Malam ini, Davin sudah bersiap-siap untuk acara kencan nya dengan Vania. Dari teropong yang dipakainya, dia juga sudah melihat kalau Vania yang rumahnya, berada di depan rumahnya itu, juga tengah bersiap-siap untuk acara kencan bersama nya. Tapi, Davin malah mengirim Chat WA kepada Vania, seolah-olah menanyakan alamat rumah Vania, padahal, Davin sudah tahu alamat rumah Vania, bahkan, sudah jadi tetangga Vania sejak beberapa waktu yang lalu.Selama tinggal di depan rumah Vania, Davin memang tidak pernah menunjukkan dirinya di depan rumahnya, dia selalu berdiam di dalam rumahnya, sambil mengawasi Vania dari kejauhan dengan teropong canggih miliknya. Tapi, tentu saja, Davin seorang yang sopan, kalau Davin lihat Vania atau anggota keluarganya yang lain sedang berpakaian minim, Davin memilih untuk tidak meneruskan kegiatannya meneropong Vania dan keluarganya itu.Selama tinggal di depan rumah nya Vania ini, Davin juga selalu keluar masuk dengan mobil Avanza nya yang ber kaca film gelap, se
Davin membawa Vania di sebuah restoran sederhana. bukan merupakan restoran mewah tapi juga, bukan merupakan restoran yang jelek. setidaknya, tempat nya bukan di tenda pinggir jalan dan tempat nya cukup asri dan bersih. restoran ini, termasuk dalam kategori menengah. Bahkan dalam hatinya, Vania jadi agak risih untuk makan di restoran ini, mengingat Davin hanya seorang karyawan Cleaning Service yang gajinya cuma sesuai UMR, tapi, tentu saja Vania risih untuk bicara terus terang kepada Davin, akhirnya, Vania cuma bisa berencana untuk diam-diam membayar makanan yang akan dimakan nya bersama Davin di restoran ini.Davin dan Vania pun duduk dan mulai memesan makanan di daftar menu yang tersedia di atas meja. setelah memesan makanan masing-masing, Vania tertarik dengan sebuah terompet ungu yang dipajang di belakang kasir."Kenapa?" tanya Davin sambil ikut memandang ke terompet ungu itu."Aku teringat sebuah film seri komedi yang biasa aku nonton waktu aku masih SMP," jawab Vania sambil mata
"Masak sih? bisa saja kan kamu pilih orang lain kalau aku tidak maju dan memilih mu itu," kata Vania kepada Davin."Itu gak akan mungkin kejadian," tegas Davin."Kok gitu?""Karena, memang tidak akan ada wanita lain yang akan memilih ku, yang cuma seorang Cleaning Service ini," kata Davin sambil tersenyum hambar, seolah-olah, dia adalah pria yang harus dikasihani."Kamu jangan ngomong gitu. aku yakin kok, kalau aku gak maju ke depan, memilih kamu waktu itu, ada wanita lain yang akan memilih kamu. dan kamu jangan pesimis dengan pekerjaan mu, yang penting, kamu kerjakan itu dengan sungguh-sungguh, aku lebih suka kamu dengan pekerjaan mu ini, daripada orang yang kedudukannya tinggi, memiliki orang tua yang kaya raya, tapi, sombong dan hobi menindas orang lain---""Kayak Ardy kan?" potong Davin."Iya. kayak Ardy. aku juga gak suka tukang selingkuh dan pembohong kayak Ardy, pokoknya, semua yang jelek, ada pada Ardy," kata Vania, yang terlihat sangat tidak suka kepada Ardy, cowok yang selal
"Tentu saja bisa. karena itulah, sejak pertama masuk ke restoran itu, aku sudah menyukai Terompet ungu ini, tentu saja, selain karena teringat adegan di film how i met your mother itu," jawab Vania sambil memandangi terompet ungu yang sedang dipegang nya ini."Kalau gitu, aku ingin melihat mu memainkan nya," kata Davin antusias, sambil membukakan pintu mobil untuk Vania."Oke. siapa takut. aku sebenarnya pemain dalam orkestra loh.""Hah? benarkah?" takjub Davin."Ya. tapi, aku bukan pemain Terompet, tapi aku pemain biola, tapi, aku juga pernah belajar meniup terompet dan saxaphone.""Aku suka melihat pemain biola.""Kalau gitu, suatu hari, kamu harus melihat konser ku.""Aku pasti datang.""Hihihi....tapi mungkin masih agak lama. team ku lagi vakum soalnya. maklum, amatiran," kata Vania sambil tertawa renyah, hingga membuat Davin yang baru saja hendak mengemudi kan mobilnya, jadi terdiam dan terpana."Kok malah diam sih? jalan dong," kata Vania sambil mengernyitkan keningnya, tapi, wa
"Loh... kenapa gitu, ayah. apa Davin membuat ayah marah? apa kata-kata Davin membuat ayah tersinggung?" tanya Vania sambil menatap ayahnya penuh selidik, sementara itu, dia cuma bisa pasrah saat melihat mobil nya Davin sudah pergi dari rumah nya."Gak juga. anaknya ramah kok. gak bikin ayah tersinggung," kata Willy sambil menutup pintu depan rumah nya."Jadi, masalah nya apa, ayah? kenapa ayah tidak mau aku jalan sama dia lagi?" tanya Vania tidak puas."Karena dia tidak pantas untuk mu. pekerjaan nya itu, dia bilang, dia cuma seorang Cleaning Service. iya kan? mana pantas dia jalan sama kamu, kamu tuh lebih pantas sama Direktur Keuangan yang sudah naik jadi CEO itu," tandas Willy sambil mengeraskan wajah nya agar Vania tahu kalau dia sedang bicara serius."Dia memang cuma seorang Cleaning Service. tapi, apa salah nya dengan itu, yang penting kan, dia bukan maling, rampok atau yang semacamnya, dia kan mengerjakan sesuatu yang halal, yah. apa salahnya dengan itu?" bantah Vania."Memang
Setelah keluar dari rumah nya Vania, Davin sempat putar-putar perumahan, sesudah itu, barulah dia kembali ke rumah nya yang terletak di depan rumahnya Vania itu.Setelah masuk ke halaman, Davin menekan tombol remote nya, sehingga garasi rumah nya terbuka secara otomatis, sesudah itu, Davin pun memasukkan mobilnya, setelah body mobilnya masuk seluruhnya ke dalam garasi, dia pun menekan tombol remote nya lagi, untuk menutup garasi mobil nya, sesudah itu, barulah dia keluar dari mobil nya.Saat ini, Davin telah berada di dalam rumah nya. rumah yang dibelinya sekitar lima bulan yang lalu saat dia mulai menyukai Vania. setelah membeli rumah ini, dia langsung merombak bagian depan rumah ini, dengan kaca berkualitas tinggi yang membuat dia bisa melihat keluar rumah nya tapi, rumahnya tidak bisa dilihat dari luar di saat siang ataupun malam. kaca yang dirancang nya untuk rumah nya ini, bukan kaca riben biasa, tapi kaca khusus, sehingga, walaupun dia sudah menyalakan lampu yang terang di dalam
"Kita mau kemana nih?" tanya Vania kepada Davin. saat ini, keduanya masih berada di atas motor, membelah jalanan ibukota."Bagaimana kalau ke Kota Tua," jawab Davin."Oke," jawab Vania.Sebenarnya, Davin bisa membawa Vania untuk kencan ke tempat yang mewah, bahkan, Davin saat ini juga, Davin bisa membawa Vania naik ke pesawat jet pribadi nya yang masih standby di Jakarta, karena diinstruksikan ibunya, untuk menunggu Davin, kapanpun Davin ingin pulang ke Hongkong. dengan jet pribadi nya itu, Davin bisa membawa Vania ke tempat eksotis seperti Maladewa atau pergi ke Singapura, atau kemana saja yang Davin mau.Tapi, Davin tidak melakukan semua hal mewah itu. Davin memilih untuk kencan seperti orang kebanyakan, Davin memilih untuk membawa Vania kencan di tempat yang harga tiketnya terjangkau untuk profesi nya sebagai seorang Cleaning Service dan itulah yang dilakukan Davin saat ini. Davin membawa Vania menuju ke Kota Tua.Sesampainya di Kota Tua, Davin pun memarkir motornya dan mengajak Va
Davin mengangguk-angguk kan kepala nya. dia senang mengetahui pacar cantik nya ini, memiliki bakat di bidang musik dan juga di bidang lukisan. Davin bahkan mulai membayangkan anak-anak nya bermain musik dan melukis karena bakat yang diturunkan dari ibu mereka, yaitu Vania. karena dari dirinya sendiri, hanya ada bakat bisnis dari keluarga nya."Aku bahkan menyimpan lukisan-lukisan ku di studio kecilku di rumah ku," lanjut Vania lagi."Aku ingin melihatnya, suatu hari nanti," kata Davin antusias."Oke. tapi jangan sekarang ya. sekarang ini, ayahku masih belum menerima mu. berikan dia waktu. oke?""Oke."Sesudah itu, mereka berdua menghabiskan waktu untuk melihat lukisan-lukisan yang ada di sana, tak lupa juga, Vania menjelaskan lukisan-lukisan yang ada disana kepada Davin.Sesudah itu, Davin mengantar Vania, ke rumah Vania. tapi, Davin menurunkan Vania di dua rumah sebelum rumah Vania, agar supaya, tidak dilihat oleh ayahnya Vania. sesudah dari kejauhan, Davin memastikan Vania telah mas
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol