Ini adalah pertama kali Starla melakukan penerbangan membawa anak kecil yang sedang berada dalam masa aktif pertumbuhan dengan kondisi berbadan dua.Nyaris di sepanjang penerbangan Starla mual lalu bolak-balik ke toilet untuk muntah. Starla menjadi lebih repot karena Bintang tidak mau ditinggal. Yang lebih parahnya Bintang juga tidak mau turun dari gendongan Starla. Andai saja Starla membawa Rachel pasti tidak begitu kejadiannya. Starla sudah menawarkan Rachel untuk ikut, tapi adik iparnya itu menolak dengan alasan tidak mau mengganggu keromantisan Starla dan Radev.Starla tidak langsung menyambung perjalanannya. Kondisinya yang lemah membuat Starla butuh waktu untuk beristirahat. Starla mencari hotel lalu tidur siang di sana. Setelah sore barulah Starla melanjutkan dengan perjalanan darat. Itu pun berangkatnya menjelang malam karena travel yang dinaikinya harus menjemput penumpang ke alamat masing-masing.Kali ini Starla benar-benar menyerah. Sepanjang perjalanan Starla mabuk darat y
Dengan Bintang yang berada di dalam gendongannya Radev mengeratkan dekapan di tubuh Starla.“Kenapa nggak kasih kabar kalau mau ke sini?” bisiknya pelan.“Gimana mau kasih kabar, Pak Radev kan lagi marah sama saya. Lagian saya juga mau kasih kejutan, tapi malah saya-nya yang dikasih kejutan,” jawab Starla sembari matanya tertuju pada Mita.Jawaban istrinya sukses membungkam mulut Radev selama hitungan detik sampai ia kembali mendapat kata-kata.“Apa yang kamu lihat tadi nggak seperti keliatannya, La, aku punya penjelasan untuk itu, nanti aku akan ceritakan semuanya,” janji Radev lalu melepaskan Starla dari pelukannya begitu sadar bahwa saat ini mereka diawasi berpasang-pasang mata.Kemudian Radev merangkul Starla untuk dikenalkan pada para karyawannya. Dan terutama Mita.“Mungkin ada yang belum kenal sama istri saya. Jadi saya perkenalkan sekarang. Wanita cantik ini adalah istri saya, namanya Starla. Dia istri saya satu-satunya. One and only. Saya sangat mencintai dia bahkan melebihi
Radev ingin menolak tawaran Hendra, tapi begitu ingat ucapan pria itu ada benarnya, maka dengan berat hati Radev memutuskan untuk membawa istri dan anaknya menginap di rumah Hendra yang artinya mereka akan tinggal satu atap dengan Mita.“Dibagi-bagi aja kuenya, Ji,” suruh Radev pada Aji setelah dirinya mengambil bagiannya.“Siap, Pak Radev,” jawab Aji cepat.Radev kemudian meninggalkan mess dengan membawa istri dan anaknya. Pria itu juga mengambil alih backpack Starla lantas menyandang di punggungnya.Mita berjalan mengikuti di belakang pasangan tersebut dengan langkah lunglai. Mati-matian menahan rasa cemburu yang menggigit hatinya menyaksikan kemesraan Radev dan istri cantiknya.“Mita, tolong bersihkan kamar tengah, ganti lagi sprei dan gordennya,” titah Hendra pada sang putri setibanya mereka di rumah. Istri Hendra sudah meninggal sejak lama sehingga ia hidup hanya berdua dengan anak tunggalnya.“Baik, Pa,” jawab Mita patuh.Hendra baru menyadari bahwa ada yang berbeda dengan putri
Radev tak kurang terkejut saat menyadari ada istrinya sedang berdiri tegak di depan pintu, sedang mengamati gerak-geriknya dan Mita. Belum Radev bicara, Mita lebih dulu memberi penjelasan.“Eh, Bu Starla masih bangun? Saya pikir Ibu sudah tidur. Saya dan Pak Radev baru selesai keliling desa. Tadi Bintang rewel banget, Bu, tapi untunglah dia akhirnya tidur.”Starla belum menjawab apa-apa ketika dengan lancangnya Mita masuk ke dalam kamar Starla lalu membaringkan Bintang di tengah-tengah tempat tidur.Ini memang rumah Mita, tapi Starla sangat keberatan dengan sikapnya yang langsung masuk ke kamar tanpa izin. Seharusnya Mita memberikan Bintang pada Starla, biar Starla yang menggendongnya ke kamar.Starla ikut masuk ke kamar. Lalu dilihatnya Mita duduk di pinggir tempat tidur sembari tangannya membelai kepala Bintang bagai seorang ibu pada anaknya.Starla sengaja berdeham agar Mita segera pergi. Tapi wanita itu entah tidak mengerti bahasa halus atau bagaimana. Dia tetap di posisinya sete
“Dev, lepasin aku ...” Erangan halus meluncur dari mulut Starla. Tangan Radev yang menekan pergelangan tangannya membuat Starla tidak bisa bergerak. Tubuhnya terpenjara di bawah pria itu.“Aku nggak akan melepaskan kamu sebelum kamu menceritakan apa yang kamu lakukan di sana.” Radev mendesis di depan mulut Starla. Hangat napasnya menerpa tepat mengenai pipi Starla.“Gimana aku mau ceritain kalau kamu siksa aku kayak gini? Sakit, Dev ...” Starla merintih karena cekalan suaminya yang terlalu kuat.Melihat ringisan di wajah istrinya barulah Radev melepaskan cengkraman dari tangan Starla. “Astaga ... Maaf, Sayang, maaf.” Radev menyesali perbuatannya lalu dengan cepat bergerak turun dari atas istrinya itu. Saking cemburunya ia sampai berbuat kasar pada istri sendiri.Starla menggerak-gerakkan tangannya sambil cemberut. “You’re so rude,” berengutnya.“Maaf, Sayangku. Tadi aku lost control.” Radev mengambil tangan Starla lalu mengusap-usap dan mengecupnya seakan dengan begitu bisa menghilan
Malam semakin larut. Keheningan menyapa bertambah pekat.Di saat orang-orang tengah berada di alam mimpi, sepasang suami istri yang saling mencinta itu, namun juga terlalu ego untuk mengakui perasaan cemburu di hati masing-masing, masih membuka mata.Mereka memadamkan sisa-sisa pertengkaran tadi dengan satu sesi bercinta yang panas.Ranjang tua di kamar itu sampai berderit akibat gerakan keduanya yang terlalu atraktif.Starla dan Radev sama-sama menertawai keadaan mereka saat ini.“Dev, nggak usah terlalu semangat, nanti kedengaran sampai ke sebelah,” kata Starla mengingatkan.Kamar Mita berada tepat di sebelah kamar yang Radev dan Starla tempati. Tepat pada bagian dinding atas kamar terdapat lubang bulat seperti bekas penghubung pipa AC. Lubang tersebut bisa menghubungkan suara ke kamar sebelah apalagi di dalam keheningan malam seperti saat ini.“Ini juga aku udah pelan, mau pelan gimana lagi?” Radev tersenyum geli. Sambil terus memagut menyelaraskan gerakan yang estetik keduanya m
Starla terbangun oleh ketukan keras di pintu.Ia membuka mata dan mendapati dirinya berada sendiri. Tidak ada Radev di sebelahnya. Hal terakhir yang bisa Starla ingat adalah ketika suaminya itu menyampaikan keputusan besar yang membuat Starla bahagia setengah mati.Memiringkan badannya, Starla mendapati selembar kertas di atas permukaan kasur yang kosong di sebelahnya. Radev menulis beberapa baris pesan di sana.“La, aku tinggal sebentar. Mau ajak Bintang jalan sekalian mau cari makanan yang nggak bikin kamu mual.”Segaris senyum menghiasi bibir Starla. Jadi begini rasanya diperhatikan saat hamil.Starla masih ingin melanjutkan tidur ketika ia tersadar ada seseorang di depan sana yang kembali mengetuk pintu.Starla terpaksa bangun lalu keluar dari kamar untuk membukanya. Tampaknya tidak ada orang di rumah ini selain dirinya sendiri.Dengan tubuh lemah Starla menyeret langkah.Diputarnya gagang pintu dengan perlahan. Seketika ia dihadapkan pada pemandangan seorang laki-laki yang berdir
Setelah berbicara di rumah Hendra, Radev mengajak Axel meninjau lokasi proyek agar lelaki itu bisa melihat langsung sejauh mana perkembangannya. Radev menerangkan dengan detail pada Axel sampai sejelas mungkin. Dari ekspresi yang ditunjukkannya Axel tampak puas oleh kinerja Radev.“Jadi rencananya kamu mau rekrut siapa, Dev?” tanya Axel sambil mereka berjalan menuju mobil Radev.“Saya sudah menghubungi beberapa rekan kerja yang berpengalaman di bidangnya. Kebetulan saya mengenal mereka dengan baik. Beberapa di antaranya pernah kerja di perusahaan saya dulu,” jelas Radev.“Tapi perusahaan kamu itu bergerak di bidang garmen, tentu saja tidak bisa disamakan dengan konstruksi, skill dan experience mereka tentu berbeda,” ucap Axel keberatan.“Oh, begitu. Kalau kamu ragu, saya masih memiliki kandidat lainnya yang berpengalaman di bidang konstruksi. Saya jamin nggak akan mengecewakan,” kata Radev memberi garansi. Sebenarnya tentang siapa yang akan menggantikannya nanti sepenuhnya menjadi ha
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua