Share

Bab 2

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 

"Mel, ini noda apaan?!" tanyaku dengan nada tinggi, sehingga wanita yang sedang menghadap cermin itu menoleh seketika.

 

"Apaan sih, Mas." Melta bangkit dan menghampiri, lalu melihat noda yang kumaksud.

 

Ia terdiam sejenak, mungkin sedang mempersiapkan jawaban yang tepat untuk berkilah, aku sudah membaca dari raut wajahnya.

 

"I-ini ... iler ... iya ilernya Sandrina, tadi sore dia tidur di sini, aku lupa sprei-nya belum dicuci," jawabnya terbata, lalu bibirnya menyeringai dengan terpaksa.

 

Kupandangi wajahnya dalam untuk mencari kebohongan di sana, ya aku temukan itu, temanku Dendi seorang psikolog setidaknya aku sedikit tahu dan bisa membedakan mana yang sedang berbohong dan tidak.

 

"Yakin ini iler Sandrina? bukan iler lelaki lain?" tanyaku menohok, Melta nampak menelan ludah sambil mengedipkan kedua bola matanya.

 

Kena kamu! Lihat saja jika kutemukan siapa lelaki itu maka, akan kuhabisi saat itu juga di hadapan wajahnya.

 

Untuk saat ini aku harus bersikap tenang dan berpura-pura mempercayainya. Namun, tetap akan kuselidiki hingga ke akar-akarnya.

 

Takkan selamanya kamu bisa mengelabuiku, Mel!

 

"Apaan sih maksud kamu, Mas, kok iler lelaki," ujarnya sambil terkekeh terpaksa, semakin jelas sekali raut kedustaan yang terpancar dari wajahnya.

 

"Kamu pasti faham 'kan." 

 

Kupandangi tubuhnya dari atas hingga bawah, tanda merah di lehernya masih membekas, melihat tanda itu hatiku bagai ditancap belati, sakit hingga berdarah-darah.

 

Lelaki manapun jika berada di posisiku pasti akan merasakan hal yang sama. Namun, aku tak ingin bertindak bodoh dan gegabah.

 

Semua akan meledak pada waktunya bagaikan bom waktu, saat ini aku hanya perlu bersabar untuk mencari bukti-bukti perselingkuhannya.

 

Melta, wanita yang berparas cantik bak artis Korea, yang selama ini kunaungi, melimpahinya dengan banyak materi, sehingga kecantikan itu tak pudar walau usia pernikahan kami sudah menginjak tahun ketujuh.

 

Wanita itu memang pandai merawat dirinya, hingga lelaki manapun akan terpana oleh pesona kecantikannya. Namun, tetap saja aku ikut andil, karena jika aku tak melimpahinya dengan banyak materi, mana mungkin ia bisa merawat diri yang sudah pasti akan memerlukan uang yang tidak sedikit.

 

Akan tetapi, kecantikan itu tak berarti jika tak berdampingan dengan akhlak yang baik, jangankan untuk menyentuh menatap pun aku jijik, itulah yang kurasa saat ini.

 

Akan kupastikan sandiwara diantara mereka berakhir secepatnya, begitu pula dengan pernikahan ini, aku tak ingin menikmati sesuatu bekas kepuasan orang lain, menjijikan!.

 

"Mel," panggilku, ia terkejut mendengar panggilanku.

 

"Iya, Mas," jawabnya dengan suara bergetar.

 

"Jangan pernah mencoba membodohiku ya, karena aku tak sebodoh yang kamu kira," ucapku sambil melenggang pergi meninggalkannya.

 

"Maksud kamu apa, Mas? kamu nuduh aku berbohong?" ia bertanya sedikit berteriak.

 

Tak kuhiraukan gegas aku keluar kamar, menuju kamar mandi belakang, rasanya jijik jika aku mengambil wudhu di toilet kamar, dan menginjak percikan air bekas guyuran tubuh Melta.

 

Saat kaki ini berpijak di hadapan pintu, mataku memicing menatap lingerie merah milik Melta yang teronggok di keranjang cucian, hatiku diselimuti banyak tanya.

 

Kapan Melta menggunakan lingerie merah ini di hadapanku?

 

Sudah hampir satu Minggu ia selalu mengenakan piyama jika hendak tertidur.

 

Hati ini memanas dan terbakar, gegas kuraih gaun transparan itu, seketika menguar aroma parfum yang tak asing di hidungku, kuendus beberapa kali untuk memastikan.

 

Ya, aroma ini percis dengan aroma parfum yang selalu digunakan Gian, kucengkaram erat lingerie itu lalu membantingnya ke segala arah, wajahku memanas rasanya ingin menghajar Gian saat ini juga.

 

Dengan susah payah aku mengatur degup jantung yang berpacu hebat, menghirup napas dan mengembuskannya berkali-kali, hingga rasa sesak ini perlahan menghilang.

 

Sabar, jika dugaanku benar maka, sandiwara diantara mereka harus terkuak dengan cara yang menakjubkan, akan kubuat mereka menyesal karena telah berani menusukku dari belakang.

 

Gian, dahulu kami saling bermain bersama, makan bersama tak kusangka kini kami menikmati tubuh wanita yang sama, benar-benar menjijikan kamu Gian!

 

Akan kubongkar kebusukkan kalian di hadapan keluarga besar kami, mereka harus tahu dan ikut menghujat keduanya, hingga mereka tak berani menampakkan wajah di hadapan umum.

 

Pagi ini aku menunaikan shalat dua rakaat, lalu kuakhiri dengan untaian doa, agar sang Khaliq senantiasa menghujani dengan kesabaran yang seluas samudra, serta membantuku agar cepat membongkar semua kebusukan Melta.

 

Terlalu lama tinggal satu atap bersama mereka rasanya bagaikan di neraka, apalagi aku harus tidur satu ranjang dengan wanita bermuka dua, rasanya tak sudi jika aku harus menyentuhnya lagi.

 

Waktunya sarapan, seperti biasa kami akan makan satu meja bertiga, aku dan Melta duduk berdampingan sedangakan Gian, duduk di sebrang sana menghadap kami.

 

Kulihat rambutnya juga basah, wajahnya berseri-seri memancarkan rona keceriaan, dari sudut mata aku dapat melihat mereka saling melempar senyum jika tatapan itu beradu.

 

"Maaf, Pak, ada temen Bapak namanya Pak Haris mau ketemu ada penting katanya," ujar Bi Lela ART di rumah kami.

 

Aku segera beranjak mengakhiri sarapan pagi ini, semua yang sudah masuk ke dalam perut rasanya ingin kumuntahkan ke wajah mereka berdua.

 

"Sandrina, kamu sudah bangun, Sayang," ujarku hendak merangkul gadis kecilku.

 

Namun, ia malah menepis kedua tanganku yang hendak menyambutnya, dan berjalan melewatiku dengan mengucek-ngucek matanya.

 

"Om Gian, aku mau makannya disuapin sama Om," ujar Sandrina sambil naik ke pangkuan Gian.

 

Perih hatiku menyaksikan pemandangan memilukan ini, di mana putriku yang semalam ini kusayangi lebih memilih dekapan Gian daripada ayahnya sendiri.

 

Ah, Sandrina memang tak bersalah, akulah yang bersalah karena jarang sekali menyempatkan waktu untuk bermain dengannya, mungkin selama ini Gian lah yang selalu menemaninya.

 

"Hai, Ris, ngapain pagi-pagi ke sini," sapaku lalu duduk di sampingnya.

 

"Hari ini gua izin ga ke kantor ibunya anak-anak di rawat di rumah sakit, titip berkas ini ya nanti kasih ke Pak Harun," jawabnya, aku langsung menerima berkas itu.

 

"Sandrina kamu mau ke mana?"

 

Tiba-tiba saja Sandrina berjalan melewatiku sambil menggandeng pamannya yaitu Gian.

 

Gadis kecil itu tak menjawab, malah Gian yang menjawab.

 

"Mau beli bubur ayam di depan katanya, Kak."

 

"Oh ya sudah, beli dua kasih Bi Lela satu ya."

 

Gian mengangguk pergi bersama putriku keluar, jujur saja aku iri melihat kebersamaan mereka, bagaimana lagi tuntutan pekerjaan yang membuat hampir semua waktuku tersita.

 

"Adnan, kok anak lho mirip banget ya sama si Gian," celetuk Haris, dan seketika jantungku berdebar hebat.

 

Ya Tuhan, jangan-jangan ....

 

 

 

 

 

 

 

 

Related chapters

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 3

    Sejak hari itu, aku selalu menelisik wajah Sandrina yang kata Haris sangat mirip dengan Gian, Ya itu memang benar, ucapan Haris memang tak salah.Hidung, bibir juga kening gadis kecil itu persis seperti Gian, sedangkan rambutnya hitam dan lebat mirip ibunya, sementara aku tak satupun anggota tubuhku yang menurun pada gadis itu.Haris bilang, tak ada jejakku di tubuh Sandrina, walaupun ia bercanda tetap saja hatiku teriris rasanya, jika saja dugaan ini benar Sandrina bukan berasal dari benihku maka, takkan kuampuni mereka sampai kapanpun.Dan akan kupastikan jika mereka akan menerima balasan yang lebih menyakitkan dariku, tunggu saja waktunya Melta!"Elo yakin ga nih, jangan sampai lo berprasangka buruk terhadap adik sendiri," ucap Haris sambil menghisap satu batang rokok."Gua waktu itu becanda Adnan," lanjutnya, sepertinya sahabatku ini menyesali candaannya tempo hari.Saat ini aku sedang berada di sebuah cafe bersama Haris, menceritakan semua masalahku padanya, sejak SMA kami bersah

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 4

    "Ehhhmmm." Aku berdehem sambil melangkah menghampiri, mereka terperanjat melihat kedatanganku yang tiba-tiba, tubuh keduanya terguncang. Namun, beberapa saat kemudian binar wajahnya terlihat biasa saja, ternyata mereka cukup pintar dalam berakting.Sayangnya, posisi mereka berseberangan terhalang oleh meja makan, jika saja mereka kepergok bermesraan mungkin lain lagi ceritanya."Kamu sudah pulang, Mas, kok suara mobilnya ga kedengaran," sapa Melta basa-basi.Kuteguk segelas air minum hingga tandas, lumayan bisa meredakan panas yang terasa membakar di dalam sana."Mobilku mogok," jawabku tanpa menoleh ke wajahnya."Mau makan?" "Aku sudah makan di luar," jawabku masih dengan nada yang sama."Tumben makan di luar.""Dari pada jajan di luar," jawabku sambil menyeringai lalu pergi meninggalkannya yang sedang keheranan.Kubasahi tubuh yang bercampur peluh, guyuran air shower cukup menyejukkan anggota badan ini, bagaimanapun juga aku harus tetap waras dan berfikir jernih untuk menghadapi m

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 5

    Ya Tuhan, apakah aku salah? ternyata mereka tak melakukan apa-apa, hanya interkasi biasa layaknya seorang adik dan kakak.Kuusap rambut ini dengan gusar, semakin bingung menghadapi keadaan yang terasa berputar-putar, jika mereka ada main di belakang harusnya kesempatan emas ini digunakan untuknya bersenang-senang.Namun, apa itu? Melta malah terbaring di tempat tidur seorang diri, wanita itu sibuk memainkan gawainya, tanpa ada siapapun yang menghampiri apalagi menggauli seperti dugaanku tempo hari.Agghh menyebalkan! Apa yang kulihat ini nyata? ataukah hanya sebuah dusta? otakku tak bisa berfikir jernih kali ini, gegas aku menelpon Haris untuk membicarakan masalah ini.Untungnya pria itu tak pernah menolak, kapanpun ia siap untuk membantu segala kesusahanku, semoga saja ia bisa memecahkan masalah ini.Hampir satu jam akhirnya Haris datang, ia melepas jas yang membalut tubuhnya."Ada apa, Nan?" tanyanya enteng sambil duduk di sampingku."Lo lihat ini." Aku mengalihkan laptop ke hadapa

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 6

    Lututku terasa lemas, jiwaku bergetar bagaikan dihantam palu godam, kutatap wajah Haris yang memancarkan kesungguhan, ia sedang tak bercanda, ya Tuhan, bagaimana bisa."Dengerin gua Adnan, Susi ternyata dibayar Melta buat jebak elo," ujar Haris lagi membuat bibirku terbungkam seribu bahasa.Pantas saja semua jejaknya tak nampak di kamera pengintai itu, rupanya semua ini akibat ulah Susi, mereka main cantik pertempuran ini tak semudah yang kubayangkan."Adnan, ko elo bengong." Haris mengguncang tubuhku yang memang terasa kaku."Bentar, Lo tau dari mana kalau mereka kerja sama?" tanyaku penasaran, kuurai degup jantung yang semula berpacu hebat.Ia menyeringai sesaat." Tadi sore gua buntuti si Susi terus mereka ketemuan sama bini Lo dan dia ngasih sesuatu, gua sendiri juga lihat dia mencampurkan itu ke beberapa minuman, setelah ini gua yakin Susi bakal pakai seribu cara supaya elo bisa minum minuman buatan dia," pungkas Haris panjang lebar.Tertegun mendengarnya untung saja minuman itu

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 7

    Saat mata ini mengerejap nampak wajah Fandy dan Haris menatapku dengan iba, pandangan mereka sayu sepertinya khawatir pada keadaanku yang terbaring lemah, luka batin sungguh mematikan dari pada luka badan.Kubuka bola mata dengan sempurna, aku berada di sebuah kamar besar ber chat serba putih begitu pula dengan furniture lainnya, berjejer dengan warna yang sama, mungkin ini kamarnya Fandi."Elo udah bangun? gimana? enakkan badannya?" tanya Fandi sambil meraba keningku."Iya, gua pingsan ya, Fand?" tanyaku dengan suara bergetar.Bukan hanya suara yang bergetar, rasanya seluruh tubuhku pun ikut bergetar hebat, bagaikan sebuah kapal yang dihantam badai, terombang-ambing di tengah lautan, tak tentu arah, harus apa aku sekarang."Iya kamar gua, santai aja, kalo masih lemes mending Lo tidur lagi," titahnya sambil membantuku yang hendak bangkit.Haris menyodorkan satu gelas air putih. Aku langsung meminumnya seteguk, air itu terasa pahit di lidah, terlebih saat otakku mengingat-ngingat lagi

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 8

    Terasa ada yang meledak di dalam dada, tubuhku kaku disertai napas yang sesak, ini merupakan kabar duka untuk kesekian kalinya, cukup meluluh lantakkan hatiku yang sudah terkoyak, kepingan hati yang sudah hancur kini melebur seperti abu.Amarah dalam dada ini membuncah, ingin sekali aku menghantamkan wajah sok polos itu ke tembok hingga berdarah-darah, beraninya ia tersenyum di atas rasa sakit ini.Kupalingkan wajah ke arah jendela sana, menatap lurus ke luar , sempat terpikir untuk menunjukkan hasil tes laboratorium saat ini juga. Namun, bukti ini belum sempurna, aku harus mampu tunjukkan pada dua keluarga jika Mereka berdua memang pengkhianat ulung.Tanpa ada bukti yang akurat keluarga besar Melta pasti akan berkilah untuk membelanya, dan ujungnya malah aku yang bersalah di mata mereka, aku tak ingin hal seperti itu terjadi, semua yang keluar dari mulut ini harus disertai dengan bukti.Pamannya Melta seorang pengacara, ia bukan sekedar paman, tapi pengganti ayahnya yang sudah tiada

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 9

    Mataku melongo tak percaya, mengingat betul paras wajah lelaki yang kini bersama Melta sekarang, Justin, seorang lelaki yang pernah bersaing denganku di masa lalu saat aku berjuang mendapatkan hati Melta, kini pria itu hadir lagi mengusik rumah tangga kami.Ya Tuhan, kenapa semua ini terasa rumit? apakah Melta dan Justin juga ada main? ah jika tidak mengapa mereka bisa keluar bersamaan dari dalam hotel."Tunggu, Bos, sepertinya itu Bu Melta, dan ... itu bukan Gian 'kan?" tanya Roy, kukira ia sudah tahu siapa pria yang bersama Melta di dalam sana."Emang kamu belum lihat lelaki itu sejak tadi?" tanyaku keheranan."Saya membuntuti Bu Melta masuk sendirian ke kamar itu, mungkin lelakinya sudah menunggu di dalam sejak tadi," ujarnya membuat kepalaku hampir pecah."Itu bukan Gian, dia Justin mantan kekasihnya saat kuliah dulu," tegasku nampak Roy tertegun."Ok, saya akan ikuti mereka ya, tunggu saja kabar selanjutnya."Roy mengenakkan kaca matanya lalu bergegas keluar dari mobil, otakku ta

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 10.A

    Gadis berumur sepuluh ttahun lebih itu terbaring di ranjang khusus pasien, di punggung tangannya terpasang jarum suntik menusuk ke dalam uratnya, mengalirkan tetesan-tetesan cairan ke dalam tubuh.Ia sudah tertidur lelap, setelah beberapa kali mengigau memanggil nama Gian dan ibunya, hatiku teriris sembilu mendengarnya, meski begitu tetap kulangitkan doa agar Sandrina segera di sembuhkan.Dua jam aku dan Bi Lela menunggu, rasanya lelah bolak-balik mengurus administrasi, obat dan keperluan lainnya, setelah itu barulah Melta datang seorang diri, wajahnya terpancar gurat khawatir entah itu nyata atau hanya sandiwara.Perempuan yang berdandan serba mewah itu masuk menghampiri putrinya setengah berlari, menghujani dengan ciuman dan ungkapan maaf.Aku mencelos melihat drama itu, ke mana saja ia sejak tadi saat putrinya sedang membutuhkan belaian seorang ibu, aku muak melihat tingkah modusnya."Mas, kok kamu ga ngabarin aku kalau Sandrina di bawa ke rumah sakit?" Ia bertanya sambil berdiri d

Latest chapter

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 34.B Tamat

    "Tapi Papa ga tahu di mana mamamu sekarang." Mendengar jawabanku ia menunduk kecewa."Kamu ga usah khawatir Papa akan cari Mama sampai ketemu ya."Ia mendongkak dan menatapku dengan ceria."Terima kasih, Pa, semoga Mama cepat ketemu ya aku sudah kangen sekali.""Aamiin." Aku menganggukkan kepala, sepertinya kali ini harus menemui Om Feri dan Tante Ajeng, mereka lah orang terdekat Melta, dan sudah pasti tahu keberadaannya di mana.Sore hari lepas pulang dari kantor aku segera meluncur ke alamat rumah Om Feri yang dulu, setelah satpam mempersilakan masuk aku duduk di kursi teras."Cari siapa, Mas?" tanya seorang wanita, dari wajah sepertinya dia Amanda anak kedua Om Feri."Ini Amanda 'kan anaknya Om Feri?" tanyaku sambil menatap wanita itu."Iya betul, ini ... Kak Adnan?" ia bertanya sambil mengingat-ingat."Iya betul, kamu berubah ya sekarang."Ia tersenyum saat mendengar beberapa pujian dari bibirku, kami mengobrol sejenak basa-basi dan menanyakan Om Feri, ia mengatakan jika ayahnya

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 34.A

    10 Tahun Kemudian.Hari, tahun dan bulan silih berganti tak terasa kini usia pernikahanku dengan Renata sudah memasuki tahun ke sepuluh, Sandrina telah remaja bahkan pemikirannya hampir sepadan dengan orang dewasa, ia berubah menjadi gadis yang cantik, lembut dan berhijab syar'i seperti ibu tirinya.Renata telah berhasil mendidik anak itu ke jalan yang benar, aku bersyukur memilki dia yang tak pernah mengungkit kekurangan diri ini, ia selalu fokus pada kekurangan dirinya dalam melayani suami.Tak ada anak yang dihasilkan dalam pernikahan kami. Namun, kami dikelilingi oleh empat orang anak sekaligus.Arjuna yang tak lain putranya Haura Rahimahullah, kini telah berusia sepuluh tahun, ia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tidak manja, itu juga berkat didikan dari istriku tercinta.Sedangkan kedua anaknya Syafiq dan Maryam jauh lebih berprestasi dari Sandrina, kini si sulung Syafiq sudah berumur tujuh belas tahun dan sudah menjadi hafiz Qur'an, sedangkan si bungsu Maryam, kini berusia t

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 33.B

    (POV MELTA)Tak ingin lagi menanggapi ocehannya yang pedas, aku melihat cermin yang berada di dinding dekat spring bed tempatku berbaring.Luka bakar wajahku memang sudah pulih. Namun, bekasnya membuat wajah ini terlihat menjadi seram, tak terbayang jika ke luar sana tak mengenakan masker pasti orang-orang akan takut melihatnya.Bukan hanya wajah yang hancur tapi hidupku pun menjadi hancur, jika saja aku tak sedang mengandung mungkin dari kemarin aku sudah mengakhiri hidup ini.Terpuruk tanpa ada seseorang yang memberi kekuatan dan semangat hidup itu terasa menyakitkan, lebih sakit dari pada ditusuk sebuah pedang.Sempat aku berharap agar diri ini mati seperti Gian, ia tak lagi menanggung malu dan cemoohan orang-orang, kenapa ia lenyap semudah itu? setelah semunya hancur tak bersisa.Namun, aku lega karena Justin sudah mendapat hukumannya, yang kudengar dari Om Feri beberapa Minggu yang kalau pria blasteran Amerika itu mengalami depresi, dan selalu mencoba bunuh diri.Aku menyeringai

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 33.A

    (POV MELTA)Sembilan bulan sudah janin ini tumbuh di rahimku, kini waktunya ia keluar melihat dunia yang luas dan indah, perutku sudah terasa mulas, entah mengapa janin ini tetap hidup walau aku banyak stres dan banyak makan makanan yang tidak bergizi.Kuharap bayi yang tak jelas siapa ayahnya ini akan lenyap seiring waktu. Namun, di luar dugaan ia begitu kuat laksana sebuah baja."Bu, tolong! Perutku sakit, kayanya mau lahiran ini!" teriakku pada petugas lapas.Dengan napas yang terengah-engah aku berdiri sambil memegang perut yang sudah membukit ini, berteriak lagi pada petugas lapas yang tak kunjung datang memberi pertolongan."Mulesnya berapa menit sekali?" tanya petugas itu dingin."Sudah sering, ini udah mau lengkap pembukaannya, cepat bawa saya ke rumah sakit.""Ya sudah ayo ikut saya.""Aku ga kuat jalan, Bu, sakit," rintihku, wanita berbadan tinggi itu berdecak kesal."Sebentar saya ambil kursi roda," ujarnya ketus, lalu mendelik sebelum pergi.Begitulah nasibku di sini, dise

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 32.B

    Ya Tuhan, aku tak kuasa melihat deritanya, kupeluk tubuh mungil itu dan mengusap-usap punggungnya."Dia sudah di alam kubur, Sayang, Tante Ara ga akan pulang lagi ke sini, Ina doain supaya Tante Haura dikasih tempat yang paling nyaman di sana."Ia menangis terisak-isak, meraung menginginkan pengasuhnya kembali."Sini sama Nenek, walaupun Tante Ara sudah ga ada tapi 'kanasih ada bayinya, kalau sudah gede Ina bisa jagain Dede bayi pasti Tante Haura seneng di alam sana." Ibu membawa gadis kecil itu ke pangkuannya.Ia masih menangis meluapkan emosinya, aku faham Sandrina pasti sangat kehilangan, tak mudah mengobati luka hatinya yang sudah terlanjur memiliki harapan."Aku mau Tante Ara, Nek, bilang sama dia suruh pulang ke sini lagi," rengek Sandrina, membuat semua mata menangis karenanya."Dia sudah pulang ke pencipta-nya, yaitu Allah, doa in saja ya," bujuk ibu lagi sambil memeluk erat tubuhnya."Jadi Tante Ara ga bakal temenin Ina main lagi? ga bakal pulang ke sini lagi?""Kan masih ada

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 32.A

    "Jangan ngaco kamu, Dati!" bentak ibu tak terima."Anakmu 'kan yang sudah menyebabkan putriku meninggal, jadi kalian harus tanggung jawab, kalau engga aku akan melaporkan masalah ini ke polisi!" teriaknya sambil menyeka ingus dan air mata."Ngelaporin apa lagi? toh anak saya Gian juga lagi dipenjara, dan kamu ga ada bukti sama sekali, kalau mau lapor ya silakan, ga ngaruh ke kehidupan saya dan Adnan!" tegas ibu Ternyata wanita yang berumur senja itu bisa juga berfikir realistis, Bu Dati nampak terbungkam dan melirik suaminya."Ya maksudnya kalian 'kan orang berada seenggaknya kasihlah kami uang untuk biaya tahlilan Haura, gitu lho maksud istriku." Bapak menimpali.Huhh, bilang saja mau duit!"Ya masa cuma buat tahlilan aja harus 1 Milyar, mikir dong, saya bisa laporkan istrimu ke polisi atas kasus pemerasan, mau kamu!" tegas ibu lagi.Sepertinya wanita yang telah melahirkanku itu sangat membenci mantan suaminya, terlihat sekali dari nada suara seolah ada dendam yang membara dalam dad

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 31.B

    "Jangan dikeluarkan dulu, Pak, saya akan memberitahukan orang tuanya dulu," ujarku, mereka pun mengangguk.Kuhampiri sepasang suami istri yang sedang berdiri di teras rumahnya itu, sudah nampak kepanikan di wajah mereka."Hei kamu, bawa jenazah siapa kemari?!" tanya ibunya Haura ketus.Aku dan ibu terdiam mempersiapkan jawaban."Ratna! Jenazah siapa yang kamu bawa?" tanya Bapak Haura sekaligus bapakku juga."Itu jenazah ... Haura, dia mengalami pendarahan usai melahirkan dan dokter tak bisa menyelamatkan," ujar ibu"Apaa?! Jangan bercanda kamu ya!" Ibunya Haura mulai histeris."Pak, itu ga mungkin 'kan?!""Kalau kalian ga percaya silakan lihat saja langsung, ini murni kehendak Tuhan, bahkan aku sudah membawanya ke dokter terbaik," jawab Ibu dan mereka terlihat meradang."Kenapa anakku bisa mati?! Apa selama ini kalian menyiksanya?!" tanya ibunya Haura histeris.Orang-orang sekita mulai berkerumun dan banyak melempar tanya, membuat kepalaku pening oleh ocehan mereka yang banyak menduga

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 31.A

    "Haura kenapa, Bu?" tanya ibu sekali lagi."Dia sudah tak bernyawa, maafkan saya tak bisa menolongnya, saya harap Bapak juga bersabar dan merelakan kepergian istrinya."Dokter wanita itu mengira jika aku suaminya, bukan hanya dokter itu tapi semua orang yang menyaksikan, dibanding ibu akulah yang paling mencemaskan gadis malang itu, aku pula yang mengurus semua proses persalinannya.Tak mungkin ia pergi sebelum mendapat kebahagiaan sejati yang hendak aku limpahkan, sebagai seorang adik ia juga berhak mendapat kebahagiaan dariku sebagai seorang kakak.Oh Haura! Mengapa kau tak bisa bertahan sebentar saja! Aku cukup frustatsi terlebih penyebab semua ini adalah Gian, si pecund*ng itu!"Maksud Ibu anak saya meninggal gitu?" tanya ibu bergetar, sedangkan tubuh ini sudah hilang keseimbangan.Tuhan, mengapa engkau tak bisa memberikan aku kesempatan untuk menebus semua kesalahan si br*ngs*k itu, dia sudah merenggut nyawa satu wanita."Betul, Bu, yang tabah ya, semua ini adalah kehendak Yang M

  • Kekasih Gelap Istriku Ternyata?   Bab 30.B

    Setelah sekian lama hati ini kering laksana gurun Sahara, hadirnya Renata seolah air hujan yang sanggup menumbuhkan berbagai macam tumbuhan.Aku tak mampu membalasnya dengan kata-kata, hanya mampu membalas dengan senyuman dan dekapan mesra.Duhh, suasana pengantin baru ini sungguh berbeda."Waah rumahnya bagus banget Kak Adnan, maa syaa Allah," tutur Haura terpukau, ia sudah terbiasa memanggilku kakak sekarang."Rumahnya lebih gede dari yang kemarin ya, Tante," celetuk Sandrina tak kalah riang."Lebih gede juga lebih mewah," timpal ibu sambil memandang takjub istana di depan matanya.Kami memasuki rumah baru ini dengan bismillah, agar para jin dan sejenisnya tak bisa bermalam di dalam sana."Mas, kita harus bacakan surat Al Baqarah ya, agar para penghuni gaib segera pergi meninggalkan rumah ini," ujar Renata membuatku semakin kagum, karena semua yang ia lakukan pasti sesuai dengan Sunnah Nabi."Iya, nanti malam ya Sayang."Wanita berhijab hitam itu nampak tersipu malu mendengar kata s

DMCA.com Protection Status