"Tidak tuan, jangan. Tolong sadarlah jangan lakukan ini kepadaku..." Jerit Anna berusaha meronta seraya meneteskan air.
Saat lelaki tampan yang tengah mabuk berada di atas tubuhnya seolah menuli dan bahkan tidak menggubris, permintaan sang gadis. Malah dia menuntaskan hasratnya dengan sangat liar dan penuh gairah."Ergghhh.. sial aku tidak bisa berhenti."Pria itu meracau, saat merasakan kenikmatan surga dunia yang luar biasa, belum pernah di rasakan dalam hidupnya.Beberapa kali gadis itu meronta dan menatap iba berharap bisa lepas, namun nihil tenaganya tak sebanding dengan sang pria.Suara erangan dan desahan saling bersahutan menghiasi kamar hotel mewah dan besar itu, dengan peluh bercucuran membasahi seluruh tubuh polos keduanya, bahkan suara derit ranjang terdengar berdecit seolah menjadi saksi bisu aktifitas intim itu, Hingga malam yang panjang pun berganti pagi.Cahaya matahari mulai bersinar, menembus celah jendela. Anna yang sangat sedih dengan hati yang sangat hancur, ia tak henti-hentinya menangis tersedu-sedu. Mengingat sudah kehilangan hal yang sangat berharga pada dirinya. Bahkan Anna tidak pernah menyangka jika atasannya sendiri yang telah tega merengut kesucian yang sudah lama dia jaga.Kedua alis tebal pria tampan yang masih tertidur lelap, perlahan mulai mengerut dan kedua pelupuk matanya pun mulai terbuka.Pandangan kedua manik mata coklat itu yang buram perlahan menjadi jelas, dengan kesadaran pelan-pelan terkumpul seratus persen.Melihat seorang wanita dengan keadaan tubuh polos yang hanya di tutupi sebuah selimut, dalam keadaan menangis seraya menenggelamkan wajah di kedua lututnya di atas ranjang yang sama, membuat pria yang bernama Daren Pratama itu terhenyak kaget."Kau! Apa yang sudah terjadi di antara kita?" Daren terkejut, kedua bola matanya terbelalak, jantungnya seolah berhenti berdetak saat mendapati tubuh dia yang sama-sama polos tanpa sehelai benang pun.Seketika Anna menghentikan tangis, perlahan wanita cantik itu mengangkat wajah, lalu menatap sayu ke arah bosnya dengan netra yang berkaca-kaca."Tuan! Kenapa anda bertanya seperti itu? Seharusnya saya bertanya pada anda, kenapa anda tega melakukan hal ini pada saya?" Anna melontar balik pertanyaan pada Daren dengan penuh emosi dan air mata yang mengalir deras, bahkan tubuhnya sampai gemetar.Merasa di tuduh, Daren menatap Anna dengan nyalang. Ia mendekat ke arah Anna sambil memojokkannya di dinding."Aku tidak mungkin melakukanya! Atau, kau pasti sengaja membawaku ke sini kan? Harusnya kau menyuruh supir pribadiku untuk menjemputku!"Mendengar perkataan bosnya, yang sangat menusuk hati dan telinga. Membuat Anna tak habis pikir."Cukup tuan, saya tahu. Saya hanya seorang karyawan kecil tapi bukan berarti anda bisa menuduhku serendah itu," Anna berusaha membela diri, lalu beranjak dari atas ranjang seraya menggelengkan kepala, ia berjalan ke arah kamar mandi dengan tubuh polosnya yang hanya ditutupi sebuah selimut putih, lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah lantai.Selain merasa jijik pada tubuhnya yang sudah kotor, Anna juga sudah tak bisa menahan air mata yang tak terbendung lagi.Anna yang masih di terduduk di bawah guyuran air shower, ia tak henti-hentinya menangis meratapi nestapa yang telah menimpa dirinya. Berharap semua ini adalah mimpi buruk, namun semakin Anna mencubit tangannya yang terasa sakit membuat dirinya putus asa karena apa yang telah terjadi saat ini memang nyata adanya."Tidak! Aku sudah kotor," sesal Anna dalam tangis, yang masih merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan, apa lagi saat mengingat nasehat sang ibu yang meminta agar dia bisa menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita. Tapi apa yang telah terjadi saat ini malah sebaliknya dan membuat dunia Anna seolah hancur dalam sekejap dengan hati yang luluh lantak.Beberapa menit kemudian, Anna memberanikan diri untuk keluar setelah ia membersihkan diri. Dan memakai pakaian yang lengkap kembali, dengan kedua mata sembab lalu memberanikan diri berjalan dengan langkah yang pelan.Daren yang sudah menunggu Anna, dengan cepat dia beranjak dari tempat duduk dan segera menghampiri."Aku tidak ingin ada orang lain yang tahu tentang apa yang telah terjadi antara kita berdua, ambilah cek itu tulis saja berapa nominal yang kamu inginkan, dan anggap saja itu sebagai kompensasi, satu lagi aku tidak ingin jika sampai kamu menggandung darah dagingku, minumlah obat pencegah hamil itu," titah Daren dengan nada tinggi dan sikap dingin sembari melempar pelan sebuah botol kecil, yang sudah dibawakan oleh orang suruhannya.Anna tercengang, jantungnya seolah berhenti berdetak, saat mendengar semua perkataan yang terlontar di bibir Daren, yang masih dalam keadaan bertelanjang dada dan hanya memakai sebuah handuk di bawah pinggang."Heh! tuan tidak usah repot mengingatkan aku, karena aku bukanlah seorang wanita bayaran. Aku tidak membutuhkan cek yang anda berikan ini," Anna tersenyum getir, lalu ia merobek cek itu dengan penuh emosi, namun sebelum pergi Anna juga sengaja menelan pil pencegah hamil tepat di depan mata Daren tanpa ragu."Sekarang anda sudah puas kan? Dan tidak perlu khawatir lagi tuan," sindir Anna, ia segera berlari dari kamar hotel itu seraya menyeka air mata yang kembali mengalir deras.Brak!"Sial! Benar-benar wanita keras kepala!" Daren menggebrak meja yang ada di sampingnya.Sementara itu, Anna terus berjalan menyusuri jalan di tengah derasnya air hujan, tubuhnya seolah melayang dan berjalan tanpa arah, sampai ia tak sadar jika ada sebuah mobil truk yang melaju kencang dari arah belakangnya.Sampai beberapa kali supir truk itu menekan klakson, untuk mengingatkan gadis belia itu. Namun tetap saja Anna tidak fokus dan malah terus berjalan dengan tatapan mata kosong, meratapi apa yang baru saja terjadi padanya, terlebih lagi saat mengingat semua perkataan bosnya yang seolah memandang rendah dirinya seperti wanita nakal pada umumnya.Ckiit"Hey! Nona, apa kau sudah bosan hidup ya? Kalau mau mati jangan membuat orang lain repot," tegur seorang supir dengan nada tinggi dan emosi yang meluap-luap, nyaris saja dia menabrak Anna. Beruntung pria paruh baya itu berhasil menginjak rem dengan cepat.Anna yang baru terbuyar dari lamuannya, hanya menggelengkan kepala, saat supir truk itu membentak sampai ia kembali terjatuh di ke pinggir jalan lagi."Kenapa? Kenapa semuanya menjadi seperti ini?" Teriak Anna dalam tangisnya, seketika tubuhnya merosot dan terduduk di bawah tanah dan guyuran air hujan, seolah dunia pun ikut menangisi apa yang telah dia alami saat ini.Berkali-kali Anna mencoba untuk berdiri, namun tubuh dan kedua kakinya sangat lemas, hingga membuatnya terjatuh kembali."Aaakh! aku benci-benci semua ini kenapa harus terjadi padaku tuhan?" Umpat Anna yang seolah mempertanyakan hal yang tidak pernah ia bayangkan, dengan wajah cantik menenggadah menatap langit yang di selimuti awan hitam yang di iringi air hujan yang sangat deras serta petir menggelegar, seakan mewakili jeritan hatinya.Baru saja Daren memejamkan kedua pelupuk matanya, bayangan dan suara Anna seolah menghantui dirinya lagi."Aaaahhhh, tuan. Ku mohon jangan.." desah Anna malam itu yang terlihat sangat menggoda.Spontan Daren kembali terbangun, dengan seluruh keringat dingin yang membasahi seluruh tubuh kekarnya, dengan cepat dia mengambil segelas air putih yang ada di atas meja, lalu meminumnya dalam satu tegukan tanpa tersisa satu tetes pun."Ck, sialan. Kenapa bayangan itu muncul lagi," Daren menggerutu sembari menghela nafas kasar. Mengingat dia pertama kali tidur dengan seorang wanita, entah kenapa pemilik perusahaan terbesar dan ternama itu seolah merasakan sebuah sensasi yang berbeda dan getaran yang hebat dalam hatinya, bahkan perasaan yang aneh seolah muncul dalam hati setelah tak sengaja menyentuh dan menghabiskan malam bersama sekretaris barunya.Satu pesan masuk ke dalam ponsel, membuat Daren terkejut saat membaca pesan yang dikirimkan oleh asisten sekaligus supir kepercayaannya yang mengata
Keesokan harinya, Anna terduduk di meja kerjanya yang kebetulan berada di dalam ruangan yang sama dengan bosnya, dengan tubuh gemetar, hari ini dia terpaksa datang ke perusahaan demi mengambil tawaran yang sempat bosnya katakan kemarin. "Sebenarnya aku tidak ingin lagi menginjakkan kaki di sini, dan aku tidak ingin lagi melihat pria arogan dan menyebalkan itu, jika buka demi uang," lirih Anna, seraya meremas kedua jemarinya yang berkeringat dingin, berharap sebuah tawaran itu masih berlaku untuknya. Bahkan Anna sudah mengambil keputusan yang sudah bulat, jika ia sudah menerima cek, dia juga akan mengundurkan diri dari perusahaan besar Daren, meskipun dia mendapatkan kerjanya dengan susah payah yang di dukung oleh ibunya. Tapi harga dirinya sebagai seorang wanita, membuat Anna menjujung tinggi hal itu. Dan tidak ingin di rendahkan serta di tuduh sebagai pemicu insiden kemarin. Anna juga yakin jika dia bisa mencari pekerjaan di perusahan lain. Ketika Anna tengah larut dalam lamunanny
Anna masih bergeming dengan perasaan yang bimbang, bagaimana bisa dia harus tetap bekerja pada pria yang sudah merenggut kesuciannya. Tapi di sisi lain sebagai seorang putri yang ingin berbakti pada sang ibu, membuat ia tak punya pilihan lain lagi.Daren menatap tajam saat melihat Anna yang malah terdiam dengan wajah yang tertunduk, mengingat Anna karyawan barunya membuat dia merasa sangat khawatir, jika wanita yang ada di depannya adalah orang suruhan dari beberapa pesaing bisnisnya."Berapa nominal uang yang kamu butuhkan? Tapi jika kamu tidak bisa mematuhi syaratku maka lebih baik kamu jangan buang waktuku yang sangat berharga," Daren kembali melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya dengan penuh penekan.Mengingat hanya sang ibu yang sekarang Anna miliki satu-satunya, membuat ia terpaksa mengesampingkan rasa sakit dalam hatinya. "Anna! nyawa ibumu lebih penting dari segala-galanya," tegas Anna dalam hati. Lalu perlahan ia menarik nafas dalam-dalam."Baiklah tuan, aku akan
Brengsek! Siapapun dia, aku tak akan memaafkan orang itu!”Daren mengebrak meja dengan tangannya sampai terdengar suara dentuman keras. Lalu, setelah beberapa detik saat emosimenguasai diri, ia menatap Rudi dengan tajam.“Aku mau orang itu diseret ke hadapanku secepatnya!”Tentu saja sebagai seorang bawahan, Rudi dengan sigap segera menyelidiki tentang Anna lebih dalam sesuai perintah sang bos. Lalu, ia pun segera undur diri.Tak berselang lama, muncul sebuah pesan pop-up di handphone Daren. Melihat pesan itu, wajah kembali memasang wajah kesal."Ck, apa yang sudah dia adukan lagi pada ibu. Semakin membuatku muak saja."Sementara itu, di rumah sakit.Suara alarm di ruangan operasi terdengar berbunyi, pertanda kegiatan dalam ruangan medis telah selesai. Anna beranjak dari kursi tunggu.Dengan cepatnya ia menghampiri Dokter yang baru saja keluar."Dok! bagaimana kondisi ibu saya?" Anna bertanya dengan penuh kecemasan.Pria paruh baya itu perlahan membuka masker, dan melepas kaca mata pu
Ketika Anna masih terlarut dalam kesedihannya, tiba-tiba saja Daren yang ikut menyusul masuk. sembari mengerutkan kedua alis tebalnya saat melihat Anna yang sedang menangis."Sudah datang terlambat, sekarang malah menangis. Sebenarnya kamu mau bekerja atau apa Anna?" bisik Daren yang malah mencibir. Anna menarik nafas dalam-dalam, lalu segera menyusut air mata dengan kedua tangannya. Saat melihat Daren yang tiba-tiba saja ada di depannya. Daren mendengus kesal, saat Anna tidak menggubris pertanyaannya. Tapi malah terlihat menyibukkan diri dengan membuka beberapa map proyek, yang akan di presentasikan saat meeting nanti. Brak! "Aku bertanya padamu Anna, apa kamu tuli?" Daren marah. Sampai membuat Anna tersontak, dan terpaksa menjawab pertanyaan bosnya, yang angkuh, arogan dan super menyebalkan dalam pandangan Anna saat ini. "Tentu saja saya, mau bekerja tuan." jawab Anna singkat dengan nada ketus, tanpa mau menatap wajah Daren. "Hmm, bagus. Hari ini setelah pulang kerja aku ada
Setelah Anna menyeduh dan mengaduk kopi yang sudah di buat, lalu ia segera kembali ke ruangan kerja dengan langkah cepat dan cukup bersemangat untuk me memberikan permintaan bosnya itu.Tibanya di depan pintu, Anna menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya pelan. Dan segera masuk untuk segera menyuguhkannya pada sang bos. "Tuan, ini kopinya," kata Anna yang masih setia berdiri. Daren yang masih sibuk dengan tumpukan pekerjaan di atas meja, dia menyuruh Anna untuk menyimpannya lebih dulu. "Simpan saja, aku akan meminumnya nanti," perintahnya dengan nada ketus. Anna hanya mengangguk, lalu kembali ke meja kerjanya lagi yang berada tidak jauh dari meja kebesaran Daren. Rasanya ia ingin mengumpat sikap bosnya yang semena-mena memberi perintah. "Ternyata aku benar kan, jika dia hanya ingin mengerjai aku saja. Tapi sudahlah biarkan saja kalau dia meminumnya bagus," batin Anna. Satu pesan masuk di ponsel Daren, Daren menjeda pekerjaannya sejenak. Terlihat satu pesan dari ibunya yang sela
Anna terkejut, dengan cepatnya ia bangun dan segera menjaga jarak dari Daren. Yang tak sengaja tertimpa olehnya. "Ma-maafkan aku tuan, aku tidak sengaja," sesal Anna dengan wajah yang memerah sampai ia salah tingkah. Suasana ruangan Itu terasa hening dan cangung, terlebih lagi Daren yang masih terdiam dan tak percaya apa yang sudah terjadi. "Baju tuan kotor, aku akan segera mengambil gantinya," Anna berusaha mengalihkan diri dengan kesibukan dan segera pergi dari ruangan sang bos, dengan perasaan malu setengah mati. Daren yang masih duduk, lelaki itu itu memegang bibirnya dengan jantung yang berdegup kencang dua kali lebih cepat, saat mengingat kejadian yang begitu intens tadi. "Lagi-lagi dia membuat kecerobohan, tapi sentuhan bibirnya lumayan lembut juga," Daren menyusut sudut bibir. Untuk yang pertama kalinya dia merasakan sebuah ciuman dari seorang wanita. Daren tanpa sadar tersenyum, entah kenapa setiap melihat wajah cantik sekertaris barunya itu. Fantasi liarnya kembali munc
Anna yang masih duduk termenung, rasanya ia ingin segera pergi menjenguk ibunya yang sudah sadar, tapi di lain sisi wanita cantik itu masih bingung mencari alasan tentang uang biaya operasi dan rumah sakitnya. Daren yang baru selesai ganti baju dan baru keluar dari ruang pribadinya, membuat Anna terkejut. "Sudah waktunya kita pergi menemui tuan Arson, kamu sudah siap Anna? jangan lupa kamu harus benar-benar mempresentasikannya," Daren tak bosan untuk terus mengingatkan. Anna mengangguk patuh, lalu memberanikan diri untuk meminta ijin. Meskipun sebenarnya dia ragu. "Tu-tuan sebelumnya saya ingin meminta ijin untuk pulang lebih awal, karena hari ini ibuku sudah siuman setelah melakukan operasi," ungkap Anna dengan permintaannya. Daren terdiam, saat mendengar perkataan Anna yang terlihat sangat serius. Membuat hatinya merasa tidak tega. Tapi Daren sebagai pebisnis pantang merugi dan tetap ingin Anna bersikap profesional dalam pekerjaannya. "Kau boleh pulang setelah menemani aku meet
Daren terlihat sangat gelisah, saat dia masih dalam perjalanan mengejar Anna. bahkan beberapa kali lelaki itu terlihat terus menekan asistennya untuk mempercepat laju kecepatan mobilnya. "Cepat jalannya, apakah kamu tidak bisa menyetir!" bentak Daren dengan nada meninggi dan terlihat sangat gelisah. "Baik tuan, ini sudah sangat cepat," sahut sang asisten. Yang masih fokus melakukan tugasnya. Daren benar-benar terlihat cemas dan panik, berharap Anna tidak pergi sebelum dia datang. Tak hanya bisa menunggu sampai ke tempat tujuan, Daren meraih ponsel miliknya lalu berusaha untuk menghubungi wanita yang sangat dia cintai. Drrrt..drtt Panggilan telepon terus berbunyi, namun nihil tidak ada jawaban dari Anna, walaupun hanya sekedar pesan balasan. Membuat Daren semakin tak sabar dan lebih naik pitam. "Aakkkh, sial kenapa dia tidak mengangkat teleponku jangan bilang Anna benat-benar sudah pergi," Daren meracau dalam hati, perasaannya sama sekali tidak tenang. Lalu menekan kembali
Setelah Renata masih di ruangan UGD, semua orang terlihat sangat cemas dan panik. Setelah melihat insiden yang terjadi tadi. Tapi Nyonya Hanum yang masih belum mengerti dengan semua ucapan pelayan pribadinya. Membuat ia kembali memastikan apa maksud perkataanya tadi. "Bi Laksmi katakan padaku, maksud Bibi tadi apa mengatakan jika Renata adalah putrimu?" Nyonya Hanum menatap penuh selidik. Laksmi tertunduk malu, tapi setelah melihat putrinya yang saat ini sedang terpojok membuat ia tidak bisa lagi menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya. "Nyonya benar, Renata adalah putriku yang sengaja aku bawa untuk nyonya rawat agar hidupnya bahagia, tapi yang aku liat malah sebaliknya," sesal Laksmi. "Astaga Bi, kenapa bibi sangat tega membiarkan Renata di panti asuhan saat itu? sekarang lihatlah Renata malah semakin susah untuk di atur karena obsesinya yang terlalu tinggi," Nyonya Hanum tak habis pikir. Mendengar perkataan mereka, tuan dan nyonya Wijaya segera menghampiri lalu menega
Daren dan kedua orang tuanya melirik ke arah sumber suara yang berada tepat di samping mereka, ibu Hanum dan bibi Laksmi merasa tak tega ketika melihat Renata yang berlutut memohon di bawah sana. "Nyonya Hanum, kebetulan anda kemari kami ingin membicarakan tentang putrimu yang sudah membuat kami malu dengan skandalnya." Hardik tuan Wijaya memberitahukan dengan nada tinggi. Nyonya Hanum dan bi Laksmi segera menghampiri dan berusaha untuk membantu Renata untuk bangun. "Renata bangunlah kamu nak," bujuk nyonya Hanum. Renata menggelengkan kepala, rasanya dia tidak ingin beranjak sebelum kedua mertuanya memberikan ampun padanya. "Nggak Bu, aku tidak mau, biarkan aku memohon pada mas Daren dan kedua orang tuanya," ucap Renata dalam tangisnya. Daren tersenyum getir, saat melihat dan mendengar kata-kata maaf dari Renata yang begitu enteng, seolah perbuatannya itu adalah hal kecil yang mudah untuk di maafkan. "Tidak! aku tidak sudi memaafkan wanita murahan sepertimu Renata mulai ma
"Aaakh tidak! kenapa semuanya jadi kacau seperti ini? dan kau tuan Andre! lihat ini semuanya gara-gara kamu," teriak Renata setengah frustasi sembari menjambak rambutnya. "Aku tidak tahu akan seperti ini Renata, jadi tenanglah. Kau bisa menjadi wanita ku untuk selamanya," bujuk Andrew menghampiri. Renata menepis kasar tangan pria itu, tak ingin kehilangan Daren. Ia segera memakai gaunnya kembali, lalu berusaha untuk mengejar dengan langkah yang tertatih-tatih. "Renata! tunggu!" panggil Andrew, yang masih di kerumuni oleh beberapa karyawan yang masih membidik kamera ke arahnya. Renata tidak menggubris panggilan Andrew. Baru saja keluar dari hotel, Kiki yang sudah lama menunggunya dari mobil segera menghampiri dan memanggil Renata. "Nyonya Renata! naiklah!" "Kiki, kau ternyata di sini?" Renata tak membuang waktu lagi, dengan cepat masuk ke dalam mobil dan meminta asistennya untuk mengejar Daren. Dengan patuh, Kiki melakukan sesuai perintah walaupun terpaksa harus mengebut.
Nyonya Wijaya benar-benar kecewa, sampai dia terduduk lemas di sofa dengan kepala yang sudah sangat sakit dan pusing. Karena bagaimana bisa menantu yang selalu dia idamkan malah ternyata hanya seorang wanita murahan yang sering bergonta-ganti seorang pria. "Renata! benar-benar kamu mengecewakan keluarga ini," Nyonya Wijaya sangat kesal, dengan berita yang mengegerkan hati ini membuat wajah keluarga Wijaya hilang di depan semua orang. "Tidak! Meskipun pernikahan Daren dan Renata sudah di sepakati oleh mas Wijaya, aku tetap tidak setuju dengan masalah ini," Nyonya Wijaya tak tahan lagi dengan berita yang tersebar. Ia segera menghubungi Daren dan juga suaminya tak lupa juga dengan Renata. Beberapa kali wanita paruh baya itu , terus menghubungi putra dan suaminya untuk membicarakan hal ini. Sementara Kiki asisten dari Renata sangat kaget ketika melihat skandal model yang ada dalam naungannya. "Astaga! gawat, bagaimana foto dan video nyonya Renata dan tuan Andrew bisa tersebar s
Kedua tangan Anna terkepal, netra coklatnya berkaca-kaca saat mendengar perkataan nyonya Wijaya. Yang begitu memandang rendah dirinya. Setelah berpikir dengan waktu yang cukup lama, Anna menarik nafas lalu dengan tegas kembali menolak tawaran uang dari wanita kaya itu. "Nyonya tidak usah repot-repot memberikan saya uang, jika itu keinginan anda maka aku akan melakukannya," Lirih Anna menangis. "Baguslah, kamu memang seharusnya tahu diri perbedaan kamu dan Daren sangatlah jauh berbeda, ambil saja cek itu tidak usah terlalu munafik!" ledek wanita paruh baya itu sembari memutar kedua mata malasnya. Lalu pergi begitu saja dengan sikap angkuh dan sombong. Bu Ratih yang tak sengaja mendengar obrolan mereka, membuat dia sangat kesal dan marah saat putri yang sangat sayangi di perlakukan rendah oleh orang lain. Dengan amarah yang menguasai dirinya, Bu Ratih memungut cek yang di berikan oleh nyonya Wijaya yang tergeletak di bawah lantai. "Tunggu!" panggil Bu Ratih. Langkah
Setelah Daren pergi untuk menyelesaikan semua masalah yang ada, Bu Ratih kembali mengingatkan putri kesayangannya atas apa yang baru saja dia dengarkan tadi. "Anna, jawab ibu. Apa kamu benar-benar akan menerima kembali pinangan tuan Daren? sudah jelas-jelas dia pria yang sudah memiliki pasangan," peringat Bu Ratih, berharap jika putrinya tidak salah mengambil keputusan dalam hidupnya. Anna menghela nafas panjang, lalu ia memutar badan dan menatap ibunya. Lalu menjawab. "Ya ibu, Anna sudah berpikir, jika calon bayi yang ada di dalam kandungan ini dia begitu membutuhkan figur seorang ayah, dan Anna juga yakin apa yang di katakan oleh tuan Daren membuat aku yakin," jelas Anna. Sebagai seorang ibu, ibu Ratih tidak bisa mencegah dia hanya berharap jika putrinya benar-benar bisa merasakan kebahagiaan. "Ya sudah, ibu hanya bisa berharap kamu dan tuan Daren segera menikah!" imbuh Bu Ratih. "Iya Bu," Anna tersenyum. Ketika ibu dan anak itu tengah berbicara serius tiba-tiba saj
"Tidak Anna! kamu sekarang tidak bisa lari dariku lagi, bagaimana pun juga calon bayi yang ada dalam kandunganmu adalah darah dagingku," tegas Daren meraih dan memegang kedua bahu mungil Anna. Kedua insan yang saling mencintai itu menatap satu sama lain dengan tatapan mendalam, terutama Anna rasanya air matanya sudah tak terbendung lagi. "Ku mohon, Anna. Jangan pernah lagi kamu pergi dariku, Renata dan aku hanya menikah dalam perjodohan, tidak ada rasa cinta dalam hatiku untuknya." jelas Daren sembari memeluk Anna dengan sangat erat. Bu Ratih yang hanya terpaku, entah kenapa dia melihat sebuah ketulusan di kedua manik mata Daren. Akan tetapi ada satu hal yang membuatnya sangat ragu dan di lema. "Tuan Daren sepertinya tulus pada Anna, tapi statusnya sebagai nyonya Renata hanya akan membawa masalah untuk Anna, bahkan semua orang mungkin akan mencemoohnya," batin Ratih. Setelah Anna dan Daren saling memeluk wanita paruh baya itu pun menghampiri dan mengingatkan keduanya. "Ann
Anna tercengang, dia sampai menutup mulut dengan kedua tangannya saat baru mengetahui semua kenyataan yang ada bahkan dia benar-benar tak habis pikir. "Tidak! itu tidak mungkin, bagaimana bisa mas Dirga begitu tega untuk mencelakai ku!" Dirga yang tak terima dengan cara Daren yang sengaja membuat Anna untuk menjauh dan membencinya. Pria itu pun segera menjelaskan. "Ana! apa yang di katakan oleh ka Daren itu bohong, aku tidak ingin mempunyai niat buruk padamu, dan aku benar-benar menyukaimu," Jelas Dirga beralibi. Mendengar perkataan Dirga yang berusaha untuk membela diri, membuat darah Daren mendidih. Dan tak kuasa lagi menahan diri untuk melayangkan kepalan tangannya tepat di wajah sepupunya itu. BLUGH! "Kau munafik sekali Dirga! Sudah jelas-jelas dirimu ingin mencelakai Anna dan calon bayinya." Bentak Daren yang sudah tak bisa lagi menahan emosi. Sampai Dirga terkena pukulan dan terjatuh tersungkur ke bawah lantai, tak terima di perlakukan kasar. Dirga berusaha mem