"Kamu masih gak ngerti apa kesalahanmu heh?!!!" tanya Vania sambil uring-uringan di telpon.
"Iya, Van. aku tidak tahu, Van. mungkin ada orang yang memfitnah aku. mungkin si tukang Cleaning Service itu yang memfitnahku," jawab Ardy membela dirinya di ujung telpon."KAMU JANGAN MENUDUH ORANG!!! GAK ADA ORANG YANG FITNAH KAMU!!! AKU MELIHAT PERBUATANMU DENGAN MATA KEPALAKU SENDIRI DAN ITU SUDAH LEBIH DARI CUKUP BAGIKU, UNTUK PUTUS DENGANMU, TAU!!!" teriak Vania yang sebal dengan sikap Ardy yang seenaknya menuduh Davin sebagai tukang fitnah itu."Perbuatan apa sih? aku gak ngarti, say. please, jangan terpengaruh orang, say," kata Ardy ngeyel."Aku melihat perselingkuhanmu dengan Lita kemarin di kantor. dan aku melihat perbuatan kalian berdua itu dengan mata kepalaku sendiri. jadi, jangan bilang kalau ada yang fitnah kamu, karena aku yang melihatnya sendiri, MENGERTI!!!" sembur Vania."Kemarin? oh, itu. itu bukan apa-apa, beb. Lita hanya membantu tugasku di kantor. itu aja.""Kamu kira aku anak kecil yang tidak bisa melihat, mana yang sedang membantu dan mana yang sedang berbuat yang tidak-tidak, heh!!! sudahlah, jangan mengelak lagi, akui saja perbuatan mu itu!!!""Oke. baik. ehm....itu, aku akui. tapi, itu adalah perpisahan kami. ya....itu perpisahan kami. kami berdua berjanji untuk jalan sendiri-sendiri, dan itu adalah hal terakhir yang kami lakukan. begitu.""Sudahlah, Ardy. kamu gak perlu nge les lagi. karena aku sudah tahu siapa kamu, dan aku tidak akan pernah kembali padamu. tidak akan pernah!!! jadi, terimalah perpisahan kita ini.""Aku tidak akan mau menerimanya, Van. please...""POKOKNYA KITA PUTUS...TUS....TUS," teriak Vania sambil menutup teleponnya dan langsung memblokir nomor telpon Ardy dari handphonenya. karena Vania tahu, kalau Ardy, pasti akan mencoba lagi menghubunginya.Begitu Vania menutup teleponnya, dia kaget karena Davin sudah mengajaknya duduk di depan jendela kamar untuk menikmati sinar bulan di malam ini.Sebelum Vania duduk, Vania sempat menatap wajah tampan Davin, wajahnya terkena pantulan cahaya rembulan hingga wajah itu, terlihat tampan bagi Vania bahkan bukan cuma tampan, tapi, sangat tampan.Vania merasa sedikit menyayangkan saat mengingat profesi Davin yang hanya seorang karyawan Cleaning Service itu, tapi, bagi Vania, Davin dengan profesinya ini, masih jauh lebih baik dari Ardy dengan kelakuannya itu.Untuk beberapa saat, mereka berdua menikmati cahaya rembulan tanpa ada yang bersuara sama sekali, keduanya tenggelam dalam indahnya cahaya rembulan, tanpa kata-kata, tanpa suara, tapi, kedua hati mereka semakin menyatu di bawah cahaya rembulan."Aku ingin kesana," kata Vania memecah keheningan."Ke sana? hmm. hanya astronot yang bisa ke atas sana.""Aku tahu. karena itu, aku ingin ke Paris dulu. Menikmati menara Eiffel," kata Vania.Setelah itu, hening lagi, hingga akhirnya, Vania kembali memecah keheningan," Kamu sendiri, kamu ingin kemana?""Aku... aku tidak ingin kemana-mana. impianku sederhana. aku cuma ingin menemani wanita yang aku cintai kemanapun dia ingin pergi, kalau dia ingin ke Paris, aku akan menemaninya kesana, bahkan, kalau dia ingin ke bulan, aku juga akan menemaninya," jawab Davin sambil menatap wajah Vania."Hahahaha.... rupanya kamu bisa bercanda juga," kata Vania sambil menonjok pelan ke lengan atas Davin yang duduk di sampingnya."Itu bukan candaan," bantah Davin di dalam hatinya. dia memilih untuk tidak mengatakannya langsung kepada Vania, tapi mengucapkannya di dalam hati, agar menjadi janjinya untuk Vania, gadis yang sangat disukainya ini."Yuk ah. kita tidur. aku tidur di ranjang dan kamu boleh tidur di sofa, aku tidak akan mengajak teman-temanku kesini, jadi, kamu boleh tidur di kamar ini. oke," kata Vania yang langsung menuju ranjang untuk tidur.Davin masih duduk di tempatnya tadi, dia masih menatap ke arah rembulan, dia sengaja belum mengikuti anjuran Vania untuk tidur, karena, Davin masih menunggu saat yang tepat baginya untuk menikmati wajah Vania sepuasnya.Dan akhirnya, saat itupun datang, terdengar suara dengkuran yang sangat halus dari bibir Vania. walaupun halus, tapi, itu sudah cukup bagi Davin untuk mengetahui kalau saat yang dinantinya telah tiba.Setelah yakin kalau Vania sudah tidur, Davinpun kini menggeser posisinya lebih mendekat ke arah ranjang, karena Davin ingin melihat wajah Vania sepuasnya. saat ini, tubuh Vania telah dibalut selimut tebal, tapi, wajahnya tidak terbalut selimut, dan wajah itu, memancarkan keagungan dan kecantikan yang menjadi satu dalam sebuah kata yang disebut 'sempurna'. ya, kecantikan Vania ini, boleh dibilang, adalah kecantikan yang sempurna.Sebagai anak orang paling kaya di Hongkong, sejak kecil, Davin sudah melihat atau berkenalan dengan model-model cantik asal Hongkong yang beberapa kali menghadiri acara di rumahnya, tapi, Davin belum pernah menemui wanita secantik Vania, karena itu, saat ini, Davin pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menatap wajah Vania sepuasnya.Setelah puas, Davin pun pergi ke sofa hotel dan jatuh tertidur. Davin terbangun di pagi hari, saat dia mendengar suara Vania yang memintanya untuk bangun."Vin, Davin....ayo bangun," kata Vania sambil duduk di sofa yang ditiduri Davin.Davin pun membuka matanya dan sangat kaget dengan pemandangan wajah Vania yang sangat dekat dengannya itu, hal ini membuat Davin terpesona, saat melihat wajah jelita Vania, setelah terpesona, Davin kelabakan saat menyadari kalau ada iler di pipinya. Davinpun langsung meloncat untuk menuju ke kamar mandi."Vin... cepetan mandi ya? kita mau ke restoran hotel. perutku laper," kata Vania kepada Davin."Iya. aku mandi dulu ya," kata Davin sambil ngeloyor ke kamar mandi hotel.**Beberapa saat kemudian, Davin dan Vania sudah berjalan mendekati restoran hotel, Davin dan Vania bermaksud makan di restoran hotel. Vania mengenakan baju cantik dengan blouse dan celana jeans, sementara Davin, cuma mengenakan kemeja murahan dipadu dengan celana jeans murahan. tapi, walaupun begitu, wajah mereka berdua yang ganteng dan cantik itu, terlihat serasi.Saat ingin memasuki restoran, mereka berdua dihadang oleh seorang pegawai hotel. Vania segera memberikan dua karcis ke petugas hotel, karcis untuk sarapan pagi mereka.Dengan ramah, petugas hotel itu, langsung mempersilahkan Vania untuk masuk tapi, waktu Davin juga ingin masuk, petugas hotel tidak membolehkan Davin untuk ikut masuk ke dalam."Loh pak. kenapa dia gak bisa masuk?" protes Vania saat melihat petugas hotel langsung mencegat Davin yang ingin mengikutinya masuk ke dalam restoran hotel."Begini, non. ada laporan dari seorang tamu terhormat, kalau pemuda ini, dicugai adalah seorang pencuri, tamu hotel kami itu, kehilangan barang berharganya dan dia curiga kalau pemuda ini yang mengambilnya, karena itu, dia tidak bisa masuk," kata petugas hotel sambil menunjuk ke arah Davin."Pencuri?!!!" tanya Vania kaget."Ya...ada seorang tamu terhormat di hotel ini yang kehilangan cincinnya yang dia taruh di mejanya, dia juga bilang, kalau pemuda bernama Davin ini yang berada di dekat meja, karena itu, pihak hotel akan memproses dulu kasus ini untuk menyelidiki persoalan ini," kata petugas hotel."Siapa tamunya? tunjukkan padaku," kata Vania penasaran. pegawai hotel langsung menunjuk ke restoran, dia menunjuk ke arah Ardy yang sedang tersenyum mengejek ke arah Vania dan Davin, Vaniapun langsung tahu, kalau itu semua adalah fitnah untuk Davin."Aku tidak mencuri, Van," bisik Davin kepada Vania."Aku tahu. ini pasti fitnah dari si kodok itu!" jawab Vania geram sambil menunjuk ke arah Ardy yang saat ini sedang tertawa-tawa di dalam restoran hotel."Yang penting bagiku, kamu tidak mempercayai fitnah itu. sekarang, kamu makanlah dulu, kamu kan sudah lapar. biar aku yang berusaha menjelaskan kepada mereka dan----""Tidak! rasa laparku sudah hilang. aku akan menemanimu menja
"Kuliah sih, tapi.... gak ku teruskan," kata Davin berbohong. padahal yang sebenarnya, Davin menjadi mahasiswa termuda di Harvard dan menggondol gelar sarjana di usia tujuh belas tahun, bahkan, bukan sekedar menjadi sarjana, tapi, menjadi lulusan terbaik di angkatannya. Sesudah itu, Davin langsung mengambil S2 nya dan lulus dengan memuaskan beberapa hari sebelum mencapai umur dua puluh tahun, tapi, saat ini, Davin tidak bisa membanggakan semua prestasinya itu, karena Davin ingin menjadi orang sederhana di mata Vania, gadis yang sedang diincarnya untuk menjadi jodoh sejatinya, setelah kegagalannya di masa lalu."Kenapa? kan sayang. harusnya, kamu pastinya sudah dapat pekerjaan yang lebih baik dari sekarang. bukan berarti aku merendahkan pekerjaanmu saat ini ya, tapi.... ya sudahlah," kata Vania terdiam. Vania pikir, Davin putus kuliah itu, karena faktor biaya, karena itu, Vania tidak ingin bertanya lebih jauh, karena Vania takut, itu akan membuat Davin tersinggung atau jadi sedih.Dav
Davin cuma bisa garuk-garuk kepalanya melihat kotoran yang harus dibersihkannya ini. walaupun dia sudah memutuskan untuk menjadi seorang Cleaning Service, tapi, dia sengaja memilih untuk pekerjaan mengepel lantai atau menyapu dan mengangkat sampah, dia punya perjanjian untuk tidak membersihkan toilet, karena dia merasa jijik juga kalau harus membersihkan kotoran manusia, tapi, saat ini, dia dihadapkan dengan banyak kotoran yang berserakan di lantai toilet.Terdengar suara-suara tertawa di lorong menuju ke Toilet, ini membuat Davin melongok keluar untuk melihat keadaan di luar. disana ada Billy dan Alex yang sedang ketawa-ketawa bersama Ardy. Saat Ardy melihat Davin, dia langsung tersenyum mengejek ke arah Davin. saat itu juga, Heru datang dan langsung melotot ke arah Davin dan membentak Davin," KERJA SANA!!!"Davin terpaksa melakukan tugasnya dia mulai membersihkan toilet yang penuh dengan kotoran manusia.saat dia sementara membersihkan lantai tiba-tiba Heru masuk dan mulai merekam
Sesaat sebelum jam istirahat makan siang, barulah Davin berhasil membersihkan semua kekacauan di toilet yang di bersihkannya sejak pagi hari. itupun, Davin baru berhasil saat di satu jam terakhir, Bram membantunya membersihkan toilet ini. Setelah cuci tangan sebersih-bersihnya, mereka berduapun mandi dengan cepat, sesudah itu, Davin dan Brampun, keluar dari Toilet untuk duduk di kursi di dekat lorong menuju ke arah kantin. setelah istirahat sebentar, Davin dan Bram, memutuskan untuk masuk ke kantin kantor, mereka ingin mengisi perut mereka yang dari tadi sudah meronta-ronta pingin diisi. tapi, baru saja Davin dan Bram memesan masing-masing seporsi nasi campur untuk mereka berdua, tiba-tiba, terdengar suara orang dari belakang "Ibu kantin, tolong, hari ini, mereka berdua ini, gak boleh makan disini," kata Alex sambil menunjuk ke arah Davin dan Bram."Kenapa begitu?" tanya ibu kantin."Karena mereka baru saja membersihkan kotoran di toilet. kotorannya banyak banget dan ada videonya ju
Setelah makan bersama di dapur kantin, Davin agak kecewa karena harus terpisah lagi dengan Vania. saat Vania mengangkat tangan kepada Davin, tiba-tiba, Bram mencoleknya."Kamu harus bergerak cepat, Vin," kata Bram sambil bersama Davin, memperhatikan Vania sampai Vania tidak kelihatan lagi dari pandangan mereka."Maksud kamu?" tanya Davin."Ajak dia jalan, bawa ke restoran, belikan boneka, belikan bunga, belikan pulsa.""Pulsa? Buat apa?" tanya Davin tidak mengerti, kalau belikan boneka dan bunga, mungkin dia setuju, tapi pulsa?"Kalau yang itu, buat gue, Vin. ehehehe.""Maunya? Huh... tapi, mungkin loe ada benarnya," kata Davin sambil manggut-manggut."Soal beliin pulsa, kan? Wah, makasih, Vin. Loe ngarti aja kalau gue lagi bokek," kata Bram sambil memanjatkan doa dan syukur."Eh, bukan. Maksud gue, soal ngajak jalan Vania. itu! Bukan yang lain," kata Davin sambil tertawa dalam hati. Dia tahu, Bram memang suka slebor dan tidak perhitungan, sehingga banyak kali, gajinya sudah habis seb
Vania menatap prihatin ke arah Davin yang sedang membersihkan ruangannya, di saat bersamaan, Vania lihat, teman-temannya seperti agak risih melihat apa yang sedang dikerjakan Davin itu. Bahkan, Lenny mulai mengelus-elus punggung Vania, sebagai tanda dukungannya kepada Vania, karena Lenny pikir, saat ini, Vania sedang dipermalukan dengan keadaan Davin yang bekerja di ruangannya saat ini.Beberapa rekan kerja Vania, mulai menatap Vania dengan pandangan prihatin, mereka tidak tahu, apa yang bergolak di dada Vania saat ini, mereka pikir, Vania adalah tipe cewek perasa atau pemalu yang akan malu dengan keadaan saat ini, mereka pikir, Vania akan gengsi, dengan keadaan Davin yang sedang membersihkan ruangannya, karena menurut pikiran banyak orang, kedudukan Vania sebagai seorang arsitek yang memiliki masa depan cerah itu, tidak sebanding dengan Davin yang hanya seorang Cleaning Service itu.Padahal yang sebenarnya itu, Vania sama sekali tidak malu dengan masuknya Davin ke ruangannya ini, kar
Setelah berkata seperti itu, Alex langsung pergi, tinggallah Vania yang wajahnya menjadi pucat saat mendengar kata-kata Alex tadi."Maafkan aku Davin, nampaknya, aku telah mencelakakan kamu. ternyata lawanmu itu, seorang petarung, ugh.... maafkan aku," kata Vania sambil memegang tangan Davin.Saat ini, Vania sangat khawatir dengan keselamatan Davin, apalagi, dirinyalah yang telah membuat Davin terlibat dalam pertarungan itu.Davin tidak berkata apa-apa, dia hanya memandangi wajah cemas Vania, karena dalam kecemasan Vania saat ini, wajahnya malah semakin cantik jelita di mata Davin."Awh... Van... Vania, kamu harus melihat ini," kata Rani terdengar panik. Vania pun langsung meninggalkan Davin dan berjalan mendekati Rani."Ada apa sih?" tanya Vania."Tadi kan, aku kepo, setelah mendengar kata-kata Alex tadi. Aku pikir, itu cuma bualan Alex saja. Terus, aku langsung searching tentang Ardy di Google, dan ternyata, Ardy itu, memang juara tinju kelas menengah saat di Harvard. Dia berhasil
"Bukan urusanku!" kata Vania tegas."Iya, Van. Itu memang betul. Dia memang cuma sedang mencari jam tangannya yang jatuh di bawah meja, saat dia datang menyerahkan laporannya. I swear," kata Ardy sambil mengangkat telunjuk dan jari tengahnya ke atas."Tadi kamu bilang dompet, sekarang jam tangan, yang benar yang mana?" tanya Vania sambil tertawa-tawa, sementara Rani dan Lenny, juga ikut tertawa tapi karena takut sama Ardy, mereka memilih untuk menahan mulut mereka dengan tangan."Eh...oh... yang benar dia sedang mencari dompet dan jam tangannya, dua-duanya jatuh. gitu ceritanya. I swear," kata Ardy gelagapan."Sudahlah. gak perlu capek-capek jelasin itu. Aku gak peduli kok, kalian boleh berbuat sesuka hati kalian. Oke.""Gak gitulah, Van. Aku tetap harus jelasin soal tadi, karena memang tidak seperti terlihat, gitu loh, Van," kata Ardy masih ngotot."Ya udah. Aku datang untuk meminta sesuatu padamu, bisa gak?" tanya Vania."Apa itu, beb. Demi kamu, apapun akan kulakukan. Katakan saja
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol