Satu bulan sudah Radev dan Starla berpisah. Radev mengatakan pada Starla jika dirinya belum bisa pulang karena pengerjaan proyek sedikit tertunda akibat hujan yang turun deras beberapa waktu belakangan.Starla yang sangat mengerti dan juga mendukung Radev dalam hal apa pun tidak banyak menuntut. Starla tidak ingin bersikap kekanakan yang akan merusak hubungan mereka. Apalagi saat ini mereka berjauhan. Starla tidak ingin menambah beban pikiran Radev.Hari ini Starla hanya berdua dengan Bintang. Sejak kemarin Rachel tidak menginap di rumah. Adik iparnya menginap di rumah temannya untuk menyediakan beberapa perlengkapan untuk wisuda.Di saat-saat seperti ini Starla merasa kesepian. Pikirannya tidak jauh-jauh dari Radev. Sedang apa Radev sekarang? Apa yang dilakukannya selain bekerja?Starla bangkit dari ranjang. Tadi ia menidurkan Bintang dengan cara mengusap-usap punggung anak itu sampai mengantuk lalu tertidur sendiri.Mengambil kalender meja, Starla menyilang tanggal hari ini. Masih
“Rachel, boleh saya minta bantuan kamu?” tanya Axel setelah adik ipar Starla itu berjalan mendekat ke arah mereka berdua.Rachel yang tidak tahu apa-apa dan langsung disuguhkan pertanyaan itu melempar tatapannya pada Starla.Starla membalas dengan mengedikkan bahunya.“Bantuan apa ya, Xel?” tanya Rachel balik setelah mengembalikan pandangannya ke arah Axel.“Saya mau ajak Starla pergi sebentar karena ada urusan penting, jadi karena Bintang nggak bisa dibawa ke luar sembarangan saya minta bantuan kamu untuk menjaga Bintang sampai Starla pulang.”“Oh, itu. Ya udah sih pergi aja. Aku juga nggak ke mana-mana,” jawab Rachel yang membuat pria di hadapannya merekahkan senyum lebar.“Makasih.”Rachel naik ke lantai tiga setelah membalas senyum Axel. Starla ikut berjalan di sebelahnya.Bintang masih tidur sehingga Starla dengan mudah meninggalkannya tanpa ada drama rengekan dan air mata.“Ada urusan penting apa, La? Ada job baru?” tanya Rachel saat Starla sedang berkemas.“Bukan. Axel minta di
Ternyata ibunya Axel tidak berbohong. Begitu digiring ke ruang makan Starla menyaksikan betapa banyak hidangan lezat tertata di meja makan. Sebuah kue ulang tahun tampak berada di tengah-tengah.“Duduk, La.” Axel menarikkan kursi untuk Starla padahal Starla bisa melakukannya sendiri. Setelah Starla duduk Axel juga menarik kursi di sebelah Starla lantas duduk di sana. Hanya ada mereka bertiga saat itu yang membuat Starla bertanya-tanya, ke mana anggota keluarga yang lain? Ke mana kepala keluarga di sini? Apa Axel tidak memiliki saudara? Semua pertanyaan tersebut berkumpul di kepala Starla tanpa mampu dilafalkannya.Axel mengambil kue di tengah kemudian menyalakan api pada lilin yang tertancap di sana. “Tiup lilinnya dulu, Ma,” pintanya pada sang ibu.“Astaga, Xel, kamu ini. Mama udah tua begini masih aja pake acara tiup lilin.” Alice memprotes tindakan anaknya.“Mau tua atau masih muda kalau lagi ulang tahun ya tetap aja ulang t
Starla mendadak gugup. Jangan-jangan Axel mendengar percakapannya dengan Radev tadi. Meskipun secara sepihak tapi dari nada suara Starla pasti Axel bisa membaca bahwa saat ini Starla dan Radev sedang tidak baik-baik saja.“Xel, saya harus pulang sekarang. Nggak usah diantar, saya bisa pake taksi,” kata Starla berpamitan.“Kenapa buru-buru?” tanya lelaki itu. Axel masih ingin bersama Starla. “Kasihan Bintang kalau terlalu lama ditinggal. Takutnya dia nangis dan Rachel nggak bisa menghadapinya sendiri,” jawab Starla beralasan. Starla hanya tidak ingin nanti Radev meradang lagi jika tahu dirinya masih berkeliaran di luar.“Baik, tapi izinkan saya yang mengantar kamu. Tadi saya yang menjemput jadi saya yang akan mengantar kamu pulang.”Starla tidak dapat menolak keinginan Axel. Kemudian Starla masuk ke dalam rumah untuk berpamitan pada Alice.“Tante, saya permisi pulang dulu.”“Lho, nggak menginap di sini saja?”“Maaf, Tante, tapi saya nggak bisa. Saya harus pulang sekarang.”“Hanya satu
Pusing dan dingin langsung menyergap saat pagi ini Radev terbangun dari tidurnya. Tirai biru transparan di jendela kamar yang ditempatinya memang tertutup dengan rapat, tapi bahannya yang tipis membuat cahaya matahari pagi masuk dengan leluasa.Selama beberapa saat Radev memeluk gulingnya. Matanya mengerjap berkali-kali mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya kembali sembari pikirannya mengingat-ingat kejadian semalam.Setelah Starla mengiriminya pesan Radev langsung menelepon melalui panggilan video. Ia baru bisa merasa lega setelah menyaksikan sendiri istrinya itu sedang bermain dengan anak mereka.“Dih, Pak Radev nggak percaya banget kalau saya udah di rumah,” cibir Starla padanya.Lalu mereka membahas mengenai sedikit kesalahpahaman yang terjadi. Radev jujur mengakui kalau yang menjawab panggilan dari Starla adalah Mita, anak kepala desa.“Tapi masa dia nggak tahu aku siapa? Memangnya nama aku nggak ada di handphone kamu?” protes Starla tidak terima.Sampai saat ini Radev dan Sta
Beberapa minggu sebelumnya ...Dua orang laki-laki dan seorang wanita memandang dengan kasihan pada sosok perempuan yang terbaring di ranjang. Perempuan itu baru saja tertidur setelah diberi suntikan penenang. Sebelumnya perempuan itu mengamuk dan menghancurkan barang serta benda-benda atau apa pun yang berada di dekatnya. Kondisi perempuan itu sangat memprihatinkan.Perempuan itu adalah Ajeng.Setelah berkonsultasi ke dokter Ajeng dinyatakan mengalami depresi berat dan terganggu kejiwaannya akibat kenyataan pahit yang memukulnya dengan telak. Ajeng juga harus dirawat di rumah sakit jiwa. Tidak seorang pun yang menyangka kalau akhir nasibnya begitu menyedihkan.“Kita nggak bisa membiarkan ini terjadi, Pi. Kita harus membalas perbuatan Marvel dan istri sialannya itu. Mami nggak bisa terima dia memanfaatkan kita hanya demi jabatan. Setelah mereka mendapatkan apa yang diinginkan mereka membuang kita dan anak kita seperti sampah,” ratap Regina tidak mampu lagi menahan air mata.Andi mengh
“Papiiii!!!” Rachel berteriak histeris. Tanpa perlu diperjelas Rachel tahu jika MC adalah inisial dari nama ayahnya apalagi pembaca berita juga menyebutkan nama instansi pria itu.“Ra ...” Starla yang juga syok berat merengkuh pundak adik iparnya.“Ini nggak mungkin Papi kan, La? Papi nggak mungkin mau disuap kan, La? Papi itu berdedikasi. Papi juga nggak kekurangan uang,” ujar Rachel lesu dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak percaya ayahnya serendah itu. Mereka adalah orang berkecukupan dan berasal dari keluarga terhormat.Starla tidak mengatakan apa pun karena ia juga belum mengetahui kebenarannya secara pasti meskipun dari berita yang mereka dengar sudah positif mengarah pada mertuanya.Starla mengambil alih ponsel Rachel lalu mengetikkan nama Marvel Cavian di kolom search engine. Hanya dalam hitungan detik berita ataupun informasi mengenai lelaki itu bermunculan yang narasinya berbeda-beda tapi intinya serupa. Pria itu tertangkap dalam sebuah operasi tangkap tangan Komisi Pemberanta
Starla tidak banyak bicara setelah kejadian bertemu dengan Rai. Starla tidak habis pikir bagaimana bisa dirinya yang disalahkan atas hal-hal yang tidak dilakukannya. Bahkan di saat ia hanya bernapas orang-orang masih saja menyenggolnya. What a life!“Masih mikirin kata-kata Rai tadi?” tanya Radev setibanya mereka di ruko.“Sedikit,” jawab Starla pelan. Jujur saja Starla merasa sedih mendengar hinaan itu. Radev berdiri dari tempat duduk lalu bersimpuh di lantai. Ia mengambil tangan Starla kemudian mengunci dalam genggamannya. “Jangan diambil pusing kata-kata orang itu. Anggap aja dia orang stres. Kamu tahu sendiri kan gimana kelakuan orang stres? Jadi mending yang waras ngalah aja,” kata Radev menghibur istrinya.Bibir Starla melengkung membentuk senyum tipis mendengar ucapan Radev yang sedikit menghiburnya.“Tadi dia pasti sakit banget kamu tampar. Harusnya tadi kamu nggak langsung main tangan, Dev.” Starla ikut meringis membayangkan kejadian beberapa jam yang lalu. Di mana dengan lu
"Pokoknya kalian wajib datang. Gue nggak mau ya nerima alasan apa pun.""Apa pun?""Ya, apa pun!" tegas suara di seberang sana penuh penekanan.“Ya udah, gue tanya Kaka dulu ya, dia mau apa nggak.”"Ya pasti mau lah. Kalau nggak mau gue pecat dia jadi adek ipar."Rachel tertawa lalu memutus panggilan."Siapa, Ra?" tanya Bjorka yang baru keluar dari kamar mandi."Rai.""Raihana?"Rachel mengiakan dengan anggukan kepala.Bjorka tidak bertanya lagi. Masih dengan mengenakan handuk dia membuka lemari mencari bajunya di sana. Biasanya Rachel yang menyediakan. Tapi karena tadi asyik teleponan dengan Rai, Rachel jadi lupa."Ka, Rai minta kita hadir di acara nikahannya." Rachel menyampaikan isi pembicaraan dengan Rai tadi.Setelah bertualang dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain, akhirnya Rai memantapkan hati untuk menikah. Bukan pernikahan yang pertama memang. Dan mirisnya lagi adalah calon suami Rai berumur hampir dua kali lipat dari usianya. Saat Rachel protes, "Lo yakin mau nikah s
Prosesi pernikahan Rachel dan Bjorka akhirnya berjalan dengan lancar dan baru saja berakhir.Rachel tidak merasa lelah sedikit pun meski rangkaian acara tersebut berlangsung hampir lima belas jam lamanya. Yang ada hanya perasaan bahagia.Perlahan pikirannya mulai mereka ulang lagi adegan demi adegan yang terselenggara tadi. Mulai dari prosesi akad nikah yang mengharukan sampai acara resepsi yang mewahnya tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Zoia yang mulai saat ini ia panggil dengan sebutan Mama mengusahakan semuanya agar sempurna. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk pernikahan kliennya, dan tentu saja saat pernikahan anak sendiri harus luar biasa.Seperti yang Rachel sepakati dengan Bjorka, Bjorka akan menunggunya di ballroom. Setelah mendengar komando dari MC, Rachel kemudian masuk diiringi oleh para bridesmaid. Yang menjadi bridesmaid adalah Starla, model-model Lavender Manajemen serta para sepupu Bjorka.Setelah menapakkan kaki di ballroom, wajah Rachel tertimpa lampu flas
Bagi orang-orang mungkin keputusan Bjorka untuk menikahi Rachel hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah status mereka berpacaran adalah keputusan yang paling gila. Mungkin mereka juga menganggap Bjorka tidak berpikir panjang. Tapi demi apa pun Bjorka sudah memikirkan semua ini.Setelah jadian malam itu Bjorka mulai memikirkan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Rachel. Bjorka sudah mengenalnya bertahun-tahun. Ia tahu persis bagaimana sifat dan karakter Rachel. Dalam waktu satu bulan itu juga ia mulai merasakan chemistry demi chemistry di antara mereka yang tidak pernah ia temukan saat dulu bersama Nicole. Perlahan Bjorka menyadari bahwa ia lebih cocok dengan Rachel. Maka saat menyampaikan pada mamanya bahwa ia sudah punya pacar dan juga mengatakan ingin menikahi pacarnya itu mamanya terkejut oleh kenekatan Bjorka. Mungkin Bjorka memang nekat. Tapi nekat yang ini bukan tanpa alasan. Nekat yang ini juga akan ia pertanggungjawabkan.Setelah meyakinkan kedua orang tuany
Starla menatap Rachel sambil senyum-senyum sendiri menyaksikan tingkah adik iparnya itu.Saat ini Rachel sedang mematut diri di cermin sambil memindai diri dari puncak kepala hingga bawah kaki. Rachel mengenakan dress berwarna peach dan masih merasa ada yang kurang. Ini entah dress ke berapa yang ia coba sejak tadi.Malam ini Bjorka akan mengajak ke rumahnya. Dan status sebagai kekasihnya yang Rachel sandang saat ini membuatnya merasa harus memberikan yang terbaik. Rachel memang sudah ribuan kali mondar-mandir ke rumah Bjorka, namun itu sebagai sahabat. Malam ini adalah untuk pertama kalinya ia akan menginjakkan kaki di sana sebagai pacar Bjorka. Dan rasanya gugup bukan main."Gimana, Ra? Masih belum juga?" tanya Starla melihat Rachel yang masih bimbang akan mengenakan baju yang mana."Ini sih bagus, tapi agak ketat di bagian dada," jawab Rachel."Atau coba yang ini."Rachel menerima midi dress floral berwarna putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru yang Starla sodorkan la
"Please, Ka, jangan sekarang." Rachel menolak ketika Bjorka mengatakan akan membawa ke rumahnya dan mengenalkan pada orang tuanya bahwa saat ini Rachel adalah kekasihnya.Sudah satu bulan mereka berpacaran namun tidak seorang pun tahu perubahan status tersebut karena sejak awal mereka mengetahui keduanya bersahabat. Semua berjalan sebagaimana biasa."Kenapa nggak boleh?" Bjorka menatap Rachel lekat, ingin tahu apa alasannya.Tentu saja Rachel tidak siap dengan semua ini adalah karena ia khawatir respon yang akan diterimanya dari orang tua Bjorka. Selama ini mereka bisa menerima Rachel sebagai teman anak mereka. Namun hal yang sama belum tentu akan terjadi jika mereka tahu bahwa Rachel adalah kekasih putra mereka. Rachel tidak akan pernah lupa ucapan mamanya Bjorka yang pernah ia dengar dengan tidak sengaja. Dari sana sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan sikap mereka pada Rachel."Bukan nggak boleh tapi aku rasa belum saatnya," jawab Rachel mengatakan alasannya."Jadi kapan saatnya
Satu tahun kemudian.365 hari telah berlalu. Bjorka kehilangan jejak Nicole. Sejak Nicole resign Bjorka tidak tahu lagi bagaimana kabarnya. Bjorka tidak pernah mencari tahu atau menghubunginya. Karena jika keep in touch dengannya semua akan semakin sulit.Hari-hari terasa begitu berat, hampa dan sunyi. Ternyata begini rasanya patah hati. Sampai detik ini Bjorka masih memikirkan perkataan Nicole waktu itu.Pintu kamar Bjorka diketuk. Lalu kepala Papanya menyembul. Javas tampak sudah rapi dengan Polo shirt hitam dan jeans biru pudar. Walau sudah bapak-bapak tapi papanya masih muda. Papanya bahkan jarang mengenakan celana kain selain ke kantor."Nggak malmingan, Ka?""Mau malmingan sama siapa, Pa?"Javas mendekat lalu duduk di pinggir tempat tidur tempat Bjorka berbaring."Masa udah mau kepala tiga masih jomblo aja," ledek Javas padanya."Ya mau gimana, nggak ada yang mau sama aku.""Yaelah, Ka, Ka ... Baru kehilangan cewek satu kali letoynya sampai satu tahun." Papa menoyor kepala Bjorka
Radev tidak menjawab pertanyaan Rachel. Aura dingin yang menguar dari ekspresinya membuat Rachel jadi ketakutan. Dulu Radev sudah menasihatinya agar jangan terpengaruh oleh Megan. Tapi yang terjadi Megan berhasil memanfaatkan Rachel. Megan tahu Rachel adalah anak yang patuh dan penurut. Kelemahannya itu digunakan Megan untuk menekan Rachel."Dev, lo tahu dari mana?" tanya Rachel sekali lagi masih dengan ekspresi yang sama. Takut-takut seperti tadi."Nggak penting gue tahu dari mana. Yang penting adalah gue tahu.""Lo tahu dari Kaka?""Sahabat gue bukan orang munafik. Dia pandai menjaga rahasia. Dia nggak bakal koar-koar ke mana-mana sekalipun sama gue."Rachel menggigit pipi bagian dalam. Kalau memang bukan dari Bjorka lantas dari mana Radev tahu? Apa selama ini Radev mengawasi pergerakan Rachel dari jauh? "Udah berkali-kali gue kasih nasihat. Lo mesti hati-hati sama Mami. Tapi nyatanya dia berhasil menjebak lo.""Sorry, Dev, gue emang salah. Abisnya gue kasihan sama Mami. Lagian wak
Hujan gerimis mengiringi pemakaman Marvel. Langit seakan berduka dan turut menangis. Satu demi satu para pelayat sudah mulai pulang. Takut kena gerimis yang akan menjelma menjadi hujan deras.Rachel masih terpaku memandangi gundukan tanah di hadapannya. Jasad Marvel sudah terkubur jauh di dalam tanah sana namun Rachel masih belum bisa menghentikan air matanya.Saat ini hanya tinggal Rachel, Radev, Starla dan Bjorka di pemakaman tersebut. Teman-teman dari Lavender Manajemen serta rekan kerja Radev sudah pulang. Sedangkan Megan dan Rai tidak mau datang sama sekali meskipun ini adalah untuk terakhir kalinya."Ra, sudah. Kita sama-sama ikhlasin Papi biar beliau tenang di alam sana," bujuk Radev mengusap punggung Rachel."Gue masih nggak percaya kalau Papi bunuh diri, Dev. Seharusnya nggak begini. Papi mengambil jalan pintas karena ngerasa nggak ada yang mendukungnya, dia ngerasa sendiri," ratap Rachel dengan perasaan sedih yang tidak kunjung habis. Mata gadis itu merah dan bengkak akibat
Sidang akan dimulai ketika Bjorka, Nicole dan Rachel masuk ke dalam ruangan.Rachel melihat Marvel mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Tubuhnya terlihat semakin kurus dan ceking. Membuat Rachel ingin menangis melihat kondisi sang ayah. Di saat-saat begini seharusnya pria itu mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya. Terutama istrinya. Yang terjadi, istrinya malah meninggalkannya dan meminta cerai darinya. Lalu pacaran dengan pria lain yang kaya-raya.Rachel tidak sempat berbicara dengan Marvel. Tapi mereka sempat saling mengirim tatapan. Marvel bersyukur. Semua orang meninggalkannya. Hanya putri bungsunya yang selalu setia mengunjungi dan memberi support.Sidang atas kasus penyuapan itu dimulai. Diawali oleh pembacaan susunan acara oleh panitera. Selama itu pula detak jantung Rachel tidak karuan. Semoga saja hukuman untuk papinya tidak terlalu berat.Jika diibaratkan dengan kata-kata, mungkin Rachel sudah begah oleh sidang demi sidang yang disaksikannya. Hari ini sua