“Hmmm, jadi ini hotel tempat pertemuanku dengan Aleksei kan?” kata Davin sambil mengamati hotel di depan itu.“Iya Tuan Muda. Disinilah tempatnya. Lihat itu, di bawah hotel itu, sudah ada beberapa orang Russia yang berjaga,” tunjuk David Ginola ke depan pintu masuk hotel.“Kenapa kamu bisa tahu?” tanya Davin.“Dari tampang dan pakaian mereka, juga sepatu mereka, aku bisa tahu kalau mereka dari Russia.”“Wow…, padahal, mereka kan memakai jas biasa tuh.”“Kami yang lama tinggal di jalanan kota Paris, bisa membedakan yang mana orang Jerman, orang Inggris, orang Norway atau orang Russia dari dandanan mereka, Tuan Muda,” kata David Ginola dengan wajah serius. Akhirnya, Davin cuma bisa mengangguk-anggukkan kepalanya dan menerima penilaian David Ginola itu, walau bagaimanapun, David Ginola ini adlah oarng Perancis yang pastinya lebih tahu soal Perancis dan seluk beluknya.Sesaat kemudian, mobil sudah berhenti di depan hotel, David Ginola keluar dengan cepat dari mobilnya untuk berlari ke seb
“Maafkan aku. Tapi, aku lagi menjauhi minuman keras. lebih baik kita konsen di penyatuan visi kita saja untuk proyek ini,” elak Davin. Davin benar-benar tidak ingin mabuk pada sore menjelang malam ini, karena teringat akan mimpinya dan mimpi Vania belakangan ini.Aleksei tampak kecewa, dia menatap Davin kemudian dia terdiam, tidak jadi melakukan toast, dia hanya menyuruh Pierre untuk melanjutkan penuturannya soal proyek besar di Saint petersburg itu. Pierre pun menunjukkan soal rencana pembangunan awal yang telah disusun Aleksei dan rincian biaya kasar yang keluar dari rancangan proyek itu. ** Di tempat lain, Vania terlihat marah-marah kepada Melvin dan Wilson yang sejak beberapa waktu lalu, tidak juga menemukan posisi dari Davin, padahal Melvin sudah mencari jejak Davin sejak tadi. Mereka berempat sedang berada di dalam kamarnya Melvin dengan paralatan canggih di kamar Melvin itu.“Kenapa Davin bisa gak ada? Kenapa kamu gak bisa menemukan Davin?” keluh Vania lagi.“Maafkan aku Nyon
Wanita itu, datang dan duduk di samping Aleksei. Kehadiran wanita ini, membuat gelombang di dada Davin semakin tidak beraturan, Davin terpaksa menutup matanya agar supaya dia bisa menghentikan sesuatu yang bergelora di dalam dadanya.“Hahahaha…Mr. Wong. Jangan dilawan Mr. Wong. Salurkan saja semuanya pada wanita cantik jelita seperti bidadari ini, aku jamin kau akan ketagihan, hahahahaha,” kata Aleksei sambil tertawa-tawa.Davin membuka matanya, kedua matanya langsung bertemu gadis yang berada di samping Aleksei, wanita yang nampaknya menjadi otak dari semua ini, wanita yang sedang tersenyum ke arah Davin, wanita yang bahkan kini berdiri dan mulai berjalan dengan gemulai mendekati Davin, wanita yang lenggokkannya membuat Davin semakin panas dingin, wanita itu adalah Vivian Chung, bekas tunangan Davin.“JANGAN DEKATI TUAN MUDA KAMI!!! teriak David Ginola. David Ginola sadar akan apa yang sedang terjadi pada diri Davin, dia tahu kalau Davin sedang dalam pengaruh obat yang memabukkan yan
Vania sangat kesal saat menemukan handphone milik Davin tertinggal di kamar mandi ruang tamu kamarnya. “Huh, pantesan Davin gak angkat telpon. Ternyata handphonenya ketinggalan. Dasar pelupa!, huh!” batin Vania.Sekarang Vania jadi bingung, gimana caranya menghubungi Davin, apalagi, Davin tidak bersama para pengawal yang biasanya bersama Davin. Saat ini, Vania juga amat kesal kepada David Ginola sang pengawal baru itu yang ternyata pernah ditanya nomor telponnya oleh Sylvia, tapi tidak diberikan David Ginola itu.Kini, Vania mulai mencurigai David Ginola,”jangan-jangan…David Ginola berencana menculik Davin,” gumam Vania dalam kekhawatirannya.Tiba-tiba, handphonenya berdering, Vania langsung mengangkat telponnya. Dan terdengar suara Sylvia disana,” gimana? gimana?” tanya Vania.“Kami sudah dapat nomor telponnya David Ginola dari istrinya,” kata Sylvia di ujung telpon.“Terus?”“David Ginola tidak mengangkat telponnya.”“Duh, sebenarnya apa yag terjadi sih? Aku kok curiga banget sama y
Vania menampung air hangat di bathup kamarnya, Vania berencana untuk berendam sambil menunggu berita bagus dari Sylvia atau dari Davin. Tapi, sebelum dia masuk ke dalam bathup, terdengar suara bunyi notifikasi dari handphonenya. Vania sangat gembira saat dia mendengar bunyi notifikasi di handphonenya itu, Vania berharap Davin yang menelponnya untuk mengabarkan tentang kegiatan Davin atau bertanya tentang keadaan Vania, tapi, sayangnya, saat Vania membuka handphonenya, dan membuka aplikasi Whatsappnya, yang Vania temukan adalah sebuah video dari nomor yang tidak dia kenal.Dengan penasaran, Vania mengunduh dan membuka video dari nomor yang tidak dia kenal itu dan hasilnya, Vania sangat kaget, darah di tubuhnya seperti berhenti mengalir saat dia melihat Davin, suami tercintanya terlihat sedang ditarik-tarik oleh seorang wanita dan terlihat tidak ada perlawanan yang diberikan Davin saat wanita itu menarik tangan Davin ke dalam sebuah lift.Setelah masuk di lift, Davin terlihat hanya pasr
Vivian menunggu dengan pasrah di atas ranjang dan dia sudah siap untuk Davin. Apapun yang Davin mau, akan dia turuti, tapi tentu saja dia akan berakting seolah-olah dia dipaksa, itu Vivian lakukan untuk mencoreng citra Davin di mata istrinya, Vania. Ini semua dilakukan Vivian demi membalaskan dendamnya kepada Vania, wanita yang amat sangat dibenci Vivian.Tapi, Vivian agak kecewa saat dia melihat Davin yang dia harapkan akan terus menyerangnya di ranjang, kini malah berlutut di samping ranjang dengan tubuh gemetaran seperti menahan sesuatu. Vivian tahu, Davin kembali berusaha menahan gejolak di dalam dirinya, akibat pengaruh dari obat yang diberikan Vivian lewat pelayan tadi. Teman Vivian yang bernama Laura, nampak terdiam dan bertanya-tanya ke arah Vivian tentang langkah mereka selanjutnya.Beberapa saat lalu, Laura sudah langsung mengirim video Davin di lift bersama Vivian dan juga video saat Davin mengejar Vivian di kamar ini, lengkap dengan akting Vivian yang pura-pura ketakutan i
Di lantai tujuh, sekitar tujuh orang sudah bersiap dengan senjata genggam di tangan mereka yang sudah dikokang dan pelurunya siap dimuntahkan begitu lift terbuka. Beberapa saat sebelumnya, mereka telah mendapat informasi kalau teman-teman mereka yang berjaga di restoran telah dibunuh oleh tiga pengawal Davin, karena itu, mereka diperintahkan untuk membunuh David Ginola, Aime dan Claude yang sedang menuju ke lantai tujuh.Para pengawal Aleksei asal Russia itu, menunggu dengan tegang, telunjuk jari kanan mereka semua, berada di senjata genggam masing-masing dan bersiap untuk tidak memberi ampun sama sekali kepada David Ginola dan dua temannya yang akan segera keluar dari lift di depan mereka ini. Apalagi setelah mereka mendapat kabar kalau teman-teman mereka yang sebelumnya berada di restoran, hampir semua dibunuh oleh David Ginola dan kawan-kawannya, hanya tersisa seorang saja yang selamat. Berita itu membuat mereka semakin marah kepada Davod Ginola dan kawan-kawannya.Akhirnya penanti
“Aku mengerti, kalau begitu bawalah tuan muda pergi, biar aku bersama Claude yang menghadang mereka,” bisik Aime kepada David Ginola. David Ginola mengangguk dan memegang erat-erat tangan tuan mudanya sambil bersiap di depan pintu.Sebelum keluar dari pintu, Aime berkata kepada David Ginola,” all for one.”“And one for all,” jawab David Ginola sambil mengangguk lagi kepada Aime.Istilah ‘All for one’ dan dijawab dengan ‘One for all’ ini, mereka ambil dari novel terkenal perancis yang berjudul The Three Musketeers. Novel terkenal yang bercerita tentang tiga pengawal raja Perancis di masa lalu yang selalu mendedikasikan hidup mereka untuk keselamatan sang raja. Mereka bertiga selalu bahu membahu untuk melindungi raja mereka dengan taruhan nyawa mereka bertiga. Kini, Aime sengaja mengucapkan kata-kata itu untuk membangkitkan semangat David Ginola dan dirinya sendiri, tentang pentingnya keselamatan dan perlindungan untuk raja mereka yag harus mereka jaga dengan taruhan nyawa mereka. Raja
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol