Sekar mengajak Kevin untuk mengobrol di luar ruangan Citra, wanita itu ingin bertanya tentang perkembangan kondisi Citra.
"Nak.. tolong jujur sama tante, bagaimana kondisi Citra sekarang?"
"Kondisi Citra sekarang mulai mengkhawatirkan, sel-sel kanker itu mulai berkembang dengan cepat. Kita harus mengambil tindakan kemotherapy agar bisa menyelamatkan nyawa Citra."
kata Kevin dengan wajah sedihnya itu, ia bisa melihat Sekar yang sudah menangis."Ya allah Citra.. kenapa harus terjadi sama kamu nak."
"Tante yang kuat ya, tante harus sabar. Cepat atau lambat kita harus memberitahu penyakit ini pada Citra."
"Tapi tante takut, tante takut Citra malah gak terima sama kondisinya. Dia pasti terpuruk banget Nak."
"Tapi dia masih punya tante dan om, kalian lah penyemangat Citra saat ini. Saya yakin Citra gadis yang kuat, begitu juga dengan tante dan om. Saya dan tim dokter akan memberikan yang terbaik untuk Citra."
jawab Kevin memberikan semanCitra sebenarnya merasa begitu bingung, sejak pulang dari rumah sakit semua orang berubah padanya.Mulai dari Sekar, Danu, Regan dan juga teman-teman kantornya yang lain. Mereka seperti selalu menguatkan Citra, memberikan semangat setiap hari bahkan selalu mengingatkan Citra untuk selalu menjaga kesehatannya."Kenapa semua orang jadi aneh gini sih? Apa ada sesuatu yang ayah dan ibu sembunyiin dari gue?"batin Citra bermonolog, pagi ini gadis itu juga belum boleh bekerja.Regina pun memberikan cuti untuk Citra, namun Citra sebetulnya ingin sekali bisa bekerja kembali."Citra... Kamu sudah bangun?"ucap Sekar yang berdiri di ambang pintu, wanita itu pun berjalan mendekati Citra dan duduk di sebelahnya."Kamu kenapa? Kelihatannya ada yang dipikirkan?""Citra boleh tanya sesuatu sama Ibu?"tanya Citra memandang serius ke arah Sekar."Boleh, apa?""Sebenarnya ada apa dengan aku bu? Kenapa semua orang berubah? Ibu dan Ayah
Satu minggu telah berlalu, kondisi Citra terlihat lebih baik. Gadis itu pun kini kembali bekerja, ia terlihat begitu bahagia bisa bertemu kembali dengan teman-temannya."Citra!!"panggil seseorang yang tak lain ialah Dewi."Dewi?""Ya allah, Citra gue kangen banget sama lo!"kata Dewi yang sudah berdiri disamping Citra, ia pun segera memeluk Citra dengan erat."Gue juga sama Wi, kangen banget sama lo dan juga yang lainnya."jawab Citra sambil membalas pelukan Dewi."Lo udah sehat kan Cit? Lo jangan terlalu sibuk kerja, lo harus pikirin kesehatan lo juga.""Gue sehat kok! Tenang aja Wi, kemarin gue emang kurang perhatiin kondisi kesehatan gue. Makanya gue bisa sampe drop gitu."jawab Citra sambil tersenyum, namun Dewi hanya tersenyum samar. Ia telah menduga kalau Citra belum mengetahui tentang penyakitnya ini."Ya udah sekarang kita keruangan aja yuk! Di sana mba Regina udah dateng.""Ayo!"Dewi dan Citr
Kevin menutup laptopnya, pria itu beralih menatap jam dinding didekat pintu."Udah jam empat sore."kata Kevin, hari ini tugasnya telah selesai. Sejak pagi ia sudah berada di rumah sakit, hari ini juga Kevin bisa pulang lebih awal.Pria itu mengambil benda pipih yang tersimpan didalam laci, ia segera menyalakan ponselnya."Telfon gak ya?""Telfon aja deh!"gumam Kevin, pria itu membuka aplikasi pesan singkat berwarna hijau. Ia menekan sebuah nama Citra dan sambungan telfon pun terhubung.📞 "Hallo?"📞 "Citra, kamu udah pulang?"📞 "Sebentar lagi aku keluar kantor, ada apa Vin?"📞 "Mau saya jemput?"📞 "Gak usah Vin, kamu kan harus praktek dirumah sakit."📞 "Hari ini saya pulang cepat, jadwal saya sudah untuk hari ini. Jadi saya bisa jemput dan antar kamu pulang, apa kamu mau?"📞 "Hemm.. kalau tidak merepotkan kamu."📞 "Tentu saja tidak, tunggu ya saya akan jemput kamu."📞 "Hati
Regan menyesap kopi nya, semilir angin malam pun menerpa kulitnya.Setiap malam Regan senang menghabiskan waktu untuk menyendiri, sambil duduk dibalkon kamar tidurnya.Baginya malam itu dapat menenangkan pikirannya, hanya malam yang bisa mengerti hatinya."Semua udah jelas, lo harus berhenti mencintai Citra. Lo harus sadar diri Regan! Lo gak pantes buat Citra, dia lebih bahagia sama Kevin."gumam Regan yang sedang memandang kearah langit-langit malam.Malam ini Regan akan mengubur dalam-dalam rasa cintanya untuk Citra, ia ingin mencari pengganti gadis itu karna percuma baginya yang selalu berharap pada Citra namun hanya harapan palsu yang ia dapatkan.Tanpa diketahui olehnya, Tiara pun masuk kedalam kamar kakaknya itu. Ia menghampiri Regan dan bertanya sedang apa ia disini."Kak? Ngapain?""Hah?""Ish! Kakak ngapain? Ini udah malem tau, kok malah disini nanti sakit gimana?"celoteh Tiara pada kakaknya itu."Kak
"Regan!"Langkah kaki pemuda itu pun terhenti ketika namanya dipanggil oleh seseorang, ia segera menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Citra tengah berjalan mendekatinya."Re, lo baru dateng?"tanya Citra ketika sudah berada di dekat Regan."Iya, Cit. Lo juga baru dateng?""Iya, bareng ya?""Oke!"Mereka berdua pun berjalan bersama menuju sebuah lift, Regan segera menekan tombol angka 5 dan lift pun terbuka. Ia dan Citra segera masuk ke dalam dan pintu lift pun akhirnya tertutup.Tiiinggg!!!...Pintu lift itu terbuka, kini mereka sudah berada dilantai 5. Regan dan Citra berjalan beriringan memasuki ruang kerja mereka."Gimana, lo udah ngerasa baikkan?"tanya Regan kemudian duduk di kursinya."Udah Re, lo tenang aja."jawab Citra sambil tersenyum, Regan pun hanya mengangguk kemudian mulai sibuk dengan laptopnya itu."Gue gak bisa buatin lo teh hijau lagi ya, Cit."ujar Regan yang tet
Citra bangun dari tidurnya, gadis itu merasa tubuhnya pagi ini kurang fit."Duh.. kok rasanya pusing ya?"gumam Citra sambil terduduk di tepi ranjang, ia memijit-mijit pelipisnya sambil menggelengkan kepalanya.Citra bangkit dari duduknya itu, ia berniat ingin meraih handuk yang tergantung di balik pintu kamarnya.Namun kepalanya semakin terasa berat, darah segar pun mulai menetes dari hidungnya."Mimisan lagi?"ucap Citra sambil melihat darah yang menetes ke lantai, gadis itu segera mengelap hidungnya itu."Gue kenapa sih? Kenapa akhir-akhir ini rasanya kepala gue sakit banget, kenapa rasanya badan gue terasa lemes gini."Citra memegangi kepalanya, ia berjalan secara perlahan-lahan menuju kamar mandinya.Namun rasa sakit itu tak tertahankan lagi, hingga pandangan mata Citra pun mulai buram."Arrghh..!!!"Perlahan-lahan keseimbangan tubuh Citra pun menghilang, bersamaan dengan pandangan matanya yang menggelap. Hing
Tak henti-hentinya Sekar menangis, ia begitu mencemaskan kondisi anak semata wayangnya itu."Bagaimana kondisi anak saya dok?"tanya Danu yang berada tak jauh dari Citra."Tidak ada jalan lain selain kemotherapy pak, saya mengkhawatirkan kondisi Citra.""Tolong anak saya dok! Tolong sembuhkan anak saya, saya gak mau kehilangan anak saya."ucap Sekar sambil terus menangis.Tanpa mereka sadari, Citra telah tersadar. Gadis itu mendengar semua yang diucapkan, air mata Citra pun perlahan-lahan menetes.Jadi ini jawaban dari semua sikap yang ia terima beberapa waktu belakangan ini, mereka semua mengetahui bahwa dirinya sedang sakit keras tapi tak ada yang mau memberitahu dirinya."Citra gak salah dengar kan bu?"ucapnya membuat Sekar, Frans dan Danu pun menoleh ke arah Citra.Sekar dan Danu terkejut, mereka berdua langsung menghampiri Citra."Sayang..""Bu, yah, jelasin sama Citra apa yang kalian omongin tadi itu sa
Kevin terus menenangkan Citra, ia terus memberi nasehat pada gadis itu."Kamu gak sendirian di sini, ada saya yang akan menjaga kamu, ada orang tua kamu yang selalu menyayangi kamu.""Tapi aku belum siap jika harus mati, aku masih ingin hidup Vin! Aku masih mempunyai cita-cita yang harus aku raih, aku gak mau seperti ini."ucap Citra sambil menangis, Kevin memegang tangan Citra mengusapnya dengan lembut. Hati nya terasa teriris melihat Citra seperti ini."Saya janji saya akan selalu ada untuk kamu, saya janji akan selalu menemani kamu hingga sembuh nanti. Kamu jangan berkecil hati, leukimia yang kamu alami itu masih bisa di sembuhkan. Kamu percaya sama saya kan?"tanya Kevin dengan lembut, Citra beralih menatap ke arah Kevin pemuda itu tersenyum matanya begitu teduh membuat perasaan Citra jauh lebih baik."Kamu janji?"sahut Citra."Saya janji!"kata Kevin sambil mengacungkan jari kelingkingnya itu, membuat Citra tertawa kecil.