Melissa sangat kaget saat matanya bertatapan dengan orang yang berada di ruang tamu, rumah Keluarga Wong yang besar dan megah itu. Melissa tidak pernah menyangka akan melihat orang ini disini, rasa takut akan kehilangan semua yang dia miliki saat ini, membuat Melissa mulai geram kepada orang yang tiba-tiba muncul di hadapannya ini, tapi, Melissa tidak menunjukkan kegeramannya, sebaliknya dia datang menuju ke orang itu dengan senyuman di bibir"Wah.... kejutan luar biasa bagiku, melihat sepupuku datang ke rumahku," kata Melissa sambil menghampiri dan menjabat tangan orang yang menunggunya sejak tadi itu."Apa kabar, Melissa?" bisik orang itu sambil menyambut uluran tangan Melissa, saat ini keduanya berada dalam jarak yang sangat dekat."Jangan sebut nama itu disini! mengapa kamu kesini? dan darimana kau tahu keberadaanku, hah?" bisik Melissa kesal, tapi dengan wajah tersenyum."Baiklah, sepupu. aku rindu padamu dan setelah aku sempat salah serang orang yang ternyata bukan dirimu. aku m
Seseorang menunjukkan dirinya dan melambai ke arah Melissa, Melissa langsung mengikuti orang itu, karena dalam WA di handphonenya, dijelaskan kalau ada orang yang akan muncul dan Melissa harus mengikutinya, maka, tanpa pikir panjang, Melissa langsung mengajak Jeff untuk mengikuti orang yang melambai ke arahnya itu.“Kenapa kita kesini, Mel? Katanya aku mau jadi direktur, kok dibawa kesini sih?” tanya Jeff sambil celingukan kesekeliling terowongan ini.“Kamu ikut aja. Gaya orang sini, memang kayak gini. Kamu harus ketemu para sesepuh dulu, mereka itu suka gelap-gelapan kalau menentukan direktur baru, supaya pegawai lama di perusahaan tidak iri kepadamu. Nah, aku kan yang usulkan nama kamu, mereka tidak kenal kamu, jadi, mereka ingin lihat kamu dulu, nah, sekalian deh kamu bawa oleh-oleh untuk nyogok mereka, seakan-akan dari kamu,” bohong Melissa kepada Jeff.“Oleh-olehnya mana?” “Tuh, di tangan kamu,” tunjuk Melissa ke koper yang dibawa-bawa Jeff.“Oh, gitu. Aku ngarti sekarang. Makas
Melissa berjalan keluar menjauhi pintu ruangan dimana dia meninggalkan Jeff tadi,” ini salahmu sendiri, Jeff. Aku tidak pernah mengundangmu kesini, kedatanganmu kesini cuma akan membuat aku terancam dan aku tidak suka ancaman sekecil apapun,” batin Melissa sambil terus berjalan menjauh.Melissa cuma mendengar suara keras seperti suara orang ngorok yang berasal dari ruangan yang dia tinggalkan tadi, suara itu membuat Melissa yakin, kalau para pembunuh yang dia sewa itu, sudah menjalankan tugas mereka dengan baik dan sekarang ini, tinggal menunggu kabar dari mereka tentang tugas utama mereka yaitu melenyapkan sepupunya, Vania.Melissa sudah tidak sabar untuk menjalani hidupnya dengan penuh kegembiraan, tanpa duri dalam daging yang setiap saat bisa membongkar identitas Melissa. Melissa terlalu takut kalau tiba-tiba Vania berubah pikiran dan menelpon Davin untuk minta balikan, karena kalau sampai itu terjadi, Melissa akan kehilangan semua kemewahan yang dia dapat sekarang di rumah Davin d
Vania masih tetap berjalan menyusuri lantai dua di kantornya tanpa menyadari bahaya yang sedang mengincarnya. Dia berjalan di pinggir koridor terbuka di lantai dua di kantornya, hingga seseorang dari kejauhan mulai mengikuti gerak langkah Vania dari teropong sniper yang dimilikinya.Untungnya, ada beberapa tiang yang melindungi Vania saat Vania berjalan sehingga sang sniper belum memiliki timing yang pas untuk melepaskan tembakannya. “Dia ada dimana, Pong?” tanya seseorang kepada sang Sniper lewat sambungan telpon.“Dia berjalan menuju ke gedung yang bernama gedung barat. Untuk pertama kali setelah dua hari ini, dia berhasil masuk dalam bidikanku, karena itu, jangan sampai gagal, Kun,” kata sniper bernama Pong itu kepada orang yang menelponnya.“Oke. Saat kamu dapat Clear Shoot (bidikan bagus) langsung tembak. Aku sekarang berada di lantai satu, aku akan segera kesana untuk memastikan kematian target kita itu kalau tembakanmu gagal,” kata Kun kepada Pong.“Oke. Pergilah keatas, Dia s
Monita memang sangat marah kepada Melissa yang baru ini karena, Melissa yang lama, selalu dijauhi Roger, karena sikap lincah dan gampangan dari Melissa yang lama. Roger mempertahankan Melissa sebagai sekertaris pribadinya itu, cuma karena, kemampuan dan kecekatan Melissa di dalam pekerjaannya, kalau soal sifat Melissa, Roger memang sudah tidak tahan dan itulah yang dikatakan Roger suatu hari pada Monita, saat Monita sempat dapat kesempatan untuk makan berdua dengan Roger.Saat itu, hati Monita berbunga-bunga karena Roger terlihat jadi sangat dekat dengannya, walaupun Roger tidak mengungkapkan perasaannya, tapi, sebagai wanita, Monita melihat ada indikasi ke arah sana, Roger mulai menyukai Monita, apalagi ketika Roger berjanji kalau perjalanan dia dan Melissa ke Eropa yang akan segera dia lakukan itu, akan menjadi perjalanan terakhirnya bersama Melissa karena Roger berencana untuk menendang Melissa dari jabatan sebagai sekertaris pribadinya.Saat itu, hati Monita sangat berbunga-bung
Roger melompat ke arah Vania bertepatan dengan sebuah tembakan jarak jauh dari Sniper yang berada di jarak tujuh ratus meter kembali menyasar tubuh Vania. Vania kembali terhempas ke belakang, kalau sebelumnya yang membuat Vania jatuh ke belakang itu adalah Monita, kini, yang membuat Vania jatuh adalah Roger.“Pak Roger….” panggil Phi. Beberapa detik yang lalu, dia telah menyaksikan kembali, lesatan peluru panjang khas peluru sniper yang bisa menghancurkan kepala seseorang dan bahkan bisa membuat lubang besar di tembok karena efek tekanan yang begitu menghancurkan dari peluru sniper itu.Sebelum ini, dia telah melihat efek dari peluru sniper itu di tubuh Monita, sekarang ini, Phi jadi lega karena dia melihat, peluru sniper yang kedua, hanya mengenai tembok, buktinya, Roegr tidak apa-apa dan sedang meminta Vania untuk tetap di bawah.“Kamu tetap di bawah, ada sniper diatas sana,” bisik Roger kepada Vania.“Iya. Tapi, bolehkah bapak bergeser?” kata Vania yang merasa tidak enak juga untuk
Kun mengeluarkan senjata api genggam keduanya dari balik kaos kakinya dan dengan posisi masih tetap tiarap di lantai, Kun mulai mengarahkan senjata api genggamnya kepada Vania.Roger berteriak panik saat melihat Kun yang mulai mengarahkan senjata genggam milik Kun Kepada Vania. Phi berbalik ke belakang dan melihat Kun sudah memegang senjata api di tangan Kun, Phi bergerak semakin cepat untuk mengambil senjata api milik Kun lainnya yang berada di depannya.Vania sendiri cuma bisa terdiam sambil menatap Kun. Vania tahu, Kun sedang membidik ke arahnya dan Vania tidak berdaya lagi untuk menghindar, Tapi, sepersekian detik kemudian, seraut wajah tampak menghalangi dari sesosok tubuh sudah menghangi wajah Kun dari pandangan mata Vania. Wajah itu adalah wajah Roger.Sesaat kemudian, terdengar suara letusan senjata api, disusul suara teriakan kesakitan dari Roger. terlihat wajah Roger yang kesakitan sambil terus menatap Vania, hal ini membuat Vania sadar kalau telah terjadi sesuatu kepada Rog
“Mungkinkah dia yang menyuruh para pembunuh itu? Tapi, kenapa dia melakukan itu? Apa untungnya baginya? Kenapa dia setega itu? Tapi, kalau bukan dia, mengapa foto ini ada pada para pembunuh? Padahal yang punya foto ini cuma aku dan dia, tidak ada yang lain dan kami berdua pernah sama-sama berjanji untuk tidak menaruh foto itu di media sosial,” batin Vania dengan pikiran yang terus berkecamuk tak tentu arah.Vania tidak ingin mempercayai apa yang menjadi pemikirannya saat ini, tapi, nampaknya pemikiran itu sangat masuk akal dengan bukti-bukti yang ada saat ini. Akhirnya, setelah menghela nafas panjang, Vania putuskan untuk menunggu bukti-bukti lanjutan.“Pak Roger memintaku untuk terus melindungi Anda, karena Pak Roger curiga kalau nyawa Anda masih terancam, karena itu, ijinkan aku dan beberapa anak buahku untuk selalu berjaga di dekat Anda,” lanjut Arya Bagaskara lagi saat melihat Vania masih terdiam di depannya.“Baiklah,” kata Vania sambil mengangguk,” oh ya. Bagaimana keadaan Roger
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol