“Ada apa mencariku?”
Pertanyaan yang terlontar dari bibir Lucas menyentakkan lamunan Sienna. Gadis itu pun menjawab dengan gelagapan, “Ta-tadi saya kira Anda sudah pulang.”
Lucas tidak memberikan tanggapan. Ia hanya memberikan sorot mata yang tampak meremehkan gadis itu.
Sienna tahu jika jawabannya tadi terkesan sangat tidak profesional. ‘Dasar bodoh! Kenapa aku menjawab seperti itu tadi?’ sesalnya di dalam hati.
Namun, Sienna kembali mempertanyakan kebingungannya terhadap tindakan atasannya tersebut. “Kenapa Anda malah berbelanja sendiri, Direktur Morgan? Seharusnya Anda bisa meminta saya untuk membelikan keperluan Anda.”
“Kenapa kamu diam saja dan tidak mengatakan padaku kalau sepatunya tidak cocok dengan kakimu?” cetus Lucas yang kembali membuka stiletto sebelah kiri pada kaki sekretarisnya.Namun, pria itu tidak mendengar jawaban dari Sienna sehingga akhirnya ia mendongakkan wajahnya agar dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas.“Kenapa kamu malah bengong? Kamu tidak dengar saya bicara?” tegur Lucas yang mulai terlihat sedikit kesal. Sienna berdeham canggung. Tentu saja ia mendengar semua omelan yang ditunjukkan padanya, tetapi ia malas untuk menanggapinya. Gadis itu khawatir jawabannya hanya akan menyinggung perasaan atasannya itu saja.“Direktur Morgan, sebaiknya Anda berdiri. Anda tidak pantas berjongkok seperti itu. Bagaimana kalau ada yang melihat nanti?” ucap Sienna, mengingatkan pria itu akan posisi mereka.Embusan napas kasar bergulir dari bibir Lucas. Sorot mata tajamnya membuat nyali Sienna semakin menciut.“Tidak perlu mengomentariku, Sienna. Saya tahu apa yang saya lakukan dan hal bo
“Saya harap kamu tidak lagi memaksakan diri untuk hal yang hanya merugikan dirimu sendiri seperti ini, Sienna Sherwood. Kamu sudah membuat saya seperti atasan yang sangat buruk,” ucap Lucas mengingatkan gadis itu lagi.“Anda tidak perlu merasa bersalah, Direktur Morgan. Saya yang sudah salah karena tidak membawa sepatu saya sendiri dan juga tetap memaksakan diri untuk memakai sepatu itu.”Pengakuan yang diberikan Sienna cukup membuat Lucas terkejut. Pria itu tidak menyangka gadis itu akan menerima ucapannya. Padahal ia mengira Sienna akan menyalahkan dirinya. “Kenapa kamu selalu saja melukai kakimu? Lain kali jagalah dirimu dengan baik. Kalau bukan kamu yang menjaga dirimu, siapa lagi yang bisa melakukannya," cetus Lucas.Sienna hanya bisa mendengar omelan yang meluncur dari bibir atasannya tersebut dalam diam. Ia akui jika ucapan Lucas memang benar. Namun, bukan berarti ia tidak bisa menjaga dirinya sendiri. ‘Kenapa dia jadi perhatian seperti ini sih? Rasanya aneh,’ batin Sienna ya
“Apa sekarang masih terasa sakit, Sayang?”Kalimat yang meluncur dari bibir Lucas benar-benar membuat degup jantung Sienna melompat tidak karuan.Jika saja dia tidak tahu semua ucapan dan tindakan ini hanyalah sekedar sandiwara, mungkin Sienna benar-benar akan melayangkan tamparan di wajah pria itu untuk menyadarkannya dari kegilaan ini!‘Sadarlah, Sienna. Tarik napas dalam-dalam dan lakukan bagianmu dengan baik,’ batin Sienna yang mencoba untuk menenangkan debaran di dalam dadanya.Sienna tidak tahu apakah jantungnya akan aman apabila setiap waktu dirinya harus selalu siap melakukan sandiwara dadakan seperti ini. Satu hal yang diketahuinya hanyalah dirinya tidak boleh melakukan kesalahan!Seulas senyuman terpaksa melengkung di bibir Sienna. Gadis itu pun berusaha untuk mengikuti sandiwara Lucas dan berkata dengan suara yang terdengar manis, “Sudah baikan berkat kamu, Sayang.”Jika bisa muntah, mungkin Sienna benar-benar akan memuntahkan semua sisa makanan di dalam lambungnya saat ini
"Saya pasti akan membawanya ke rumah akhir pekan ini, Bu."Veronica sangat terkejut mendengar keputusan putranya. Padahal tadi ia hanya ingin memastikan kebohongan putranya saja, tetapi ternyata putranya itu serius. “Minggu ini?” tanyanya.“Iya,” sahut Lucas. “Baiklah, bawa dia ke rumah. Ibu ingin melihat seperti apa gadis pilihanmu itu,” cetus wanita paruh baya itu dengan angkuh.Lucas merasa sedikit lega karena akhirnya ibunya tidak lagi mencecarnya. Namun, wanita paruh baya itu kembali berkata, “Tapi, bukan berarti Ibu akan menerimanya.” "Aku tahu. Aku tidak memaksa Ibu menerimanya. Cukup aku saja yang menyukainya," cetus Lucas yang berhasil membuat ibunya kesal dan akhirnya memutuskan pembicaraan itu lebih dulu. Membayangkan wajah kesal ibunya saat ini, Lucas hanya bisa mengulum senyumnya. Pandangan Lucas pun beralih pada sosok Sienna yang masih berada di meja kerjanya. Senyuman lepas yang diperlihatkan gadis itu kepada Andrew membuat kening Lucas mengernyit. Anehnya, hal itu cu
‘Mau sampai kapan aku seperti ini? Apa dia tidak bisa makan sendiri?' sungut Sienna di dalam hati.Lucas masih menggigit potongan pizza di tangan gadis itu. Tidak sedikit pun pria itu menunjukkan kecanggungannya terhadap tindakannya tersebut seolah hal yang wajar bagi Sienna untuk melakukan hal itu untuknya.Sienna teringat dengan pesan Lucas yang ingin dirinya membiasakan diri dengan peran mereka sebagai pasangan kekasih, tetapi ia merasa tindakan yang mereka lakukan saat ini sedikit berlebihan. JIka saja Sienna tidak sadar jika semua ini hanyalah sandiwara saja, mungkin ia akan menganggap pria itu sedang tergila-gila padanya.'Huh! Untung saja tidak ada wanita pemujanya yang lihat. Kalau tidak, mungkin aku hanya tinggal nama saja sekarang,' sungut Sienna di dalam hati.Lucas tidak lagi mengambil potongan pizza dari tangannya. Sienna pun mencoba untuk menarik tangannya dari cekalan pria itu, tetapi atasannya itu tetap saja masih bersikukuh dengan posisi mereka."Di-Direktur Morgan,"
“Kenapa sepertinya kamu sangat takut? Apa kamu khawatir aku memantaumu dari sini?” Sindiran pedas meluncur dari bibir Lucas dan membuat Sienna tersentak. Gadis itu pun menggeleng dengan cepat dan berkata, "Tidak perlu memasang CCTV di meja kerja saya, Anda sudah menjadi CCTV saya, Direktur Morgan. Bukankah begitu?" Seulas senyuman memenuhi bibir Sienna dengan sempurna. Ia berharap Lucas dapat mengerti jika dirinya bahkan tidak dapat bergerak dengan bebas karena pantauannya. Namun, pria itu malah terlihat tidak peduli dengan kesulitan dan ketidaknyamanannya sehingga Sienna pun hanya bisa pasrah dengan pengaturan atasannya tersebut. Lagipula tidak ada hal yang ingin Sienna curi dari kantor pria itu. Ia hanya ingin memastikan kebenaran saja. Melihat Lucas mengabaikannya, Sienna pun memutuskan untuk kembali ke tempat duduknya tadi. Namun, pandangannya tertuju pada potongan pizza bekas gigitan Lucas tadi dan bertanya, “Direktur Morgan, apa Anda tidak ingin menghabiskan pizzanya?” Lucas
“Dia memang memiliki potensi yang bagus, tetapi terlalu berisiko,” gumam Lucas atas penilaiannya terhadap Sienna.Pria itu masih membaca catatan yang diberikan sekretarisnya tersebut, lalu menghela napas berat. Ia berpikir jika dirinya masih membutuhkan waktu yang panjang untuk mencari tahu semua hal tentang gadis itu. Kekagumannya terhadap sekretarisnya itu tidak menyurutkan sedikit pun kecurigaannya.Lucas pun bergegas merapikan meja kerjanya. Malam ini ia memutuskan untuk pulang beristirahat di apartemennya sendiri. Walaupun sebenarnya ia ingin bermalam di kantor, tetapi ia teringat jika ia masih harus pergi ke kediaman Morgan hari Minggu nanti.‘Sial! Aku malah lupa mengajaknya untuk pergi Minggu besok,’ gumam Lucas saat teringat dengan hal penting yang harus dilakukannya di akhir pekan ini.Ketika Lucas menoleh kembali ke meja kerja Sienna, gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. Semua lampu di luar ruangannya j
‘Direktur Morgan? Apa yang dia lakukan di sana?’ Sienna termenung saat melihat atasannya yang berada tidak jauh di belakang mobil Martin saat ini. Namun, sebelum ia menemukan jawabannya, mobil sport yang dikendarai Lucas telah melaju dengan cepat dari pandangannya. “Kenapa, Sienna?” tanya Martin yang tampak bingung melihat gadis itu malah tidak merespon tawarannya. “Ti-tidak apa-apa,” cicit Sienna sembari masuk ke dalam mobil tersebut. Gadis itu kembali tertegun. 'Apa tadi aku salah lihat ya? Dia ... tidak sedang mengawasiku, kan?' batinnya. “Kamu sudah makan?” Pertanyaan yang diajukan Martin kembali mengalihkan perhatian Sienna. Gadis itu hanya mengangguk kecil. Seluruh pikirannya masih dipenuhi dengan sosok Lucas yang sempat dilihatnya tadi. Hatinya terasa tidak tenang dan entah kenapa ia merasa seperti kekasih yang baru saja ketahuan selingkuh! 'Tidak! Apa sih yang aku pikirkan,' batin Sienna seraya menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Kamu kenapa, Sienna? Apa kamu sedan
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel