***"Papanya di sini, tapi lihatnya ke luar terus. Kurang mempesona ya Papa? Jadinya kamu lebih tertarik sama pemandangan dibanding Papa."Setengah perjalanan terus memandang ke area luar, Alnaira mau tak mau menoleh setelah ucapan tersebut dilontarkan Regan. Tersenyum tipis, selanjutnya itulah yang dia lakukan sebelum kemudian buka suara—menimpali ucapan sang papa."Pemandangannya adem, Pa.""Menyeramkan yang ada," kata Regan tanpa beralih atensi dari jalam. "Kalau pas gitu tiba-tiba ada kuntilanak nemplok gimana?""Pa." Alnaira mendesah. "Zaman sekarang mana ada gituan? Aneh-aneh aja deh."Tak lagi di rumah sakit, Alnaira dan Regan memang memutuskan pulang setelah Elara selesai makan. Bukan tanpa izin, keduanya pulang atas anjuran Elara karena bagaimana pun di hari senin esok keduanya harus bekerja, sehingga menjaga Aneska menjadi tanggung jawab Elara.Tak ada yang curiga tentang apa yang terjadi pada Aneska dan Alnaira, Regan mau pun Elara bersikap seperti biasa dan tentunya tak a
***Meskipun ragu, pada akhirnya Alnaira manut. Menoleh kemudian memandang Regan dengan kedua mata berkaca-kaca, itulah dia sementara sang papa sendiri kembali buka suara."Anes bilang perasaannya udah terlanjur dalam sama Gema, lalu apa kabar kamu?" tanya Regan setelahnya. "Apa perasaan kamu ke Gema enggak dalam juga? Kamu udah pacaran selama satu tahun lho sama dia dan itu bukan waktu yang sebentar.""Aku salah di sini, Pa," cicit Alnaira dengan suara yang mulai tercekat. "Seharusnya dari awal aku enggak sembunyiin status aku sama Gema. Jadi kalau pun sekarang Anes enggak mau lepas Gema, aku harus terima karena semua ini terjadi gara-gara aku. Aku terlalu sayang sama Anes sampai-sampai aku enggak mikir kalau cara yang aku lakuin salah.""Na.""Maafin aku ya, Pa," ucap Alnaira dengan suara yang semakin mengecil karena sakit dan sesak yang kini melanda. "Aku udah bikin kacau semuanya, tapi aku berani bersumpah kalau aku enggak punya niat jelek. Aku cuman pengen Anes bahagia, karena di
***"Pa."Regan tak kunjung menjawab pertanyaan yang dia lontarkan, panggilan tersebut lantas Aneska lontarkan pada sang papa. Penasaran dengan apa yang ingin Regan bahas tentang Alnaira, itulah dia sehingga tanpa mau menunggu lama, Aneska membutuhkan jawaban sekarang juga."Tentang keputusan kamu semalam," ucap Regan—sehati-hati mungkin, agar Aneska tak merasa dirinya berat sebelah karena meskipun kasihan pada Alnaira, sebagai ayah dia ingin bersikap seadil mungkin untuk kedua putrinya."Alnaira ngadu sama Papa?" tanya Aneska.Tak kaget ketika Regan membahas masalahnya dengan Alnaira, Aneska memang sudah diberitahu perihal siapa saja yang mengetahui rahasia Alnaira dan Gema selama ini sehingga tak ada raut wajah terkejut, perempuan dua puluh delapan tahun itu nampak tenang."Bukan ngadu, tapi lebih tepatnya bilang karena kalau Papa enggak nanya, Nana enggak akan cerita soal obrolan kalian semalam.""Oh.""Kamu serius mau lanjutin pernikahan kamu sama Gema?" tanya Regan dengan tatapan
***Tak memberikan jawaban, Regan diam sambil kembali berpikir. Berdebat dengan Aneska membuatnya teringat pada Elara karena tak berbeda, dua perempuan beda usia tersebut memiliki sifat dan sikap yang sama yaitu; keras kepala."Sekarang aku ngantuk, Pa," ucap Aneska. "Aku pengen tidur. Jadi kalau Papa mau kerja, silakan aja. Aku bisa sendiri dan enggak perlu dijagain karena aku bukan anak kecil. Papa bisa temuin Nana karena mungkin dia lebih butuh Papa dibandinh aku. Dia kan baru jadi korban keegoisan Kakaknya. Iya enggak?""Papa masih mau ngobrol padahal sama kamu.""Aku capek," ucap Aneska. "Semua masalah ini bikin kepala aku sakit. Jadi kalau Papa emang sayang sama aku, biarin aku sendiri. Aku butuh waktu buat nenangin diri dari semua masalah yang bikin aku stress."Merespon ucapan Aneska, Regan menarik napas panjang sebelum kemudian menghembuskannya secara perlahan.Tak bisa memaksa Aneska untuk mengembalikan Gema, dia memutuskan untuk membiarkan putrinya tenang karena meskipun sa
***"Iya, semuanya ulah Dhana dan jujur aku juga kaget karena Demi Tuhan, aku enggak pernah nyuruh dia bongkar rahasia kita ke Aneska."Refleks menghela napas berat, itulah yang Alnaira lakukan setelah jawaban tersebut dilontarkan Gema untuk pertanyaannya beberapa waktu lalu.Belum kemana-mana, saat ini Alnaira dan Gema masih di koridor rumah sakit untuk membicarakan semuanya. Bingung, hal tersebut Alnaira rasakan karena niatnya menyembunyikan semua dari Gema, gagal total.Terlalu fokus pada Aneska, Alnaira lupa mencegah pelaku pembongkaran untuk mengatakan semuanya pada Gema, sehingga sekarang—setelah berjuang selama beberapa minggu, pada akhirnya pengorbanan yang dia lakukan berakhir sia-sia alias berantakan."Dhana keterlaluan," ucap Alnaira setelahnya. "Dia enggak tahu apa kalau yang dia lakuin dampaknya fatal ke Aneska.""Dhana terlalu sayang sama kita makanya lakuin itu," ucap Gema. "Kamu jangan salahin dia sepenuhnya."Tak menimpali, Alnaira memandang Gema sehingga setelahnya d
***"Kata siapa Aneska enggak mau?" tanya Alnaira yang kemudian menatap Gema setelah sebelumnya fokus pada bakso di mangkok."Ya kata aku sih, tapi kan dia sekarang tahu, Na, aku pacar kamu. Enggak bakalan mau dong dia sama aku setelah tahu semuanya. Iya enggak?""Kalau aku jawab Aneska tetap mau sama kamu meskipun tahu gimana status kamu sama aku, kamu bakalan percaya apa enggak?""Maksudnya?""Pernikahan kamu sama Anes enggak akan batal karena Aneska mau hubungan kalian tetap berlanjut, Gem," kata Alnaira—mengingat lagi obrolannya dengan Aneska semalam, dan pernyataan yang dia lontarkan berhasil membuat Gema memasang raut wajah kaget. "Aneska udah sangat lama jatuh cinta sama kamu dan karena perjodohan ini, perasaaan cinta dia ke kamu tumbuh lebih dalam. Jadi buat ninggalin kamu dan batalin semuanya gitu aja dia enggak bisa.""Kamu tahu darimana?""Aneskanya langsung yang ngomong," kata Alnaira. "Sebelum siang ini, aku sama dia udah ngobrol berdua dan seperti yang aku bilang barusan
***"Mama sama Papa mau langsung tidur enggak habis ini? Kalau enggak, aku pengen ngobrol sebentar karena kebetulan ada yang mau aku bicarain."Persis ketika makan malam akhirnya selesai, pertanyaan sekaligus pernyataan tersebut Gema lontarkan pada Gretha dan Devon yang seperti biasa duduk di depannya.Bukan tanpa tujuan, alasan Gema berucap demikian adalah; karena dirinya ingin membicarakan perihal hubungannya dengan Aneska dan Alnaira.Membujuk sang pujaan hati untuk berjuang, siang tadi Gema dilanda bahagia setelah Alnaira yang semula selalu mengalah, akhirnya mau untuk kembali memperjuangkan hubungan mereka.Tak ada lagi mengalah pada Aneska, Alnaira akan maju bersama Gema. Namun, sebelum mengungkap perihal hubungan mereka pada Elara, Alnaira meminta Gema untuk membahas semuanya dengan sang kedua orang tua."Kalau Om Devon sama Tante Gretha ngerestuin kita, baru kita lanjut ke Mama karena kalau mereka enggak kasih restu, aku enggak mau. Bukan apa-apa, aku cuman khawatir kalau oran
***"Iya," kata Gema. "Aneska udah tahu tentang hubungan aku sama Alnaira, dan aku pikir enggak perlu lagi aku bersandiwara. Jadi tadi aku ngajak Nana balikan dan kita bakalan perjuangin semuanya. Setelah ngomong sama Mama dan Papa, rencananya aku mau ngomong ke Tante Elara karena Om Regan sendiri udah tahu. Jadi enggak perlu dikasih tahu.""Regan tahu?" tanya Devon, lagi-lagi dilanda rasa kaget karena selama ini tak pernah sedikit pun sahabatnya itu bersikap aneh ketika sedang bersamanya."Tahu, tapi belum lama, Pa," kata Gema. "Waktu jodohin aku sama Aneska, Om Regan enggak tahu apa pun soal hubungan aku dan Aneska sampai akhirnya di satu momen, Om Regan enggak sengaja dengar omongan Nana dan pada akhirnya beliau tahu."Tak ada rahasia, perihal tahunya Regan memang sudah diceritakan Alnaira dan tak marah, Gema memaklumi karena yang terpenting sekarang adalah; dirinya dan sang pujaan hati harus kembali bersatu kemudian mendapat restu dari semua orang."Benar-benar si Regan," desis De
***"Tapi Gema enggak cinta sama Anes, Na, dia cintanya sama lo dan gue rasa percuma juga kalau pernikahan mereka dilanjutin," kata Sky. "Jujur deh coba ke Om Regan sama Tante El. Siapa tahu mereka bisa cari jalan keluar terbaik atau barangkali kalau tahu semuanya, pernikahan Anes sama Gema bakalan langsung dibatalin.""Apa aku bisa sejahat itu?" tanya Alnaira. "Menikah sama Gema pasti impian Anes banget. Apa aku tega hancurin mimpi dia setelah sebelumnya aku pernah lakuin hal sama? Kamu ingat? Anes pengen jadi dokter lho, Sky, tapi semuanya enggak bisa diwujudin setelah dia punya phobia sama darah dan kamu enggak lupa, kan, siapa yang bikin Anes punya phobia?""Ya tapi kan, Anes juga udah jahat sama lo, Na," kata Sky. "Peduli amat lo sama perasaan dia. Anes aja enggak peduli."Tak menjawab, Alnaira hanya bisa menghela napas kasar sebagai respon. Memandang Sky dengan raut wajah bingung, itulah dia sekarang sehingga untuk beberapa saat suasana diantara dirinya dan Sky hening."Na.""En
***"Makanannya enggak enak ya, Na?"Setelah sebelumnya memperhatikan, pertanyaan tersebut Sky lontarkan dengan rasa penasaran yang kini melanda. Tengah makan malam bersama, itulah dia dan Alnaira sekarang karena memang usai banyak drama menghampiri putri tengah Regan tersebut, Sky akhirnya datang juga.Belum tahu apa pun termasuk undangan pernikahan Aneska dan Gema, Sky sendiri datang sekitar dua puluh menit lalu, sehingga belum bercerita apa-apa, Alnaira masih menyimpan semuanya sendirian."Eh, enak kok. Kata siapa enggak enak?" tanya Alnaira yang memang sejak beberapa saat lalu menyantap makanan pemberian Sky.Bukan masakan sang mama, makanan tersebut Sky beli dari restoran favoritnya seperti biasa, dan tak aneh, makanan yang dia bawa adalah; nasi dengan olahan daging sapi dan sayuran."Kirain enggak enak," kata Sky. "Gue perhatiin lo makannya enggak semangat kaya biasa. Jadi gue pikir makanannya enggak enak.""Enak kok, cuman emang pikiran aku lagi agak ke mana-mana. Jadi gitu deh
*** "Aku cinta sama kamu dan sampai kapan pun perasaanku enggak akan berubah," kata Gema—membuat Alnaira memasang raut wajah kaget. Namun, tentunya tetap bersikap tenang sehingga setelahnya dia pun melanjutkan ucapan. "Kalau kamu pikir keputusan aku buat nikahin Anes dilandasi rasa capek karena hubungan kita yang enggak bisa mulus, kamu salah karena kalau bisa milih, aku lebih baik hadapin jalan terjal asalkan sama kamu dibanding lewatin jalanan mulus tapi sama orang lain." "Jadi intinya apa?" tanya Alnaira. "Coba to the point karena aku bingung sama ucapan kamu." Gema menghela napas pelan. "Intinya aku nikahin Anes demi keselamatan hidup kamu," ucapnya kemudian. Tak mau terus memendam rahasia besar tersebut sendirian, pada akhirnya Gema memutuskan untuk jujur. Meskipun semua tak akan berubah karena Alnaira yang akan tetap memintanya bersama Aneska, setidaknya dia ingin sang pujaan hati tahu jika sampai detik ini, tak ada sedikit pun perubahan di dalam rasa cintanya untuk perempua
***"Nah, itu pasti Sky."Dengan senyuman merekah, tebakan tersebut keluar dari mulut Alnaira setelah bunyi bel dari pintu apartemen kembali terdengar. Tak banyak menunda, dengan segera dia bergegas menuju pintu.Sudah menunggu Sky cukup lama, Alnaira antusias menunggu kedatangan sahabatnya itu sehingga ketika pintu terbuka, tanpa ba bi bu sapaan pun dilontarkan."Sky, akhirnya kamu datang jug ... Gema?"Senyuman seketika luntur, itulah yang terjadi pada Alnaira setelah di depannya kini yang dia dapati bukan Sky, melainkan Gema. Sebulan tak bertemu, jujur saja Alnaira kaget ketika calon suami dari kakaknya itu datang tanpa permisi sehingga setelaahnya yang dia lakukan adalah; diam—memandang sang calon kakak ipar lekat.Beberapa detik berlalu, suasana masih saja hening hingga akhirnya Gema buka suara lebih dulu."Hai, Na. Apa kabar?""Gem," panggil Alnaira. "Kabar aku baik. Kamu sendiri gimana?"Canggung.Demi apa pun itulah yang Alnaira rasakan karena cukup lama tak bertemu, bahkan be
***Meskipun kesal, dongkol, bahkan benci pada calon istrinya itu, Gema tetap mengejar Aneska menuju lift. Berbeda dengan dia dan sang calon istri yang masih terus berdebat, Alnaira sendiri sudah kembali tenang.Tak lagi memegang undangan, dia kini tengah menikmati angin di balkon hingga di tengah kegiatannya itu, sebuah panggilan masuk.Mengambil ponselnya itu, senyuman terukir di bibir Alnaira setelah nama Regan terpampang, sehingga dengan segera dia pun menjawab panggilan."Halo, Pa.""Halo, cantiknya Papa. Apa kabar kamu hari ini, Nak? Baik?""Alhamdulillah baik, Pa," ucap Alnaira. "Papa sama Mama gimana? Baik?""Baik, Cantik. Alhamdulillah," kata Regan. "Oh ya, Anes sama Gema udah ke sana? Mereka katanya mau anterin undangan ke kamu sama yang lainnya di Bandung.""Udah, Pa," kata Alnaira. "Anes aja sih, Gema enggak ada. Dia mungkin nunggu di mobil atau anterin undangan ke tempat lain, aku sendiri enggak tahu.""Oh gitu," kata Regan. "Lama enggak Anesnya di sana? Sebulan enggak ke
***"Bukan siapa-siapa. Orang iseng kayanya, udah pergi juga tuh barusan yang pencet bel."Memberikan jawaban bohong, itulah Aneska setelah pertanyaan tentang siapa yang datang ke apartemen Alnaira, dilontarkan sang pemilik.Bukan tanpa alasan, jawaban bohong tersebut sengaja dia katakan karena bukan orang asing, faktanya yang sejak tadi menekan bel adalah Gema dan sebagai calon istri yang akan segera dinikahi oleh pria itu, Aneska tak mau Gema bertemu dengan Alnaira."Oh, kirain Sky," kata Alnaira. "Dia janji buat ke sini soalnya.""Bukan," kata Aneska sambil tersenyum. Mendekat pada Alnaira, dia kemudian berkata, "Oh ya, Na, karena aku masih ada urusan di Bandung, aku pamit dulu ya. Kamu nanti jangan lupa pulang karena aku sama Gema nunggu kehadiran kamu.""Buru-buru banget.""Iya, karena masih ada undangan yang harus aku bagiin," kata Aneska. "Teman aku kan ada juga yang di Bandung.""Oh gitu ya," kata Alnaira. "Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya. Habis dari Bandung, kalau bi
***"Iyalah, apa coba yang enggak gue tahu tentang lo?" tanya Sky. "Semua rasa sakit lo aja gue tahu. Iya enggak?""Mulai deh," kata Alnaira sambil tersenyum."Kenapa?" tanya Sky."Enggak sih," kata Alnaira. "Bingung juga harus ngomong apa.""Yeee, enggak jelas," kata Sky yang direspon senyuman oleh Alnaira, sehingga tak ada lagi obrolan, setelahnya suasana hening.Berlangsung selama beberapa detik, Sky kembali memulai percakapan dan kalimat yang dia lontarkan adalah; sebuah harapan."Semoga enggak cuman kaki, hati lo bisa sembuh juga di sini ya, Na," kata Sky. "Enggak ada lagi kesedihan dan air mata, gue harap ke depannya cuman senyuman yang lo tampilin dan kalau boleh, gue berharap lo bisa nemuin pengganti Gema di sini yang jauh lebih baik daripada dia. Lo gadis yang baik dan lo sangat pantas buat dapatin laki-laki baik."Tersenyum sambil memandang Sky yang kini berdiri sambil bersandar pada pagar, kedua mata Alnaira berkaca-kaca. Bukan karena sedih, semua terjadi karena dirinya bah
***"Udah, kan? Kita udah tahu di mana apartemen Nana selama tinggal di Bandung. Jadi daripada diem terus di sini mendingan kita pergi, karena selama di Bandung aku pengen mampir dulu ke suatu tempat."Memandangi Alnaira dan yang lainnya di lobi gedung apartemen, ucapan tersebut Aneska lontarkan pada Gema. Berada di parkiran depan apartemen, sejak beberapa waktu lalu dia dan sang calon suami mengawasi Alnaira beserta keluarganya karena kata Gema, pria itu tak mau pergi sebelum Alnaira memasuki apartemen.Beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di Bandung. Tak ketahuan, keberadaan Aneska dan Gema sampai saat ini aman karena meskipun selalu berada di dekat mobil yang dikendarai Sky, tak ada satu pun yang curiga perihal Aneska dan Gema yang ikut pergi ke Bandung.Tak sia-sia meminjam mobil sang sahabat, Gema lega karena meskipun tak bisa bertemu langsung, setidaknya dia bisa mengawal Alnaira dengan selamat sampai tempat tujuan, dan karena cintanya pada perempuan itu masih sangat
***"Selama gue belum punya istri, lo boleh bergantung sama gue kapan pun lo mau, Na," ucap Sky. "Gue bakalan selalu ada buat lo, karena gue cinta sama lo, cuman tolong jangan terbebani sama perasaan gue karena meskipun cinta, gue enggak berambisi buat dapatin lo. Ambisi gue tuh bahagiain lo dan kalau nanti lo bahagia sama cowok lain, gue tentunya ikhlas. Lega malah karena lo bahagia, gue bahagia.""Kamu baik banget Sky," ucap Alnaira. "Aku sampe bingung mau bilang apa saking baiknya kamu.""Bilang gue ganteng aja udah cukup kok," kata Sky sambil tersenyum. "Udah ah, jangan sedih-sedih. Daripada mikirin Anes, mendingan lo nikmatin perjalanan sambil senderan di bahu gue. Setelahnya mau tidur? Silakan, gue enggak akan keberatan.""Pegal nanti.""Enggak akan," ucap Sky. "Ayo buruan senderan.""Enggak apa-apa?""Enggak apa-apa, Nana. Ayo buruan mumpung gue lagi baik."Tak banyak bicara, selanjutnya Alnaira memilih untuk melakukan apa yang Sky anjurkan. Bersandar di bahu kiri sang sahabat,