Davin yakin, Vania bukan cewek matre yang tunduk pada godaan harta benda, tapi, masalah nya saat ini, Ayah Vania sakit dan anak manapun yang mencintai ayahnya, pasti akan terketuk hatinya. Davin yakin, Vania mencintai nya, tapi, mampukah Vania membiarkan ayahnya meninggal tanpa pertolongan? Davin yakin, Vania tidak akan mampu dan tega membiarkan hal itu terjadi, karena itulah, Davin harus bergerak untuk menolong Vania. Cara yang dipilih Davin, adalah dengan cara membiayai semua perawatan, pengobatan ataupun operasi transplantasi hati Ayahnya Vania, sehingga Vania tidak perlu berhutang pada Ivan. tapi, Davin masih ingin melakukan hal itu secara diam-diam, dia ingin membantu Ayahnya Vania secara diam-diam, yang penting, Vania tidak berhutang dahulu kepada Ivan. Davin yang saat ini, sudah pulang ke tempat kost nya, mondar-mandir di kamarnya menunggu kabar dari Peter yang tidak kunjung datang, hingga akhirnya, setelah menunggu beberapa jam, kabar itupun datang saat Peter menelponnya."G
Vania jadi sangat lega dengan tawaran dari Dokter Alvin ini, karena itu berarti, dia tidak perlu lagi berhutang kepada Ivan dan setelah berdiskusi sejenak dengan bundanya, mereka berdua pun mengambil keputusan bersama."Oke. kami terima tawaran dari dermawan asal Hongkong itu. tapi, bolehkah kami tahu siapa namanya dan bolehkah kami meminta nomor telepon nya supaya kami bisa berterima kasih kepada nya?" tanya Sita kepada Dokter Alvin."Ini....akan aku tanyakan dulu kepada orang yang mewakili pihak dermawan itu, pokoknya saat ini, lebih baik kita pindahkan dulu Pak Willy ke ruang VVIP yang sudah disiapkan untuk Pak Willy," kata Dokter Alvin sambil berdiri dan menunjuk ke arah ruang Gawat darurat.Akhirnya Sita dan Vania serta Vander, mengikuti arahan Dokter Alvin. mereka menunggu di pintu keluar, sementara Dokter Alvin masuk ke dalam ruangan Gawat Darurat. beberapa saat kemudian, pintu di ruang Gawat Darurat terbuka, Dokter Alvin mengawal keluarnya Willy yang terlihat tertidur di ranja
"Aku kan gak menghina orang. aku kan mengatakan yang sebenarnya," kata Vartan tidak mau kalah."Hmm.....kamu gak perlu membanggakan profesi mu di depan orang lain. kejadian di depan, kan belum tentu, bisa saja pekerjaan nya lebih baik dari mu di masa depan!" kata Vania dengan nada suara meninggi."Apa? hahahaha...itu tidak mungkin. profesi nya sekarang, jadi Cleaning Service, ke depan, mungkin jadi kepala Cleaning Service, itu aja. jauh dong dibandingkan aku yang jadi manager, di perusahaan Amerika lagi," kata Vartan menyombongkan dirinya."Tapi ingat, kamu kan sudah dipecat! ingat itu! kamu bisa kerja lagi, karena pindah ke perusahaan temanmu. apa itu yang kamu banggakan?" kata Vania sinis."VANIA! APA YANG AKU CERITAKAN ITU, BUKAN UNTUK KAU UMBAR-UMBAR. INGAT ITU!!! JANGAN MEMBUAT AKU MARAH!!!" teriak Vartan tiba-tiba hingga pengunjung apotek ini kaget dan menatap ke arah Vania dan Vartan yang sedang bertengkar itu."Van... sudahlah. tenanglah," bisik Davin ke telinga Vania sambil m
Vania sangat senang mendengar kata-kata Vartan tadi, tapi, melihat keadaan batu besar yang hancur sebagian itu, membuat Vania khawatir akan keadaan Davin karena itu, dia langsung membawa Davin ke tempat yang memiliki penerangan lebih untuk melihat keadaan tangan Davin dan memang ada darah di tangan Davin karena kuatnya pukulan yang dilakukan Davin tadi."Aduh, tuh kan berdarah. seharusnya kamu jangan melakukan itu," kata Vania marah-marah."Lebih baik seperti itu. hanya dengan cara itu, barulah aku bisa menghindar dari konflik lebih lanjut dengan kakakmu. kalau aku tidak menunjukkan kekuatan ku, dia pasti akan terus memaksaku berkelahi, aku takut, aku akhirnya bisa memukulnya, akibatnya bisa fatal, Van," bantah Davin.Mendengar kata-kata Davin itu, Vania mengangguk, sekarang Vania mengerti makna perbuatan Davin tadi yang sekalipun berakibat melukai diri sendiri tapi akhirnya berhasil membuka mata Vartan kalau kemampuan beladiri Vartan berada di bawah kemampuan beladiri Davin sehingga
Vartan sangat kaget saat tangannya ditarik Vania. akhirnya dia cuma bisa pasrah saat Vania menariknya sekitar lima belas meter dari posisinya semula."Ada apa sih," tanya Vartan saat Vania sudah melepaskan tangan nya."Kenapa kamu tidak memenuhi janjimu?" "Janji yang mana?""Janji untuk tidak merintangi lagi hubungan ku dengan Davin.""Aku memenuhi janji aku kok. aku tidak jadi perintang lagi, apa yang aku janjikan, akan selalu aku tepati," kata Vartan tegas."Lalu mengapa bunda membatalkan perjanjian pengobatan ayah dengan pihak dermawan dari Hongkong?" tanya Vania sambil menatap tajam ke arah Vartan."Aku tidak tahu sama sekali soal itu, Van. i swear. aku tidak terlibat dalam hal ini," kata Vartan sambil mengangkat tangan nya. melihat itu, Vania tahu kalau kakaknya ini, mengatakan yang sesungguhnya karena itu, dengan lesu, dia cuma bisa duduk termenung di tempat duduk terdekat."Sebenarnya, apa sih yang terjadi?" tanya Vartan sambil duduk di samping Vania."Bunda telah membatalkan
Mendengar kata-kata ayahnya itu, Vania ingin membantah kata-kata itu, tapi, Sita sudah menatap Vania dan menggelengkan kepalanya pelan, hal itu membuat Vania terpaksa menurut, walaupun geram karena merasa ayahnya berusaha memutar balikkan keadaan, tapi, Vania terpaksa tidak bisa membantahnya karena Vania takut, kalau dia membantah, urusan akan jadi panjang dengan ayahnya. akhirnya, Vania keluar dari kamar VVIP tempat ayahnya dirawat tanpa pamit kepada siapapun.Vania ingin mencari Ivan serta memarahi Ivan karena Ivan telah mempengaruhi ayahnya, hingga rencana ke Sanghai itu, berada di ujung tanduk kegagalan. akhirnya, setelah mencari kesana kemari, Vania menemukan Ivan yang sedang bersama Vartan di ruangan tunggu yang agak jauh dari ruangan VVIP."Aku ingin bicara," kata Vania di depan Ivan.Mendengar itu, Vartan pun langsung ngeloyor pergi meninggalkan Ivan berhadapan dengan Vania."Kamu tidak perlu mempengaruhi ayahku!" kata Vania tegas sambil menatap tajam ke arah Ivan."Maksud kam
"Iya. Tuan Muda. aku mengerti," kata Peter di ujung telpon."Segera lakukan," perintah Davin. setelah itu, tanpa menunggu jawaban Peter lagi, Davin segera menutup telepon. Davin mencoba kembali pada rutinitas nya namun dia tidak mampu melakukan nya, dia sangat kalut, dia sangat khawatir dengan perkembangan yang terjadi saat ini, akhirnya, dia berdiam diri sendirian di belakang kantor sambil meletakkan Handphone nya di sebuah meja di depan nya. dia menunggu dengan rasa kuatir yang teramat dalam.Saat ini, setelah memikirkan semua nya, Davin putuskan untuk segera membuka jati dirinya kepada Vania dan keluarga Vania. tapi, Davin berencana untuk melakukan nya secara elegan yaitu sesaat setelah proses operasi transplantasi hati Ayahnya Vania, sukses di Singapore. Davin putuskan untuk membeli rumah sakit milik Ivan itu dan langsung tampil dengan jati dirinya, plus sebagai pemilik rumah sakit itu, supaya Ivan tidak bisa mengumbar keberhasilan menolong ayah Vania karena rumah sakit Ivan, akan
"Oke," kata Davin yang langsung memutuskan hubungan telepon nya dengan Peter karena saat ini, Davin telah berada di depan motor nya. Davin pun memakai helm nya dan menyalakan mesin motornya. sejenak dia berdiam diatas motor nya, tiba-tiba, dia memiliki perasaan tidak enak hanya saja dia tidak tahu apa maknanya, yang jelas, dia tahu betul, pertemuannya nanti dengan Ayahnya Vania, bisa-bisa akan menjadi pertemuan yang sangat mengerikan baginya.Davin tahu saat bertemu ayahnya Vania nanti, dia pasti tidak akan diperlakukan dengan baik. kemungkinan besar, dia akan dimarahi dan bahkan dihina oleh ayahnya Vania itu. tapi, sekalipun begitu, Davin bertekad untuk mengeraskan hati nya dan menerima semua cercaan bahkan hinaan dengan lapang dada dan dia belum berminat untuk membuka jati dirinya karena dia menunggu saat yang pas untuk itu dan saat yang pas itu bukan lah sekarang karena itu, Davin bertekad untuk menebalkan telinga dan menerima semua kata-kata dari Ayahnya Vania nanti.Setelah itu,
Selain itu, dengan drone dari Melvin yang selalu mengikuti Vania, semua perkembangan Vania diketahui oleh Davin, kemanapun Vania pergi, Davin bisa melihatnya. hanya saja, Davin tidak pernah lagi berusaha mendekati Vania secara langsung.Beberapa hari ini, Vania agak sibuk di sebuah galeri seni karena lukisan-lukisan Vania dipajang disana. pembelian lukisan milik Vania, adalah salah satu cara Davin untuk mendekati Vania dan keluarganya. Davin sengaja membeli hak untuk memamerkan lukisan-lukisan Vania itu di sebuah galeri seni, selain untuk mengapresiasi karya lukis Vania juga untuk memberikan uang kepada keluarga Vania khususnya buat Willy, Ayahnya Vania.Hari ini, Davin meminta Peter untuk mengambil uang lima ratus juta rupiah dari bank dan menaruh uang itu dalam satu koper. uang sejumlah itu adalah uang yang pernah diberikan Willy untuk menyuap Davin. rencananya, Davin ingin mengembalikan uang itu ke tangan Willy, serta menjelaskan semua yang terjadi pada saat peristiwa itu kepada Wi
"Davin? kamu yakin?" tanya Vania dengan hati campur aduk."Aku tidak begitu yakin sih. bentuk tubuh nya mirip tapi, dia langsung menutup wajahnya saat dia melihat ku," jawab Rani."Apa dia membawa teropong?"justru dia menutup wajahnya dengan teropong itu kemudian berjalan terus ke arah bawah. karena itulah, aku terlambat kesini menemui mu," jawab Rani. "Ayo kita cari," kata Vania. sejak tadi, Vania membawa-bawa biolanya naik turun tangga, kini, dia serahkan biola mahalnya itu untuk sementara dibawa Rani, supaya dia bisa leluasa naik turun tangga mencari sosok yang menurut Rani, mirip Davin itu.Vania dengan diikuti Rani kini kembali ke jalan yang dilewati Rani tadi. sambil berjalan, batin Vania sesak karena memikirkan Davin. Vania tidak habis pikir, mengapa Davin memperlakukan dirinya seperti ini? kalau memang yang dilihat Rani adalah Davin, mengapa Davin menghindari nya? tapi, kalau memang bukan Davin, mengapa sosok pria bertopeng itu seperti menghindari nya? mengapa pria itu menye
Setelah semua anggota Orkestra sudah duduk di tempatnya masing-masing di depan alat musik mereka masing-masing, keadaan seketika menjadi hening. kemudian Nyonya Dahmer sebagai konduktor atau pemimpin orkestra, mulai berjalan ke arah depan. setelah membungkukkan tubuhnya dalam-dalam ke arah penonton, dia menuju ke salah satu pengeras suara dan mulai bicara," selamat datang untuk semua yang hadir di acara ini dan terima kasih untuk pihak-pihak yang membuat acara ini bisa terwujud."Hadirin masih terdiam dan menunggu kata-kata sambutan selanjutnya dari Nyonya Dahmer. Vania pun mulai meraba alat musik barunya yang menjadi kebanggaannya saat ini. biola Stradivarius kebanggaan nya."Malam ini, sebelum acara dimulai, seperti biasa di setiap pertunjukan ataupun di acara TV ataupun di acara-acara di Channel YouTube. pasti akan ada yang namanya pesan sponsor atau iklan. iya kan?" kata Nyonya Dahmer yang disambut oleh tawa beberapa orang dan anggukan kepala dari banyak orang lainnya. saat ini, b
Vania pun fokus mengikuti latihan dengan hati agak tenang. ada sedikit rasa trauma dengan kenyataan yang terjadi tadi kalau dia sempat dibius orang, tapi setelah memeriksa tubuhnya di kamar mandi, dia memang tidak menemukan sesuatu, tidak ada rasa perih di tubuhnya dan itu berarti, Conrad memang tidak sempat mengapa-apakan dirinya, Vania bersyukur karena apa yang dia takutkan tidak terjadi. Vania bersyukur karena ada orang yang menolongnya walaupun sampai saat ini, Vania tidak tahu siapa penolongnya itu.Saat latihan, mata Vania tertuju kepada seorang penonton yang duduk sendirian di kursi penonton. jarak antara dirinya dan penonton itu, memang masih sangat jauh sehingga Vania tidak bisa melihat wajah penonton itu, tapi Vania merasa, penonton itu terus-menerus menatap nya.Penonton itu terlihat sekali-sekali memakai sebuah teropong untuk melihat ke arah orkestra yang digawangi Vania dan teman-temannya itu, tapi, bagi Vania, teropong itu kerap tertuju ke arah dirinya. awalnya Vania aga
Wilson memilih untuk mendobrak pintu dengan menendang sekuat tenaga tapi, dia kecele, karena ternyata pintu itu tidak terkunci, ini membuat tubuh Wilson jatuh berdebum dengan keras di dalam kamar di samping tubuh tubuh Conrad.Davin sangat kaget melihat tubuh Conrad sudah tergeletak kaku tidak berdaya dengan tangan terikat di belakang tubuhnya dan mulut dilakban, hanya matanya saja yang bergerak-gerak menandakan dia tidak pingsan atau meninggal tapi hanya dalam keadaan tidak berdaya.Davin melihat tubuh Vania masih berpakaian lengkap berada di atas tempat tidur dalam keadaan tertidur."Dia tidak apa-apa, Tuan Muda," kata suara seseorang yang duduk di kegelapan kamar. penerangan hanya berada di bagian pintu kamar dan juga ada penerangan dari kamar mandi."Paman A Kew?" tanya Davin."Ya Tuan Muda. ini aku," kata A Kew sambil menyalakan lampu meja di depan nya sehingga Davin bisa melihat A Kew, salah satu asisten ibunya bersama seorang teman A Kew yang bernama A Lok. "Mengapa kalian bis
Tapi, Davin tidak mengangkat telepon nya. akhirnya, Peter putuskan untuk mengikuti pergerakan Conrad yang sedang membawa tubuh lemas Vania sambil mengetik sebuah chat untuk Davin.Peter : "Tuan Muda, Conrad telah membius Nyonya Muda. aku sedang mengikuti langkah Conrad, nampaknya dia menuju ke Hotel yang tepat bersebelahan dengan Mall ini. nampaknya dia bermaksud buruk kepada Nyonya Muda. aku minta ijin untuk menembak Conrad saat ada kesempatan."Setelah mengirim chat itu, Peter menyimpan handphone nya dan mengikuti langkah Conrad yang sedang membawa tubuh lemah nyaris tidak berdaya Vania.**Ninchaku di tangan Davin kini kembali memakan korban. seorang pengeroyok terluka parah di kepala setelah berusaha membokong Davin dengan senjata tajam nya. sebuah tendangan disusulkan Davin sehingga pengeroyok itu terlempar jauh ke lantai dan langsung pingsan disana.Tinggal ada lima musuh lagi di sekeliling Davin saat ini. Davin putuskan untuk tidak menunggu lebih lama lagi, Davin agak khawatir
Davin lihat para pengeroyok lain agak mundur ke belakang untuk memberikan keleluasaan kepada teman mereka untuk menyerang Davin dengan Double Stick atau Nunchaku itu.HIIIAAAAAAATeriak si penyerang sambil mengejar Davin dengan Nunchaku nya. Davin konsentrasi mengikuti arah putaran Nunchaku itu dan di saat yang tepat dia merampas Nunchaku itu dan dengan sebuah sentakan, Nunchaku itu sudah berpindah tangan dan dengan satu gerakan, Nunchaku itu sudah mendarat dua bahkan tiga kali di kepala si pemilik Nunchaku itu menjadikan sebuah adegan senjata makan tuan yang menggenaskan apalagi setelah terlihat darah mengalir dari pelipis si pemilik Nunchaku itu yang jatuh tersungkur pingsan di lantai.Teman-teman nya sangat marah melihat apa yang terjadi, beberapa dari mereka mulai mengeluarkan senjata tajam berukuran pendek dari balik baju mereka. dua orang lainnya mengambil Stick Bisbol dari lantai di dekat tiang. seorang diantaranya berteriak kepada para pengeroyok Wilson yang tinggal berjumlah
Peter yang sedang mengemudikan mobil di samping Davin, cuma bisa mengangkat bahunya karena dia memang tidak tahu apa yang terjadi. "Wilson sedang dikeroyok banyak preman, Tuan Muda. dia dikeroyok di parkiran Mall. nampaknya pengeroyok itu, orang suruhannya Conrad," jawab Melvin dari bagian dalam mobil Van. Melvin melihat hal itu dari layar TV di dalam mobil. drone miliknya sedang merekam keadaan Wilson. Davin pun pergi ke belakang untuk melihat keadaan Wilson dari layar TV."Kalau gitu, cepat ke tempat itu. aku ingin menolong Wilson," kata Davin kepada Peter."Jangan Tuan Muda! kamu baru saja pulih. biar aku dan Melvin yang menolong Wilson," kata Peter dari balik kemudi."No! kalian berdua akan membantu dengan cara lain. Melvin pergunakan drone mu untuk menyetrum para preman itu sebanyak-banyaknya. Peter, kamu pergunakan segenap akal mu untuk menjauhkan Vania dari Conrad. aku tetap akan turun untuk membantu Wilson," perintah Davin."Bagaimana dengan luka mu, Tuan Muda?" tanya Peter l
“Jangan-jangan pacarmu itu sudah meninggal,” kata Nyonya Dahmer.“NO!!! huhuhuhuhu,” teriak Vania yang diikuti dengan pecahnya tangisannya lagi. Nyonya Dahmer jadi menyesal karena dia kembali membuat Vania menangis. Akhirnya, Nyonya Dahmer cuma bisa menenangkan Vania yang masih terus menangis itu dengan cara menepuk-nepuk pundak Vania. tangisan Vania baru berhenti saat Rani datang mencarinya di dalam.“Tuh, ini teman kamu yang melihat kuntilanak itu,” kata Nyonya Dahmer sambil menunjuk ke arah Rani.“Apa yang terjadi, Ran? Apa benar kamu melihat kuntilanak?” Tanya Vania kepada Rani.“Iya, Ran. Waktu itu, aku mengikuti permintaan kamu untuk menangkap basah pria yang mirip Davin itu, tapi, sebelum aku sampai ke depan, aku malah bertemu kuntilanak. Hiyyyy…serem banget,” kata Rani dengan mimik wajah ketakutan.“Jangan-jangan kamu cuma melihat jemuran atau yang mirip gitu, Ran?” kata Vania sambil menatap lekat ke wajah sahabatnya itu.“Gak, Vania. Aku benar-benar melihat kunti. mana mungki