Akhirnya, Willy mengantar Davin naik sampai ke anak tangga paling atas, sebagai pertanda kalau sebagai orang tua, Willy telah membawa naik anaknya untuk menemukan kebahagiaan yang anaknya inginkan dan kini saatnya Willy melepaskan anaknya karena sudah ada orang lain yaitu sang suami yang akan menjaga, melindungi dan bertanggungjawab kepada Vania.Davin dan Vania saling tatap dengan penuh rasa yang bergelora di dada mereka. Davin yang sangat laki-laki, sangat maskulin dan seorang petarung tangguh yang bisa melawan siapa saja itu, kini matanya berkaca-kaca saat menatap wajah Vania yang berada di balik cadar yang tipis itu, seluruh perasaan Davin terjebak dalam rasa haru dalam balutan kebahagiaan sehingga membuat pria setangguh Davinpun tak mampu menahan kedua matanya hingga kedua matanya berkaca-kaca dalam haru yang teramat sangat.Vania menatap wajah Davin dengan air mata bercucuran, dia tidak sanggup menahan rasa bahagianya hingga rasa bahagia itu, tercurah lewat air mata yang tak hen
Sesudah itu, pastorpun berkata,” mulai saat ini, kalian bukan lagi dua melainkan satu dan mulai saat ini. Kalian sudah disatukan dalam pernikahan yang kudus, semua yang disatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan manusia, kalian kunyatakan sebagai Mr and Mrs. Wong. Kamu boleh melakukannya,” lanjut pastor kepada Davin. Davin tahu apa yang dimaksud pastor itu, sambil tersenyum, dia menatap wajah Vania yang masih tersembunyi di balik cadar itu, kemudian, dia mulai membuka cadar itu dan menatap pemilik wajah di balik cadar itu, sesudah itu, Davin mendekatkan bibirnya dan menempelkan bibirnya ke bibir Vania, sebagai pertanda sah dan resminya mereka berdua sebagai suami istri.Sebuah lagu mengalun indah sebagai penanda acara pemberkatan nikah yang kudus antara Davin dan Vania sudah selesai. Sesudah itu, Davin dan Vania turun ke bawah altar untuk memulai sesi foto dengan keluarganya dan juga rekan bisnis Dinasti Group yang hadir dalam acara ini.Berjam-jam Davin dan Vania harus mengikuti proses
“Kalau gitu, kamu gak perlu kasih tahu dia soal pertemuan bisnismu nanti. Pertemuan dengan Aleksei itu, hanya akan terjadi beberapa jam, istrimu bisa tinggal di hotel atau dia bisa dibawa Peter, Sylvia dan lainnya untuk jalan-jalan, sementara kamu mengadakan pertemuan bisnismu dengan Aleksei. Oke?” pinta Gerald Wong lagi.“Baiklah. Sekali ini saja, aku terpaksa main rahasia kepada istriku,” kata Davin menyanggupi tapi disertai keluhan kecil.“Gitu dong. Sekarang kembalilah kepada istrimu, acara resepsi akan segera dimulai.”Davin mengangguk dan meninggalkan Gerald Wong. Entah kenapa, setelah dia menyanggupi pertemuan dengan pengusaha Russia, yang digagas Gerald Wong itu, ada sedikit rasa khawatir di hati Davin, seakan akan terjadi sesuatu yang buruk dengan proyek itu, mungkin di masa depan, proyek itu kan mengalami kerugian atau semacam itu, tapi, sesudah itu, Davin berusaha mengusir kekhawatirannya, apalagi saat dia masuk ke kamar makeup dan melihat kecantikan istrinya yang sudah mem
Akhirnya, dengan terpaksa, Davinpun memanggil Sylvia untuk masuk ke kamarnya. Saat Davin membukakan pintu, Sylvia masuk, Sylvia tidak mengatakan apa-apa, Sylvia hanya menatap mata Davin, tapi, Davin tahu apa yang ingin dia katakan, pasti Sylvia bilang,” tuh kan, kubilang juga apa.”Sesudah itu, Davin menunggu di kamar saat Sylvia berusaha membuka gaun pengantin yang dikenakan Vania itu. Davin memutuskan untuk mandi, sesudah itu, dengan hanya melilitkan handuk di pinggangnya, Davinpun masuk ke dalam selimut dan berdiam di ranjang sambil memutar TV. Sudah beberapa channel TV yang dia jelajahi, tapi, semuanya tidak menarik baginya, karena yang menarik itu, belum kunjung datang, yaitu, Vania. Cukup lama dia menunggu dengan channel dia bolak balik sesuka hati, tanpa ada yang dia tonton lebih dari satu menit, hingga akhirnya, penantiannya berakhir, saat pintu kamar dibuka dari luar.Tapi, Davin tidak sempat melihat orang yang baru masuk itu, karena orang itu langsung masuk ke kamar mandi k
Besoknya, dengan dikawal oleh para pengawalnya, Davin dan Vania sudah bertolak menuju ke Paris, sepanjang perjalanan mereka, mulai dari bandara sampai duduk di berdua di kelas executive di setiap penerbangan mereka, tangan mereka berdua tidak pernah saling lepas, seakan mereka takut pasangannya hilang, sehingga mereka terus berpengangan tangan tak terpisahkan.Saat ini, Davin dan Vania sudah berada di bandara Paris Charles de Gaulle di Paris, ibukota Perancis. Dengan para pengawal yang berkekuatan lengkap yang terus mengikuti pengantin baru ini, membuat Davin tidak perlu waspada, karena empat pengawalnya, selalu memberi rasa aman baginya. Kehadiran Peter si peluru, Melvin si otak, Wilson si tangan dan Sylvia si kaki, ,e,buat Davin tidak perlu memakai banyak pengawal, tidak seperti anggota keluarganya yang lain yang selalu memakai tenaga banyak pengawal.“Tuan Muda, kita akan bertemu David Ginola di depan nanti,” kata Peter kepada Davin.“David Ginola? Sang jagoan Paris kan, maksud kam
“Apa dua anak buahmu nanti, bisa dipercaya?” tanya Sylvia kepada David Ginola.“Tentu saja. Aku percaya mereka berdua dengan segenap hatiku. Selama ini, aku saling tolong menolong dengan mereka, mereka tidak akan mungkin mengkhianati aku. Kalau kau tidak percaya kepada mereka berdua, berarti, kamu juga tidak percaya padaku!” kata David Ginola sambil melotot ke arah Sylvia, nampak emosinya mulai terpancing mendengar kata-kata Sylvia tadi.“Bukan begitu. Aku percaya padamu, tapi tidak terlalu percaya pada dua anak buahmu,” bantah Sylvia.“Sudahlah. Aku percaya pada David, jadi, aku akan mengikuti usul David itu, lagipula, aku ingin ada kekuatan penuh untuk menjaga istriku selama disini, aku teringat dengan sindikat perdagangan wanita yang suka menculik wanita cantik wisatawan asing di kota ini, untuk mereka jual ke pasar gelap. Karena itu, Melvin, Wilson dan Sylvia bertiga, harus tetap bersama Vania, biar aku dilindungi David,” kata Davin menengahi, sekaligus langsung mengambil keputusa
Sylvia langsung memberitahu keinginan Vania itu kepada Melvin dan Wilson, tapi, Melvin dan Wilson langsung protes keras.“NO! Tuan Muda bisa marah besar kalau kami tidak melindungi Nyonya Muda. Nanti keadaannya akan semakin kacau,” protes Wilson.“Ya. Wilson benar. Aku tidak setuju ini. Kalau Tuan Muda tahu, bisa berabe,” kata Melvin mengiyakan pendapat Wilson.“Jadi, gimana dong? Nyonya Muda sangat khawatir tuh akan keselamatan Tuan Muda,” keluh Sylvia. Sesudah itu, untuk sejenak ketiganya saling berpandangan di lobi hotel. Mereka tidak tahu harus bagaimana, mereka bertiga khawatir akan keselamatan Davin, tapi, mereka juga takut dengan kemarahan Davin kalau mereka ngotot mencari Davin sehingga kekuatan mereka untuk mengawal Vania jadi berkurang, saat Davin tahu, mereka bisa dimarahi Davin, inilah yang membuat mereka serba salah.Vania masih menatap ke arah luar hotel sambil menelpon Davin tapi, telpon tidak diangkat juga, Vania tidak tahu apa yang terjadi, mungkin Davin tidak menaik
“Bagaimana dengan Peter? Suruh dia yang mengawal Davin, cepat!!!” perintah Vania dengan suara khawatir.“Negativ, Nyonya Muda. Aku sudah mencoba menghubungi dia, tapi, nomor handphonenya tidak aktif, Nyonya Muda,” kata Sylvia sambil menunjukkan handphonenya.“Peter bilang, dia akan berlayar bersama adiknya di pesisir pantai Paris. Jadi, nampaknya handphonenya tidak dapat sinyal, Nyonya Muda,” kata Melvin sambil menghela nafas.“Kalau gitu, aku perintahkan kalian untuk mencari Davin!” perintah Vania dengan wajah semakin marah.**Setelah beberapa blok dari hotel, Davin baru sadar kalau handphonenya ketinggalan di kamarnya, ternyata di tas yang dia bawa, hanya ada laptop sementara handphonenya tidak ada.“Ada apa Tuan Muda?” tanya David Ginola yang memang duduk di samping Davin , sehingga dia bisa melihat kegelisahan Davin saat ini.“Handphoneku ketinggalan,” keluh Davin.“Apa kita harus balik ke hotel, Tuan Muda?” tanya David Ginola sambil memberi isyarat kepada temannya yang duduk di
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol