***"Dikit," ucap Alnaira dengan senyuman tipisnya. "Tapi enggak apa-apa kok. Seperti yang aku bilang, ini karena belum biasa aja. Nanti lama kelamaan biasa.""Ini belum telat lho, Na, buat bongkar semuanya," kata Dhana. "Gue tahu lo relain Gema karena lo sayang banget sama saudara kembar lo, tapi buktiin kasih sayang ke saudara enggak harus dengan menyakiti diri sendiri. Baru lihat Gema up foto soto buatan Anes aja lo udah sesedih ini, apa kabar kalau nanti mereka tunangan atau nikah?""Kamu lupa?" tanya Alnaira. "Pas Gema sama Anes tunangan, aku juga tunangan, Dhan, jadi aku enggak bakalan sedih.""Yakin?" tanya Dhana. "Lo aja tunangan sama orang yang enggak lo cinta, gimana enggak sedih?""Dhan.""Gue peduli sama lo berdua, Na, gue pengen kalian bahagia dan gue enggak suka sama situasi ini," kats Dhana. "Enggak cuman hubungan lo sama Gema sebagai pacar, hubungan kita sebagai sahabat juga renggang semenjak kalian putus.""Aku minta maaf," ucap Alnaira. "Aku enggak bermaksud bikin pe
***"Kita sampai."Mendengar ucapan tersebut dilontarkan Regan, seulas senyum terukir di bibir Alnaira. Barusaja tiba di parkiran sebuah resto, itulah dirinya dan sang papa karena memang setelah memikirkan semuanya matang-matang, Alnaira memutuskan untuk menerima ajakan makan bersama dari Regan.Tak hadir di kampus, Alnaira menitip absen pada salah satu temannya dan baik hati, permintaan Alnaira dikabulkan sehingga meskipun tak hadir, Alnaira tak terlalu merasa khawatir perihal absensi."Makan di sini, Pa?" tanya Alnaira yang sejak tadi berada di samping kiri Regan."Iya di sini aja," kata Regan. "Papa udah pesan private room biar kita makannya enak."Tak di restoran lain, yang Regan dan Alnaira kunjungi sekarang adalah restoran yang sabtu lalu dijadikan tempat perjodohan Aneska dan Gema, sehingga sedikit besarnya Alnaira bernostalgia."Oh oke.""Ayo turun," kata Regan. "Papa juga udah reservasi jam datang sama pesan makanan. Jadi enggak perlu nunggu, setelah ini kita bisa langsung ma
***Boom!Bukan tanpa alasan, faktanya penyebab di balik Regan yang tiba-tiba mengajak sang putri tengah makan bersama, adalah; hubungan Alnaira dan Gema yang pada akhirnya dia ketahui.Bukan sekadar menebak, Regan tahu semuanya setelah siang tadi tak sengaja melihat sang putri menangis di sebuah koridor sepi di rumah sakit.Penasaran, Regan menguping semua obrolan Alnaira bersama Dhana, sehingga pada akhirnya dia pun tahu semua dan tentu saja Regan merasa bersalah.Merenungi semuanya di tengah kegiatan bekerja, Regan cukup terpukul setelah tahu fakta tentang Alnaira dan Gema. Namun, meskipun begitu dia tak berkata apa pun pada Devon karena mengkonfirmasi pada Alnaira harus dia lakukan lebih dulu sebelum kemudian mengambil tindakan."Pa," panggil Alnaira dengan perasaan kaget yang tak main-main. "Papa kenapa nanya gitu? Aku sama Gema enggak ada hubungan apa-apa. Kita cum-""Jangan bohong sama Papa, Alnaira," potong Regan dengan segera. "Papa enggak pernah ngajarin kamu bohong. Jadi to
***"Makasih untuk malam ini, Pa, dan aku harap Papa bisa pegang janji."Setelah hampir sepuluh menit hening, ucapan tersebut Alnaira lontarkan untuk Regan. Bukan tanpa alasan, Alnaira berucap demikian setelah beberapa waktu lalu Regan mau mengabulkan permintaannya yaitu;Tetap menyembunyikan fakta hubungan dia dan Gema dari semua orang yang belum mengetahuinya.Tak mudah, awalnya Regan menolak permintaan putrinya itu karena sebagai kepala keluarga, dia ingin yang terbaik untuk semua anak-anaknya tanpa menyakiti salah satu.Namun, Alnaira yang terus memohon bahkan menangis membuat Regan tak tega sehingga meskipun berat, pria itu menuruti keinginan sang putri tengah."Iya," ucap Regan. "Tapi tentunya apa yang Papa lakuin enggak gratis, karena agar rahasia tetap aman, kamu harus bahagia. Sekali aja Papa lihat kamu nangis, Papa akan bongkar semuanya.""Aku enggak akan nangis lagi, Papa tenang aja," kata Alnaira. "Aneska bahagia, aku bahagia. Jadi enggak akan ada lagi tangisan. Lagipula a
***"Pengen nanyain cincin sih," kata Sky. "Besok siang gue free. Jadi rencananya gue mau sekalian cari cincin di sini buat tunangan nanti. Nah, lo sukanya yang kaya gimana?""Oh," kata Alnaira. "Aku gimana kamu aja sih, Sky. Cincin apa pun yang kamu beli, aku pasti suka.""Termasuk cincin batu akik?"Alnaira tersenyum. "Ya enggak batu akik juga, Sky," ucapnya. "Cuman ya buat model, kamu bebas tentuin yang gimana aja asalkan jangan yang terlalu wah dan ngejreng karena aku sukanya yang simple-simple aja.""Jadi enggak ada kriteria nih?""Ya itu aja kriterianya, simple," kata Alnaira. "Dan mungkin jangan yang mahal-mahal karena kan-""Belum tentu jadi," celetuk Sky. "Gitu ya?""Kenapa kamu ngomong gitu?""Ya karena gue pikir segala kemungkinan bisa aja terjadi sebelum pernikahan nanti, Na," kata Sky. "Rahasia lo sama Gema yang mungkin kebongkar, atau mungkin lo mendadak berubah pikiran? Itu semua bisa aja terjadi, kan? Jadi gue ngomong kaya barusan.""Semua enggak akan terjadi sih, Sky,
***"Kenapa emang? Kok kaya kaget gitu ada aku di sini?"Ditanya perihal kapan datang ke kamar sang saudara kembar, Aneska justru balik bertanya—membuat Alnaira yang sempat dilanda rasa kaget, seketika membiasakan raut wajah.Tak mau membuat Aneska curiga, itulah Alnaira sekarang sehingga meskipun penasaran tentang terdengar atau tidaknya obrolan dia dan Sky, Alnaira sebisa mungkin tak bertanya."Ya gimana enggak kaget, orang dadakan," kata Alnaira. "Maksudku tuh enggak kedengeran ngetul pintu atau gimana gitu. Jadi ya aku pikir enggak ada orang.""Pintu kamar kamu tadi kebuka sedikit jadi aku langsung masuk," kata Aneska. "Lagian lama banget kamu mandinya, mentang-mentang sambil teleponan.""Kamu tahu aku teleponan?""Tahu," kata Aneska. "Tadi pas baru masuk, aku kan langsung ke pintu kamar mandi dan dari sana aku kaya dengar obrolan gitu cuman samar. Jadi aku pikir kamu lagi teleponan.""Kedengeran enggak sih pas aku ngomong?" tanya Alnaira. "Penasaran soalnya.""Suaranya kedengeran
***"Enggak," ucap Gema. "Aku cuman lagi agak flu aja dan barusan diem karena hidung aku gatel.""Jaga kesehatan," ucap Alnaira. "Kalau kamu flu, takutnya Anes ketularan. Flu kan gampang banget nyebar. Jadi harus diantisipasi karena enggak lucu, kan, kalau pas nanti pesta tiba, salah satu dari kita kena flu.""Iya, Na, maaf ya," ucap Gema yang membuat Alnaira tak enak."Kenapa minta maaf? Kamu enggak salah," ucap Alnaira. "Jangan lupa minum obat dan sana tidur. Enggak baik kalau sering begadang.""Iya, kamu juga tidur.""Udah chat Anes?" tanya Alnaira—mengabaikan perintah tidur yang Gema lontarkan. "Jangan lupa chat dia meskipun itu sekadar ucapin selamat tidur. Dimulai dari hal kecil, kamu nanti akan terbiasa sama dia dan aku yakin enggak susah buat kamu jatuh cinta sama Anes.""Iya, Na, habis ini aku chat.""Oke," kata Alnaira. "Aku matiin teleponnya ya kalau gitu. Selamat malam dan selamat beristirahat.""Malam, Alnaira Jihan."Tak menimpali lagi ucapan Gema, Alnaira memilih untuk
***"Morning."Tiba di dapur setelah sebelumnya bersiap-siap, sapaan tersebut lantas Alnaira lontarkan pada semua orang di sana. Tak berbeda dari biasa, di dapur kini terdapat Regan, Elara, juga Aneska.Tak semua berkumpul di meja makan, Aneska berada di depan kompor dan hal tersebut jelas menarik perhatian, karena tak biasanya perempuan itu memasak di pagi hari.Beralih dari Aneska, Alnaira kembali dibuat heran oleh Elara. Tak sesantai biasa, penampilan sang mama pagi ini terlihat rapi sehingga setelah sapaannya dibalas, Alnaira bertanya,"Mama mau ke mana pagi ini? Kok rapi?""Ke toko, Na," kata Elara. "Hari ini Aneska absen ke toko. Jadi Mama yang handle dan rencananya Mama mau berangkat sama Papa jadi udah rapi.""Anes mau ke mana emang? Kok tumben banget absen?" tanya Alnaira sambil menarik kursi di dekat Regan."Rumah Gema, Na," kata Aneska sambil menoleh. "Pagi ini Tante Gretha chat aku terus bilang kalau Gema katanya sakit. Jadi rencananya aku mau jenguk sambil bawa bubur. Nih
***"Tapi Gema enggak cinta sama Anes, Na, dia cintanya sama lo dan gue rasa percuma juga kalau pernikahan mereka dilanjutin," kata Sky. "Jujur deh coba ke Om Regan sama Tante El. Siapa tahu mereka bisa cari jalan keluar terbaik atau barangkali kalau tahu semuanya, pernikahan Anes sama Gema bakalan langsung dibatalin.""Apa aku bisa sejahat itu?" tanya Alnaira. "Menikah sama Gema pasti impian Anes banget. Apa aku tega hancurin mimpi dia setelah sebelumnya aku pernah lakuin hal sama? Kamu ingat? Anes pengen jadi dokter lho, Sky, tapi semuanya enggak bisa diwujudin setelah dia punya phobia sama darah dan kamu enggak lupa, kan, siapa yang bikin Anes punya phobia?""Ya tapi kan, Anes juga udah jahat sama lo, Na," kata Sky. "Peduli amat lo sama perasaan dia. Anes aja enggak peduli."Tak menjawab, Alnaira hanya bisa menghela napas kasar sebagai respon. Memandang Sky dengan raut wajah bingung, itulah dia sekarang sehingga untuk beberapa saat suasana diantara dirinya dan Sky hening."Na.""En
***"Makanannya enggak enak ya, Na?"Setelah sebelumnya memperhatikan, pertanyaan tersebut Sky lontarkan dengan rasa penasaran yang kini melanda. Tengah makan malam bersama, itulah dia dan Alnaira sekarang karena memang usai banyak drama menghampiri putri tengah Regan tersebut, Sky akhirnya datang juga.Belum tahu apa pun termasuk undangan pernikahan Aneska dan Gema, Sky sendiri datang sekitar dua puluh menit lalu, sehingga belum bercerita apa-apa, Alnaira masih menyimpan semuanya sendirian."Eh, enak kok. Kata siapa enggak enak?" tanya Alnaira yang memang sejak beberapa saat lalu menyantap makanan pemberian Sky.Bukan masakan sang mama, makanan tersebut Sky beli dari restoran favoritnya seperti biasa, dan tak aneh, makanan yang dia bawa adalah; nasi dengan olahan daging sapi dan sayuran."Kirain enggak enak," kata Sky. "Gue perhatiin lo makannya enggak semangat kaya biasa. Jadi gue pikir makanannya enggak enak.""Enak kok, cuman emang pikiran aku lagi agak ke mana-mana. Jadi gitu deh
*** "Aku cinta sama kamu dan sampai kapan pun perasaanku enggak akan berubah," kata Gema—membuat Alnaira memasang raut wajah kaget. Namun, tentunya tetap bersikap tenang sehingga setelahnya dia pun melanjutkan ucapan. "Kalau kamu pikir keputusan aku buat nikahin Anes dilandasi rasa capek karena hubungan kita yang enggak bisa mulus, kamu salah karena kalau bisa milih, aku lebih baik hadapin jalan terjal asalkan sama kamu dibanding lewatin jalanan mulus tapi sama orang lain." "Jadi intinya apa?" tanya Alnaira. "Coba to the point karena aku bingung sama ucapan kamu." Gema menghela napas pelan. "Intinya aku nikahin Anes demi keselamatan hidup kamu," ucapnya kemudian. Tak mau terus memendam rahasia besar tersebut sendirian, pada akhirnya Gema memutuskan untuk jujur. Meskipun semua tak akan berubah karena Alnaira yang akan tetap memintanya bersama Aneska, setidaknya dia ingin sang pujaan hati tahu jika sampai detik ini, tak ada sedikit pun perubahan di dalam rasa cintanya untuk perempua
***"Nah, itu pasti Sky."Dengan senyuman merekah, tebakan tersebut keluar dari mulut Alnaira setelah bunyi bel dari pintu apartemen kembali terdengar. Tak banyak menunda, dengan segera dia bergegas menuju pintu.Sudah menunggu Sky cukup lama, Alnaira antusias menunggu kedatangan sahabatnya itu sehingga ketika pintu terbuka, tanpa ba bi bu sapaan pun dilontarkan."Sky, akhirnya kamu datang jug ... Gema?"Senyuman seketika luntur, itulah yang terjadi pada Alnaira setelah di depannya kini yang dia dapati bukan Sky, melainkan Gema. Sebulan tak bertemu, jujur saja Alnaira kaget ketika calon suami dari kakaknya itu datang tanpa permisi sehingga setelaahnya yang dia lakukan adalah; diam—memandang sang calon kakak ipar lekat.Beberapa detik berlalu, suasana masih saja hening hingga akhirnya Gema buka suara lebih dulu."Hai, Na. Apa kabar?""Gem," panggil Alnaira. "Kabar aku baik. Kamu sendiri gimana?"Canggung.Demi apa pun itulah yang Alnaira rasakan karena cukup lama tak bertemu, bahkan be
***Meskipun kesal, dongkol, bahkan benci pada calon istrinya itu, Gema tetap mengejar Aneska menuju lift. Berbeda dengan dia dan sang calon istri yang masih terus berdebat, Alnaira sendiri sudah kembali tenang.Tak lagi memegang undangan, dia kini tengah menikmati angin di balkon hingga di tengah kegiatannya itu, sebuah panggilan masuk.Mengambil ponselnya itu, senyuman terukir di bibir Alnaira setelah nama Regan terpampang, sehingga dengan segera dia pun menjawab panggilan."Halo, Pa.""Halo, cantiknya Papa. Apa kabar kamu hari ini, Nak? Baik?""Alhamdulillah baik, Pa," ucap Alnaira. "Papa sama Mama gimana? Baik?""Baik, Cantik. Alhamdulillah," kata Regan. "Oh ya, Anes sama Gema udah ke sana? Mereka katanya mau anterin undangan ke kamu sama yang lainnya di Bandung.""Udah, Pa," kata Alnaira. "Anes aja sih, Gema enggak ada. Dia mungkin nunggu di mobil atau anterin undangan ke tempat lain, aku sendiri enggak tahu.""Oh gitu," kata Regan. "Lama enggak Anesnya di sana? Sebulan enggak ke
***"Bukan siapa-siapa. Orang iseng kayanya, udah pergi juga tuh barusan yang pencet bel."Memberikan jawaban bohong, itulah Aneska setelah pertanyaan tentang siapa yang datang ke apartemen Alnaira, dilontarkan sang pemilik.Bukan tanpa alasan, jawaban bohong tersebut sengaja dia katakan karena bukan orang asing, faktanya yang sejak tadi menekan bel adalah Gema dan sebagai calon istri yang akan segera dinikahi oleh pria itu, Aneska tak mau Gema bertemu dengan Alnaira."Oh, kirain Sky," kata Alnaira. "Dia janji buat ke sini soalnya.""Bukan," kata Aneska sambil tersenyum. Mendekat pada Alnaira, dia kemudian berkata, "Oh ya, Na, karena aku masih ada urusan di Bandung, aku pamit dulu ya. Kamu nanti jangan lupa pulang karena aku sama Gema nunggu kehadiran kamu.""Buru-buru banget.""Iya, karena masih ada undangan yang harus aku bagiin," kata Aneska. "Teman aku kan ada juga yang di Bandung.""Oh gitu ya," kata Alnaira. "Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya. Habis dari Bandung, kalau bi
***"Iyalah, apa coba yang enggak gue tahu tentang lo?" tanya Sky. "Semua rasa sakit lo aja gue tahu. Iya enggak?""Mulai deh," kata Alnaira sambil tersenyum."Kenapa?" tanya Sky."Enggak sih," kata Alnaira. "Bingung juga harus ngomong apa.""Yeee, enggak jelas," kata Sky yang direspon senyuman oleh Alnaira, sehingga tak ada lagi obrolan, setelahnya suasana hening.Berlangsung selama beberapa detik, Sky kembali memulai percakapan dan kalimat yang dia lontarkan adalah; sebuah harapan."Semoga enggak cuman kaki, hati lo bisa sembuh juga di sini ya, Na," kata Sky. "Enggak ada lagi kesedihan dan air mata, gue harap ke depannya cuman senyuman yang lo tampilin dan kalau boleh, gue berharap lo bisa nemuin pengganti Gema di sini yang jauh lebih baik daripada dia. Lo gadis yang baik dan lo sangat pantas buat dapatin laki-laki baik."Tersenyum sambil memandang Sky yang kini berdiri sambil bersandar pada pagar, kedua mata Alnaira berkaca-kaca. Bukan karena sedih, semua terjadi karena dirinya bah
***"Udah, kan? Kita udah tahu di mana apartemen Nana selama tinggal di Bandung. Jadi daripada diem terus di sini mendingan kita pergi, karena selama di Bandung aku pengen mampir dulu ke suatu tempat."Memandangi Alnaira dan yang lainnya di lobi gedung apartemen, ucapan tersebut Aneska lontarkan pada Gema. Berada di parkiran depan apartemen, sejak beberapa waktu lalu dia dan sang calon suami mengawasi Alnaira beserta keluarganya karena kata Gema, pria itu tak mau pergi sebelum Alnaira memasuki apartemen.Beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di Bandung. Tak ketahuan, keberadaan Aneska dan Gema sampai saat ini aman karena meskipun selalu berada di dekat mobil yang dikendarai Sky, tak ada satu pun yang curiga perihal Aneska dan Gema yang ikut pergi ke Bandung.Tak sia-sia meminjam mobil sang sahabat, Gema lega karena meskipun tak bisa bertemu langsung, setidaknya dia bisa mengawal Alnaira dengan selamat sampai tempat tujuan, dan karena cintanya pada perempuan itu masih sangat
***"Selama gue belum punya istri, lo boleh bergantung sama gue kapan pun lo mau, Na," ucap Sky. "Gue bakalan selalu ada buat lo, karena gue cinta sama lo, cuman tolong jangan terbebani sama perasaan gue karena meskipun cinta, gue enggak berambisi buat dapatin lo. Ambisi gue tuh bahagiain lo dan kalau nanti lo bahagia sama cowok lain, gue tentunya ikhlas. Lega malah karena lo bahagia, gue bahagia.""Kamu baik banget Sky," ucap Alnaira. "Aku sampe bingung mau bilang apa saking baiknya kamu.""Bilang gue ganteng aja udah cukup kok," kata Sky sambil tersenyum. "Udah ah, jangan sedih-sedih. Daripada mikirin Anes, mendingan lo nikmatin perjalanan sambil senderan di bahu gue. Setelahnya mau tidur? Silakan, gue enggak akan keberatan.""Pegal nanti.""Enggak akan," ucap Sky. "Ayo buruan senderan.""Enggak apa-apa?""Enggak apa-apa, Nana. Ayo buruan mumpung gue lagi baik."Tak banyak bicara, selanjutnya Alnaira memilih untuk melakukan apa yang Sky anjurkan. Bersandar di bahu kiri sang sahabat,