lelaki.“Ah, yang serius lah Bang. Masa secepat itu?“Iya,kalau aku bilang sudah, adek yakin sajalah”Setelah beberapa langka, Wanita ini kembali berhenti“Bang, yang serius Bang, Abang benar sudah punya orang yang mau beli anak ini!?”“Dek, sekali lagi ya. Kalau aku bilang sudah, ya sudah. Ngga usah banyak tanya”Wanita itu menyerah, saat lelaki ini membimbingnya naik taksi. Tapi ekspresi di raut wanita hamil berat ini sangat keliru. Ada bahagia, juga dicampuri ekspresi cemas. Berkali-kali dia curi pandang memerhatikan lelaki yang duduk di sampingnya. Lelaki, tetap tersenyum tanpa menoleh.“Rumah Bersalin Kasih Ibu”Taksi berhenti pas di depan gedung berwarna putih yang di puncaknya bertuliskan rumah bersalin itu. Setelah membayar taksi, sang lelaki membimbing wanita ini dengan sangat hati-hati masuk pintu rumah bersalin. Persis seorang suami yang sedang mengantar istri yang hendak melahirkan.Sang lelaki langsung menuju meja pendaftaran dan si wanita hamil duduk di kursi panjang.“Selamat siang, Pak. Ada yang bisa kami bantu”“Iya, ingin mengontrol kandungan istri, Bu”“Boleh. Nama istrinya siapa, Pak?Sang lelaki langsung batuk-batuk mendengar pertanyaan petugas pendaftaran.“Maaf, ambil masker dulu, Bu” Kata lelaki ini sambil berjalan menuju wanita hamil.Kemudian berpura-pura membuka resleting tas untuk mengambil masker. Setengah berbisik, sang lelaki bertanya:“Dek, namamu siapa?”“Oh, iya kita belum kenalan. Namaku Prasti, Bang”Sang lelaki membalikkan badan untuk kembali ke meja pendaftaran.“Maaf bu, sedikit batuk. Soalnya semalam kerja lembur” Sang lelaki minta maaf sambil menutup mulut dengan masker yang belum terpasang“Ya, tak apa-apa. Siapa nama istrinya, Pak?“Prasti, Bu”“Oke, umur, alamat dan anak ke berapa?Kali ini sang lelaki pura-pura bersin mendengar pertanyaan petugas.“Waduh, maaf Bu” sambil berbalik arah kembali menuju wanita hamil. Masih seperti yang tadi, sang lelaki kembali membuka resleting tas dan kembali pula bertanya setengah berbisik.“Prasti, umurmu berapa, alamatmu di mana dan ini anak ke berapa?”“Ohw, 23 Bang, alamat Tanjung Priuk, anak pertama”Sang lelaki itu kembali ke meja pendaftaran“Maaf bu, maaf”“Tak apa-apa, Pak”“Umur istri saya, 23 tahun, kami tinggal di Tanjung Priuk”“Oke, ini anak ke berapa?”“Oh, iya, anak pertama, Bu”“Nama suaminya?”“Oh, Reynal, Reynal Bu. Rey-nya pakai Y bukan I”“Baik, Pak Reynal. Silahkan tunggu, sebentar lagi akan kami panggil istri bapak untuk masuk ruang pemeriksaanLelaki yang mengaku bernama Reynal berbalik dengan santai dan duduk di samping Prasti melepaskan nafas yang tertahan.“Bang, nama Abang siapa sih”“Panggil saja Reynal”Beberapa saat kemudian“Bang, sepertinya mau lahir nih!”“Memangnya ada apa?” Tanya Reynal“ ini......“Ibu Prasti...”Tiba-tiba petugas rumah bersalin memanggil nama wanita hamil itu.“Ya Bu” Prasti dan Reynal bersamaan menyahut.“Silahkan bawa istrinya, Pak” petugas datang menghampiri dan ikut membimbing Prasti menuju ruang pemeriksaan. Prasti terlihat meringis menahan sesuatu.“Tolong bantu angkat, Pak” petugas minta Reynal membantu Prasti naik tempat pemeriksaan. Tak lama berselang, dokter kandungan dengan senyum datang untuk memeriksa dan petugas membuka celana dalam Prasti agar dokter mudah bekerja.“Dok, sepertinya mau melahirkan Dok”petugas berkata pada dokter setelah melihat cairan yang menempel di celana dalam Prasti.“Oh. Iya” Dokter tersenyum pada Reynal calon bapak jadi-jadian.“Pak, peralatan bayi sudah disiapkan? Petugas bertanya pada Reynal.“Iya, bu, ya”“Kalau belum, beli saja di depan, itu ada toko peralatan bayi”“Oke Bu”Reynal berjalan menuju toko, tapi tiba-tiba Prasti memanggilnya sambil meringis kesakitan.“Bang, sini dulu”Reynal tergesa menuju Prasti“Ada apa Pras?”Prasti menarik bahu Reynal dan berbisik“Orang yang mau beli anak ini, mana?”“Ah, tenang aja, sebentar lagi saya minta ke sini” Reynal sambil bergegas menuju toko peralatan bayi.Tak lama, Reynal sang bapak bohongan telah kembali dari toko dan membawa lengkap peralatan penyambutan bayi. Petugas dengan kursi roda membawa Prasti ke ruang persalinan dan Reynal mengiringi.“Pak, selama proses persalinan nanti, bapak kami harapkan mendampingi istri ya?!”“Iya bu”Prasti tak lagi banyak bicara, justru lebih banyak merintih menahan sakit. Sepertinya kelahiran bayi sudah dekat.“Pak, tolong pegang ini, jaga paha istrinya untuk tetap terbuka”Waduh, Reynal canggung, gugup luar biasa. Ia harus menjaga dan berdiri di hadapan seorang wanita bukan istri dalam keadaan terkanggang. Ah, tangan Reynal kemudian perlahan memegang kedua lutut Prasti agar pahanya tetap terbuka.Reynal masih menjaga adab. Kepalanya tidak mengarah pada selangkangan Prasti, tapi menengadah ke langit-langit ruangan serupa seorang suami bermunajat pada penguasa langit untuk berdoa.“Pak, jangan canggung gitu sama istri, yang serius megangnya” Petugas menegur Reynal.Proses kelahiran dimulai.Apakah bayi ini lahir selamat. Bila selamat, siapakah orang yang telah bersedia membeli bayi ini? Apakah Prasti benar-benar tidak punya suami? Dan, apakah Reynal masih perjaka? Ahh..Episode 2Persalinan dimulai. Reynal telah berkali-kali ditegur dokter dan petugas medis karena memegang paha Prasti setengah hati. Wajar, karena Prasti bukan istrinya.Prasti tentu tidak mengetahui peristiwa kecanggungan Reynal itu karena tak lagi punya kesempatan mengamati suasana. Dia tengah bersabung nyawa menahan perih tak tertahankan.“Pak, Bapak jangan canggung gitu. Sama istri sendiri kok gitu sih!?”“Iiiya bu, ya”Reynal menukar posisi. Kini, berdiri di samping perut Prasti, tidak lagi tepat di depan mulut rahim. Dengan begitu, kecanggungan Reynal jauh berkurang. Walau sesekali dada Prasti terhempas-hempas ke lengan Reynal. Sebab, dada prasti tak lagi pakai pembungkus dan tubuh Prasti terus bergerak liar menahan sakit. Tapi Reynal tak peduli itu.Setan, tak tinggal diam rupanya. Ya, setan, mana ada setan yang iklas manusia tidak berbuat dosa. Dalam kondisi strategis ini tentu setan tak perlu berkeringat agar Reynal berbuat salah.“Wahai Reynal, kapan lagi kamu bisa melihat ba
Episode 3_________________________________Reynal menjadi orang yang paling dicari saat ini. Prasti dan Lelaki flamboyan sama-sama menjadikannya sebagai orang yang harus ditemukan, walau mereka mempunyai misi yang berbeda.Bagi Prasti, Reynal mesti ditemukan segera guna mengabarkan duka lara. Setelah pemecatan, hidup Prasti sekarang luntang lantung bersama debu metropolitan. Bila saja dalam beberapa jam ke depan, Prasti tak kunjung berhasil menemukan Reynal, maka mulai siang nanti dia mesti puasa dan tidur di jalanan. Sebab dompet Prasti tidak lagi dihuni rupiah.Sementara lelaki flamboyan, harus menemukan Reynal guna mempertanggungjawabkan tindakkan seenak perutnya yang berani mengaku sebagai suami Prasti dan kemudian membawa lari anak yang baru dilahirkan Prasti tersebut.Belum ada kabar pasti siapa lelaki flamboyan berjas hitam itu hingga dia sangat berkepentingan dengan anak yang dilahirkan Prasti. Apakah dia adalah suami sah atau bapak jalur haram dari anak yang lahir itu? Entah
Episode 4Reynal telah terbusa-busa air liurnya. Tak lain karena ajakan untuk berlendir semalam suntuk yang mengalir dari mulut Prasti. Menurut Reynal, ajakan ini bisa jadi ada seriusnya. Sebab sebagian wanita, ketika sudah merasa nyaman pada seseorang lelaki, maka dengan mudah ia menyerahkan raganya seluas perasaan.Tapi Reynal juga curiga, bisa jadi ini adalah cara Prasti mengukur kemurnian hatinya, apakah memang betul-betul hanya ingin membantu atau karena ada urat di balik celana.Dengan berat hati, Reynal memilih untuk menolak. Karena tujuan utama menemui Prasti bukan untuk mengenyam kelezatan tubuhnya, tapi untuk sebuah misi. Bila ajakan ini dia terima, maka tamat sudah riwayat misi itu, karena Reynal akan dililit jerat indahnya hubungan terlarang.Sekali lagi, Reynal tak bisa berbohong pada dirinya, bahwa dia memang tergiur ajakan aduhai itu. Bagaimana tidak “bibir telah di tepi cawan”. Artinya, menu favorit sudah di depan mulut, tinggal mendorong sedikit saja lalu dikunyah. Ma
Episode 5Adu jurus antara Reynal dan Brully sebenarnya telah berlangsung agak lama. Gendrang perang itu telah ditabuh sejak Prasti hamil 2 bulan. Reynal memutuskan turun ke medan laga demi sebuah misi. Niat mulia untuk menyelamatkan anak yang akan dilahirkan Prasti.Sebab Reynal mendapatkan kabar yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Bahwa Brully, orang yang dia kenal dekat itu, akan membunuh anak dalam perut Prasti. Dengan syarat, apabila yang keluar nantinya berjenis kelamin laki-laki.Reynal tak mungkin membiarkan perilaku bi4dab ini berlaku pada anak yang tidak berdosa. Di mata Reynal, Brully sejenis generasi penerus Firaun, takut pada anak laki-laki yang kelak mengancam nyawa dan kekuasaannya. Reynal menyatakan siap untuk bertarung adu strategi dalam misi penyelamatan anak manusia ini.Reynal berada pada posisi yang lebih beruntung, karena dia mengenal Brully, sementara Brully tak kenal siapa lawannya. Meskipun Reynal adalah Naldi teman dekatnya sendiri.Di mata Reynal, kelaku
Episode 6Tubuh dukun yang sudah dihuni Jin keparat itu mengambil pisau kecil dan mencelupkannya ke nampan berisi air.“Ohhhhh. Anaaakkmu ituuu tak jauuuh dari tempat tinggallmuuuu.Araaah timuuur darii rumahmu. Diipeeliihaaraa seorang ibuu-ibuuu”“Orang yang mencuri siapa, Mbah?“Ju..ggga tak jauh dari rumah..muu, temaanmu juggaa. Kulitnya hitaam, rambuutnnya jaranng”‘Makasih, Mbah”“ketika kamu sudaah ketemmuu anakmuu. Habisi dia, habisi orang yang mendampingi wanitta itu, habisiii ibuunya dan habisiis wanita yang memeliharanyaaa.Titah keempat sudah keluar, naik pula tingkatnya: Setelah menghabisi anak, habisi Reynal, kemudian habisi Prasti dan terakhir habisi wanita yang memelihara anak itu.Setelah memberi informasi singkat, Jin keparat langsung pergi dan tubuh kembali dipakai sang dukun berjanggut pirang. Brully meninggalkan seikat uang yang dibungkus dengan celana bekas pakai anak perawan, tiga lapis.Entahlah, apakah yang datang itu benar-benar jin penguasa gunung Bromo, atau
Inilah Bandung, Kota Kembang berhawa sejuk. Tidak seperti Jakarta yang panas menjerang kulit sepanjang hari. Tempat bagi banyak orang mencari keceriaan, ketika telah lelah berhadapan dengan kemelut batin metropolitan. Inilah kota yang malam ini menjadi saksi antara Reynal dan Prasti. Kota yang akan menguji sekuat apa Reynal bisa bertahan dari hempasan gelombang hasrat. Juga sekuat apa Reyhal menjinakkan selera liar laki-laki ketika telah berduan dengan Prasti, wanita super cantik, separuh bule itu. Tak ada yang menghalangi mereka tidur berdua. Petugas resepsionis tak akan menanya prihal surat nikah mereka. Semua kemudahan untuk bisa berada dalam kamar yang sama tentu tebuka lebar. Memang, mereka datang ke kota ini bukan untuk bercampur keringat. Bukan untuk Reynal mencoba keindahan raga Prasti dari ujung rambut hingga telapak kaki. Juga bukan untuk mencoba kelegitan gawang “made in” Inggris itu. Selalu,Tak dapat diterka kejadian-kejadian unik ketika kaum adam dan kaum hawa berada
Prasti tetap mendesak agar Reynal mau membuka pintu. Sementara Reynal tetap menolak, karena dia tahu bahwa pertahanannya akan segera rubuh bila matanya kembali melihat tubuh Prasti yang aduhai berbalut kain tipis itu.Prasti di luar kamar tetap mengetuk-ngetuk pintu.Dia beralasan takut kembali ke kamarnya karena dihantui mimpi buruk. Reynal tetap pula mendesak agar Prasti kembali ke kamarnya. Tapi, Prasti malah memekik-mekik untuk tetap dibukan pintu. Reynal khawatir, suara Prasti didengar penghuni kamar lain. Sambil menunduk Reynal membuka pintu secara perlahan. Mulut Reynal dengan penuh permohonan membujuk Prasti untuk kembali ke sebelah.Prasti menyerah saat Reynal menggiringnya kembali ke kamar sebelah. Reynal menunduk agar matanya tak melihat tubuh Prasti yang berbalut kain tipis itu. Tapi Prasti melakukan sesuatu sesampai di pintu kamar. Prasti tiba-tiba menarik tangan Reynal untuk masuk ke kamarnya. Dengan segap Prasti langsung menutup pintu dan berdiri membelakang pintu kamarn
Prasti dan Naldi kini berada di lobi hotel. Mereka memutuskan keluar hotel lebih cepat dari jadwal. Tak bisa dipastikan apakah mereka mandi keramas atau tidak pagi tadi. Sehingga kita tidak mendapat gambaran apa yang terjadi setelah kamera dilarikan keluar ruangan. Apakah terjadi adu pinalti atau tidak, kita tak tahu. Atau pinalti ada, tapi tak pernah gol.Rasanya tak mungkin campur keringat tidak terjadi semalam. Sebab, sangat mustahil ketika sepasang anak manusia sudah berada dalam satu kamar, lalu tidak melakukan pergulatan raga. Apalagi, saat saat terakhir, ketika Reynal memutuskan membuka mata karena telah lelah menahan mata terpejam terlalu lama, Prasti dilihatnya tidak lagi menggunakan baju. Hanya tersisa penutup dada saja.Siapa saja lelakinya, tidak akan bisa munafik untuk tidak tergoda dan terbuai dalam situasi yang penuh dengan sensasi dan membuai syahwat ini. Pilihan satu-satunya adalah terjun ke medan laga. Melepaskan seluruh peluru tebaik pada sasaran tembak.Hanya satu