Davin yang baru turun dari mobil yang lain, kini menghampiri Vania dan berdiri di samping Vania sambil menunggu saat yang tepat untuk memperkenalkan Willy dan keluarga dengan nainainya. Ibu Suri diangkat oleh Perawat Fang dan seorang asisten Ibu Suri untuk duduk di kursi roda, sementara seorang pengawal telah siap untuk menahan kursi roda yang akan diduduki oleh Ibu Suri. Setelah itu, Davin maju dan berkata kepada Ibu Suri,” ini Ayah dan Bundanya Vania, nainai.”Ibu Suri menatap Willy dan Sita, kemudian dia tersenyum dan berkata,” putri kalian telah---”Davin langsung memberi kode dengan matanya karena Davin tahu akan kelanjutan kata-kata dari nainainya ini, yaitu bercerita tentang Vania yang hampir mati tertembak itu, padahal, sebelum ke rumahnya Vania ini, Davin sudah sempat wanti-wanti kepada semua orang untuk tidak bercerita tentang peristiwa itu, tapi, nampaknya, Ibu Suri sudah akan keceplosan.“Maksudku, putri kalian ini, cantik sekali,” kata Ibu Suri meralat ucapannya tadi.“O
Beberapa orang sudah menyingkirkan meja yang berada di tengah ruangan, sehingga emas permata yang dibawa para asisten Keluarga Wong ini, bisa ditaruh di dalam ruangan. Pemandangan maha indah kini terjadi di tengah-tengah ruang tamu rumah dari Willy, ketika harta yang sangat banyak itu, diletakkan bertumpuk di tengah ruang tamu rumah Willy ini.Beberapa pasang mata Willy dan adik kakaknya serta suami dari adik kakaknya Willy, kini menatap terbelalak kagum ke arah harta berharga di tengah ruang tamu itu, ini membuat Sita hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ekspresi suami dan keluarga suaminya itu. Akhirnya karena tanggapan dari Willy yang ditunggu-tunggu oleh Keluarga Wong itu, tidak terdengar juga, terpaksalah Rita meminta Sita untuk mengucapkan tanggapan kepada Keluarga Wong.“Aku mewakili orang tuanya Vania Agnesia, mengucapkan beribu terima kasih atas harta antaran ini dan kami sepakat untuk menerimanya dan sekarang, kita bisa menuju ke acara selanjutnya yaitu, membica
Vania tersenyum senang mendengar janji yang diucapkan Davin ini. Terlihat sekali kalau Davin sangat serius dengan kata-katanya ini, itu membuat Vania sangat bahagia. Tapi, masih juga ada pertanyaan untuk memastikan yang keluar dari mulutnya saat ini,” aku bisa pegang janjimu ini kan?”“Tentu saja sayang. Sampai kapanpun, kamu akan selalu dihatiku. Sampai kapanpun janjiku ini bersamaku dan bersamamu. Mungkin di masa depan, saat aku menjalankan bisnisku, saat aku rapat di kantor, saat aku bertemu klien, saat kamu tidak ada bersamaku, mungkin aku akan digoda, mungkin aku akan dirayu, mungin mereka akan melakukan segala macam cara untuk menggodaku, tapi percayalah, aku tidak akan tergoda,” tegas Davin.“More.”“Maksud kamu?”“Aku ingin mendengar lebih, karena semalam Lenny membuatku galau, dia memprovokasi aku, kalau pria sukses itu, sesayang-sayangnya dia pada istrinya, suatu kali akan selingkuh juga. jadi, aku ingin mendengar kata-katamu lebih banyak untuk membuat aku semakin percaya pa
Bunga-bunga merah muda bertebaran di sekeliling dan di depan Davin dan Vania saat mereka berdua berjalan perlahan sambil bergandengan tangan menuju ke arah meja di tengah restoran yang akan menjadi tempat bagi mereka berdua untuk menikmati kencan indah mereka berdua pada malam ini. Kencan yang tidak akan dilupakan Davin serta juga Vania seumur hidup mereka.Sesampainya di meja tujuan mereka, dengan gentlementnya, Davin menarik sebuah kursi untuk Vania duduk, Vania duduk sambil menatap mesra ke arah Davin, tangan kanan Vania, dipegangi Davin hingga Vania duduk dengan sempurna di kursinya, setelah itu, barulah Davin berjalan ke kursinya. seorang pelayan dengan sigap, menarik kursi yang berada persis di depan Vania, untuk diduduki Davin.Setelah mereka berdua duduk dengan sempurna, barulah beberapa pelayan datang untuk membawakan makanan pembuka bersama anggur mahal asal perancis bertahun awal sembilan puluhan yang dikenal sebagai tahun-tahun dengan kualitas anggur yang luar biasa dan se
“Iya, Van. Duduk aja dulu. Kamu yang tenang dong,” timpal Lenny untuk membantu Vania yang dari tadi bergerak kesana dan kesini saat para juru makeup ingin menyelesaikan pekerjaan mereka.“Sembarangan kamu! Vania tuh jadi aneh begini, karena kamu juga tahu!!! kamu yang dari tempo hari provokasi Vania mulu,” bentak Rani sambil melotot ke arah Lenny. Lenny yang sedang makan ayam goreng yang dia bungkus saat pagi tadi makan di restoran hotel ini, hanya bisa nyengir saat dibentak Rani.“Kalian keluar dululah. Kan waktunya masih keburu juga,” kata Vania kepada juru makeup.“Baik, mbak. Aku cuma mau bilang, banyak banget pengalaman pra merried yang kayak mbak rasakan saat ini, itu biasa. Mbak ambil waktu sejenak dulu untuk berpikir, kami tunggu diluar,” kata salah seorang juru makeup kepada Vania, sesudah itu, dia pun keluar bersama teman-temannya.“Kamu keluar juga! Kamu itu provokator tau!” kata Rani kepada Lenny sambil menunjuk ke arah pintu.“Gak Ran. Lenny jangan keluar. Aku ingin bicar
Davin berjalan menuju altar dengan rasa bahgia dan rasa bangga di dadanya, karena sebentar lagi, dia akan mempersunting gadis pujaannya, gadis terbaik yang dia kenal selama hidupnya, sekaligus gadis yang membuat dia jatuh bangun berjuang untuk memastikan hubungannya dengan gadis itu.Saat ini, saat dia berjalan pelan dengan altar berada di depan sana, sebuah flashback singkat bermain dalam pikirannya. Davin teringat saat dia dengan berani malunya, naik ke atas panggung ajang cari jodoh yang diadakan kantornya saat itu di sebuah hotel berbintang.Saat Davin maju, naik ke atas panggung, tujuan Davin memang cuma satu, yaitu, Vania. Gadis yang sejak enam bulan sebelumnya telah merebut hati Davin. Gadis yang selalu Davin tunggu, setiap kali Davin menyapu atau ngepel lantai kantor dalam tugas pekerjaannya waktu itu, sebagai petugas Cleaning Service kantor. Waktu itu, sebelum Davin nekad naik ke panggung hotel untuk mengikuti ajang cari jodoh di kantornya, Davin terlebih dulu mendengar sele
Akhirnya, Willy mengantar Davin naik sampai ke anak tangga paling atas, sebagai pertanda kalau sebagai orang tua, Willy telah membawa naik anaknya untuk menemukan kebahagiaan yang anaknya inginkan dan kini saatnya Willy melepaskan anaknya karena sudah ada orang lain yaitu sang suami yang akan menjaga, melindungi dan bertanggungjawab kepada Vania.Davin dan Vania saling tatap dengan penuh rasa yang bergelora di dada mereka. Davin yang sangat laki-laki, sangat maskulin dan seorang petarung tangguh yang bisa melawan siapa saja itu, kini matanya berkaca-kaca saat menatap wajah Vania yang berada di balik cadar yang tipis itu, seluruh perasaan Davin terjebak dalam rasa haru dalam balutan kebahagiaan sehingga membuat pria setangguh Davinpun tak mampu menahan kedua matanya hingga kedua matanya berkaca-kaca dalam haru yang teramat sangat.Vania menatap wajah Davin dengan air mata bercucuran, dia tidak sanggup menahan rasa bahagianya hingga rasa bahagia itu, tercurah lewat air mata yang tak hen
Sesudah itu, pastorpun berkata,” mulai saat ini, kalian bukan lagi dua melainkan satu dan mulai saat ini. Kalian sudah disatukan dalam pernikahan yang kudus, semua yang disatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan manusia, kalian kunyatakan sebagai Mr and Mrs. Wong. Kamu boleh melakukannya,” lanjut pastor kepada Davin. Davin tahu apa yang dimaksud pastor itu, sambil tersenyum, dia menatap wajah Vania yang masih tersembunyi di balik cadar itu, kemudian, dia mulai membuka cadar itu dan menatap pemilik wajah di balik cadar itu, sesudah itu, Davin mendekatkan bibirnya dan menempelkan bibirnya ke bibir Vania, sebagai pertanda sah dan resminya mereka berdua sebagai suami istri.Sebuah lagu mengalun indah sebagai penanda acara pemberkatan nikah yang kudus antara Davin dan Vania sudah selesai. Sesudah itu, Davin dan Vania turun ke bawah altar untuk memulai sesi foto dengan keluarganya dan juga rekan bisnis Dinasti Group yang hadir dalam acara ini.Berjam-jam Davin dan Vania harus mengikuti proses
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol