"Bukan urusanku!" kata Vania tegas."Iya, Van. Itu memang betul. Dia memang cuma sedang mencari jam tangannya yang jatuh di bawah meja, saat dia datang menyerahkan laporannya. I swear," kata Ardy sambil mengangkat telunjuk dan jari tengahnya ke atas."Tadi kamu bilang dompet, sekarang jam tangan, yang benar yang mana?" tanya Vania sambil tertawa-tawa, sementara Rani dan Lenny, juga ikut tertawa tapi karena takut sama Ardy, mereka memilih untuk menahan mulut mereka dengan tangan."Eh...oh... yang benar dia sedang mencari dompet dan jam tangannya, dua-duanya jatuh. gitu ceritanya. I swear," kata Ardy gelagapan."Sudahlah. gak perlu capek-capek jelasin itu. Aku gak peduli kok, kalian boleh berbuat sesuka hati kalian. Oke.""Gak gitulah, Van. Aku tetap harus jelasin soal tadi, karena memang tidak seperti terlihat, gitu loh, Van," kata Ardy masih ngotot."Ya udah. Aku datang untuk meminta sesuatu padamu, bisa gak?" tanya Vania."Apa itu, beb. Demi kamu, apapun akan kulakukan. Katakan saja
Davin terpaksa maju ke tengah arena. para penonton secara serentak membuat lingkaran untuk memberi keleluasaan kepada Davin dan Ardy untuk bertarung. Para wanita terus bersorak meneriakkan nama Ardy, sementara para lelaki, mulai menaruh uang taruhan ke tangan Lukman, orang yang dipercayakan untuk memegang taruhan untuk pertarungan antara Davin dan Ardy ini.Davin terdiam di tengah arena. Tangannya, tidak bergaya seperti petinju seperti layaknya Ardy. Tangan Davin masih kaku dibiarkan ke bawah, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sedang memasuki pertarungan, padahal, Ardy sendiri sejak tadi sudah bergaya bak seorang petinju, dengan kedua tangan di depan dada, dengan tangan kanan di depan, tanda kalau dia memiliki kekuatan dan pukulan mematikan yang dia simpan di tangan kirinya.Vania sudah memejamkan matanya sejak Davin didorong Alex tadi. Di depan Vania, ada Billy dan Lita, mereka sengaja diposisi itu, karena bermaksud menahan tubuh Vania, kalau Vania berusaha mencampuri jal
"Sudah, Van. jangan masuk sana, nanti kamu kena kayu, bahaya, Van," bisik Rani di telinga Vania."Tapi ini sudah bahaya, Ran. kalau dibiarkan, mereka bisa membunuh Davin. lihat aja mata mereka, penuh nafsu membunuh. ugh...kita harus melapor ke polisi, Ran," kata Vania panik.Rani tidak menanggapi kata-kata Vania itu, mata Rani, masih mengawasi jalannya pertarungan yang sudah semakin berbahaya ituDavin masih berada di tengah arena, tangan kirinya terbuka, ke depan dadanya, sementara tangan kanannya dia kepalkan. dia menunggu dengan tenang, dia tidak terlihat takut, walau tiga musuhnya sudah memegang kayu di tangan mereka masing-masing. Davin masih menunggu, sementara itu, Alex dan Billy, sudah menyebar dan berjalan ke belakang Davin. hingga sekarang ini, posisi nya, adalah Ardy di depan Davin dengan Alex dan Billy, siap menerjang dari posisi di belakang Davin. Davin mulai mengira-ngira, apa yang akan terjadi selanjutnya, yang jelas, dia sudah sangat siap. Ardy berteriak dan mulai be
Hari ini, keadaan di PT. Agung Pratama, tidak seperti biasanya, karena, sejak jam kantor dimulai, para karyawan langsung diarahkan untuk masuk ke ruang rapat. acara seperti ini, biasanya jarang dilakukan, ataupun kalau memang dilakukan, maka, biasanya, ada pengumuman dari jauh hari, tapi, entah kenapa, tanpa ada pengumuman apapun sebelumnya, mayoritas karyawan, sudah diarahkan ke ruangan rapat."Ada apa sih?" tanya Vania heran. sesaat setelah dia duduk di ruang rapat yang kursinya diatur berjejeran itu, kepada Rani yang duduk di sebelah kiri nya. sementara Lenny sendiri yang matanya lagi sibuk mencari-cari Bram, duduk di sebelah kanan dari Vania."Menurut kabar, ada seorang pewaris perusahaan yang akan mengungkapkan identitas nya. itu aja yang aku dengar," jawab Rani."Pewaris yang mana sih maksudnya?" tanya Vania heran."Aku juga gak tau. aku cuma dapat bocoran dari Tuti, si tukang gosip, dia juga belum tahu jelasnya, gimana, gitu.""Oh woke," kata Vania."Eh, itu Pak Philip Collins
Karena itu, diumumkan nya Ardy sebagai CEO baru, tidak terlalu membuat Vania terkejut. saat ini, saat orang-orang bertepuk tangan ke arah Ardy, untuk mencari muka kepada CEO baru itu, Vania tidak bertepuk tangan, dia malah mencibir kejadian di depan sana, dia menganggap kalau semua itu, cuma settingan yang tidak lucu."Waw.... ternyata Ardy pemilik perusahaan ini. sekarang, bagaimana perasaan mu?" tanya Rani dari samping Vania."Aku mau pindah aja dari sini. secepatnya lebih baik," jawab Vania."Kok gitu? karier mu kan lagi bagus disini, kamu baru dapat kesempatan untuk mengerjakan desain sebuah gedung mewah yang akan segera dibuat, kalau kamu pergi, kamu harus mulai lagi dari bawah, mungkin bahkan harus mulai dengan merancang sebuah ruko kecil. kan sayang.""Lebih baik gitu, daripada Ardy jadi CEO, aku yakin, hidup ku bakal sengsara, mungkin, dia bakal menganggu aku mulu. gak tahanlah kalau kayak gitu terus," keluh Vania sambil manyun."Bisa saja kan, setelah dia jadi CEO, dia bakal
Ardy yang tadi berlutut di depan, kini berdiri dan mulai berjalan mendekati tempat Vania duduk. Saat melihat kedatangan Ardy ini, bukannya suka, Vania malah merasa jijik, dia kemudian menggeser duduknya ke samping, berusaha mengambil tempat duduk nya Rani. Tapi, tentu saja Rani tidak mau, hingga akhirnya, tangan keduanya saling tolak menolak.Ardy terus berjalan di dekat Vania, hingga akhirnya, dia telah benar-benar berada di dekat tempat Vania duduk. Sesudah itu, dia kembali berlutut di depan Vania.Sebenarnya, sejak tadi, Vania ingin menolak Ardy. Tapi, mengingat Ardy adalah CEO baru, bos besar yang baru, maka, Vania merasa tidak enak untuk menolak, karena, kalau dia menolak, pastilah akan membuat Ardy sangat malu, karena, walaupun Vania tidak suka pada Ardy, tapi, Vania merasa harus menghormati Ardy sebagai CEO di kantor nya ini."Vania....maukah kamu memaafkan aku dan menerima aku sebagai calon suami mu? Aku berjanji, aku tidak akan lagi selingkuh darimu. Aku berjanji, segenap ha
Malam ini, Davin sudah bersiap-siap untuk acara kencan nya dengan Vania. Dari teropong yang dipakainya, dia juga sudah melihat kalau Vania yang rumahnya, berada di depan rumahnya itu, juga tengah bersiap-siap untuk acara kencan bersama nya. Tapi, Davin malah mengirim Chat WA kepada Vania, seolah-olah menanyakan alamat rumah Vania, padahal, Davin sudah tahu alamat rumah Vania, bahkan, sudah jadi tetangga Vania sejak beberapa waktu yang lalu.Selama tinggal di depan rumah Vania, Davin memang tidak pernah menunjukkan dirinya di depan rumahnya, dia selalu berdiam di dalam rumahnya, sambil mengawasi Vania dari kejauhan dengan teropong canggih miliknya. Tapi, tentu saja, Davin seorang yang sopan, kalau Davin lihat Vania atau anggota keluarganya yang lain sedang berpakaian minim, Davin memilih untuk tidak meneruskan kegiatannya meneropong Vania dan keluarganya itu.Selama tinggal di depan rumah nya Vania ini, Davin juga selalu keluar masuk dengan mobil Avanza nya yang ber kaca film gelap, se
Davin membawa Vania di sebuah restoran sederhana. bukan merupakan restoran mewah tapi juga, bukan merupakan restoran yang jelek. setidaknya, tempat nya bukan di tenda pinggir jalan dan tempat nya cukup asri dan bersih. restoran ini, termasuk dalam kategori menengah. Bahkan dalam hatinya, Vania jadi agak risih untuk makan di restoran ini, mengingat Davin hanya seorang karyawan Cleaning Service yang gajinya cuma sesuai UMR, tapi, tentu saja Vania risih untuk bicara terus terang kepada Davin, akhirnya, Vania cuma bisa berencana untuk diam-diam membayar makanan yang akan dimakan nya bersama Davin di restoran ini.Davin dan Vania pun duduk dan mulai memesan makanan di daftar menu yang tersedia di atas meja. setelah memesan makanan masing-masing, Vania tertarik dengan sebuah terompet ungu yang dipajang di belakang kasir."Kenapa?" tanya Davin sambil ikut memandang ke terompet ungu itu."Aku teringat sebuah film seri komedi yang biasa aku nonton waktu aku masih SMP," jawab Vania sambil mata
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol