"Siapa sih, Vivian Chung itu?" tanya Vania kepo."Dia itu dijuluki bidadari nya kota Hongkong. banyak majalah mode yang menjuluki nya sebagai wanita tercantik di Hongkong. selain anak dari salah satu dari sepuluh orang terkaya di Hongkong, dia juga aktif di dunia model dan menjadi model terbaik Hongkong karena kecantikan nya, hingga pada beberapa tahun lalu, dia pindah ke Amerika untuk kuliah di Los angeles- Amerika. sesudah itu, tidak butuh waktu lama bagi dia untuk menaklukkan Amerika. dia berhasil menjadi super model di Amerika, baru-baru ini, dia dinobatkan menjadi satu-satunya supermodel asal Asia. jadi, saingan kamu itu, betul-betul hebat," jawab Meyling panjang lebar. sekarang ini, Meyling yang sebelumnya iri, kini malah mulai kasihan pada Vania. "Aku jadi takut nih," keluh Vania sambil manyun. saat ini, Vania mulai pesimis, dia tidak se optimis tadi, karena melihat ada banyak halangan yang menghadang di depan mata nya, bahkan, dia mulai takut akan masa depan hubungan nya deng
Davin dan Alicia, bergandengan tangan untuk menuju ke ruang Ungu guna bertemu dengan Ibu Suri keluarga Wong. Ruang Ungu ini berada di lantai tiga tapi, posisinya agak di belakang dan biasanya difungsikan oleh Gerald Wong maupun Ibu Suri untuk menerima tamu saat ada acara di lantai dua atau lantai tiga gedung ini. A Kew membukakan pintu untuk untuk Davin dan Alicia masuk, setelah itu, A Kew menutup pintu dari luar dan berjaga-jaga di depan pintu ruang Ungu.“Nainai,” sapa Davin dan Alicia hampir bersamaan sambil menundukkan kepala mereka dalam-dalam kepada Nainai yang sedang duduk di tengah ruangan bersama Pengasuh Yang.“Hahaha…, Russel, Alicia. kalian berdua ini selalu kompak. Sejak kecil, selalu main bersama, kemana-mana bersama, mau jalan-jalan ke luar negeri juga harus bersama. Sekolah bersama kuliah juga maunya sama-sama. Hahahaha,” kata Ibu Suri sambil tertawa lepas.“Aku dan Russel kan lahirnya hampir bersamaan, Nainai. Cuma beda dua hari loh, walaupun dari orang tua berbeda ta
Saat ini, Vania berjalan bersama Meyling, dengan didahului oleh Sylvia dan dengan dikawal dari belakang oleh Wilson, mereka berempat berjalan menuju ke arah dua menara kembar yang berada di tengah-tengah kawasan The Pearl, kawasan paling elit di Hongkong.Dari jalan raya di depan The Pearl, menara kembar ini tidak terlihat karena dua menara kembar ini dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit yang berukuran lebih tinggi dari dua menara kembar ini tapi, setelah berjalan melewati bangunan apartemen seperti saat ini, Vania dan juga Meyling, bisa melihat kemegahan dan kemewahan menara kembar keluarga Wong ini yang terlihat lebih elegan dari menara-menara yang mengelilingi nya.Sebagai seorang Arsitek, Vania bisa melihat rancangan yang sangat indah dari menara kembar ini, rancangan yang sangat luar biasa, rancangan yang belum pernah dia lihat selama hidupnya dan sebagai arsitek, Vania langsung menilai menara kembar ini sebagai menara kembar terbaik yang pernah dilihatnya. kenyataan ka
Setelah mendengar percakapan dua wanita di dekat nya, Vania langsung kaget apalagi nama Davin alias Russel Wong disebut-sebut kedua wanita di dekat nya nampaknya ini.Saat salah seorang diantara kedua wanita itu menunjuk ke arah depan, Vania pun langsung mengikuti arah yang ditunjuk wanita itu dan disana, Vania melihat dua orang yang terlihat sangat serasi sedang berjalan berdampingan di tengah sorakan orang banyak yang cukup norak memanggil-manggil nama keduanya.Ada yang memanggil nama Vivian Chung, ada juga yang memanggil nama Russel Wong dan walaupun masih agak jauh tapi, Vania bisa memastikan kalau pria yang sedang bergandengan tangan dengan wanita jangkung yang super model itu, adalah Davin, pacar dan sekaligus pria pujaan nya."Aku baru dapat kabar dari A Fui yang sedari tadi mendampingi Patrick di lantai tiga, kalau Vivian Chung baru saja diperkenalkan sebagai jodoh dari Russel Wong," kata wanita agak kurus kepada wanita agak gemuk di samping Vania. kata-kata mereka berdua ini
"Cepat pergi!" kata Meyling kepada Vania. Vania langsung menerobos kerumunan banyak orang, Wilson berusaha mengejar tapi. Meyling sudah menubruk Wilson sehingga tubuh Meyling dan Wilson sama-sama terjerembab ke lantai. Saat terjatuh, Meyling menangkap kaki Sylvia yang hampir saja lolos dari hadangan Meyling, karena aksi nekad Meyling ini, Wilson maupun Sylvia tertahan beberapa langkah di belakang Vania yang kini sudah berhasil masuk menerobos kerumunan banyak orang dan mulai mendekati pintu lift, Vania ingin secepatnya keluar dari tempat ini.Vania ingin menjauh dari tempat ini, Vania tidak ingin melihat drama di atas panggung itu.**Saat ini, hati Davin begitu sedih, sebelum nya, saat di lantai tiga, Ibunya, Miriam Wong telah memperkenalkan Vivian sebagai calon istri nya. sesuatu yang tidak bisa di bantah Davin, mengingat kata-kata Alicia yang memintanya untuk menuruti dulu keputusan Neneknya untuk sementara hingga acara pernikahan Patrick selesai.Karena itulah, Davin menurut saja
Setelah meninggalkan panggung, Davin langsung menerobos kerumunan orang-orang dan menuju ke arah lift. Davin sangat panik saat membaca chat dari Alicia tadi, karena itu, Davin tidak peduli lagi dengan perjodohan itu, tidak peduli dengan neneknya yang bisa saja memarahi nya kalau neneknya tahu, Davin meninggalkan panggung dan meninggalkan Vivian, wanita yang sudah resmi dijodohkan dengan nya itu.Setelah keluar dari lift di lantai satu, Davin bertemu dengan Alicia yang sedang bicara dengan beberapa orang disitu,” Apa yang terjadi, Cia? kamu kan seharusnya menjelaskan semuanya kepadanya.”“Maafkan aku, Russel. Pacarmu itu gak mau bicara denganku di telpon. Terus, waktu aku ke lantai dua, dia sudah kabur,” jawab Alicia dengan wajah cemas.“Kan ada Wilson dan Sylvia, kok dia bisa kabur sih?” tanya Davin cemas sambil terus berjalan ke arah luar gedung.“Temannya Vania berhasil menahan Wilson dan Sylvia sekaligus, ditambah dengan kondisi yang sangat crowded, penuh dengan orang, sehingga Van
"Tuan Muda, aku harus menghentikan pendarahan nya. kemungkinan besar, ada pecahan kaca yang mengenai urat nadi Tuan Muda," kata Sylvia yang tanpa menunggu lagi, segera memeriksa kondisi tangan Davin yang berlumuran darah itu."Iya, huhuhuhuhu..., periksa tangannya, huhuhuhuhu..., jangan biarkan dia kenapa-kenapa, huhuhuhuhu..," pinta Vania kepada Sylvia di sela-sela tangisannya."Jangan tangisi aku, biarkan aku mati," kata Davin dingin kepada Vania, sambil berusaha menarik tangan nya dari Sylvia yang sedang berjongkok berusaha menghentikan aliran darah yang banyak keluar dari tangan Davin. Sementara itu, Ken sudah keluar dari mobilnya dan menatap bergantian ke arah wajah Davin dan Vania dengan hati campur aduk. Ken melihat ekspresi dua orang yang saling mencintai dan yang paling mengganggu bagi Ken Li adalah ekspresi wajah Vania yang terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan Davin dan saat ini Ken Li merasa akan susah baginya untuk bersaing dengan Davin. Ken Li pun duduk kembali di dal
"Kalau begitu, suruh sopir itu pulang, sebelum dia sampai di tempat praktek dokter itu," tandas Davin sambil memejamkan matanya."Baik, Tuan Muda. Nyonya Muda, tolong tekan terus perban nya, supaya darahnya tidak mengalir lagi," kata Sylvia kepada Vania. Vania langsung ke mengangguk kan kepalanya, sambil menangis, dia pun menekan perban di tangan Davin. Sementara itu, Sylvia sudah mulai sibuk menelpon ke beberapa orang. awalnya dia menelpon sopir Davin yang mengantar Davin tadi dan menyuruh sopir itu untuk segera pulang, sesudah itu, Sylvia menelpon Peter dan meminta Peter untuk segera datang ke Dokter Lee dan tak lupa, Sylvia meminta Peter memberi tahu Melvin untuk bersiaga dengan semua peralatan dan drone-drone mutakhir nya. Kemudian, Sylvia menelpon Dokter Lee, setelah terdengar suara orang di ujung telpon, Sylvia pun berkata," Dokter Lee?""Iya. aku sendiri. ini siapa?" tanya Dokter Lee di ujung telpon."Aku Sylvia. anak dari A Bung, si Tangan Kilat Tendangan Sakti," kata Sylvia
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol