“Kenapa kamu malah diam? Kamu tidak melakukan pekerjaan yang aneh kan, Sienna?” selidik Martin yang telah menatapnya dengan curiga. “Mana mungkin, Kak,” tampik Sienna dengan cepat. “Lalu?” Martin masih menatapnya dengan lekat. Sienna mengusap tengkuk belakangnya. “Aku … aku kerja di mini market, Kak. Kebetulan hari ini ada acara ulang tahun teman di dekat sini. Jadi aku baru pulang semalam ini,” jawabnya. Sienna terpaksa berbohong. Ia tidak ingin pria itu tahu kalau saat ini ia bekerja di perusahaan Luminous untuk menyelidiki insiden penjiplakan karyanya dan memulihkan nama baik Blink sebagai penjiplak. Sienna tidak ingin membuat pria itu mengkhawatirkan keadaannya. Sebenarnya ia bisa saja meminta bantuan Martin untuk menyelidiki masalah tersebut, tetapi ia tidak ingin melibatkan pria itu ke dalam masalahnya. Apalagi pria itu adalah orang sibuk. Ia tidak ingin merepotkannya terus-menerus. Sayangnya, Martin dapat melihat kebohongannya karena Sienna sengaja menghindari tatapannya.
Suara derap langkah kembali terdenar di belakang Sienna. Debaran jantung gadis itu pun meningkat dengan sangat cepat! ‘Aku tidak boleh diam saja. Aku harus mencari bantuan,’ batin Sienna yang berusaha untuk melakukan sesuatu.Sienna pun semakin mempercepat langkahnya sembari merogoh ponsel dari dalam tas tangannya. Gadis itu berniat menghubungi seseorang untuk meminta bantuan.Nama Martin terlintas di dalam benak Sienna. Ia yakin pria itu belum pergi terlalu jauh. Akan tetapi, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Tanpa berpikir panjang lagi, Sienna langsung menjawab panggilan tersebut. Ia tidak lagi melihat nama pemanggil pada layar gawainya itu.“Ha-halo,” jawab Sienna dengan suara terbata-bata.Deru napas Sienna terdengar sangat berat karena ia terus berlari dengan cepat. Seluruh pikirannya telah diselimuti rasa takut karena suara langkah kaki di belakangnya itu.“Halo, Sienna.”Sienna tersentak ketika mendengar suara Lucas di seberang ponselnya itu. Namun, ia tidak menyahut.Gadis itu me
“Masa sih dia mau menyuruhku kerja lagi di hari Minggu?” sungut Sienna seraya memandang ponselnya.Gadis itu teringat dengan pemeriksaan dokumen desain yang memang belum diselesaikannya tadi. Ia menerka jika Lucas mungkin ingin mengajaknya untuk berdiskusi tentang hal itu.Sienna hanya bisa mengembuskan napasnya dengan pasrah. Meskipun ia tidak setuju untuk bekerja di hari Minggu, tetapi demi bisa melihat dokumen desain milik Nicole Winslet, ia hanya bisa mengikuti permintaan Lucas.“Tapi, kenapa dia harus menjemput segala?” gumam Sienna dengan bingung.“Apa aku yang salah dengar?” Sienna menggaruk kepalanya yang kini terasa gatal. Tubuhnya juga terasa lengket karena keringat yang didapatkannya saat berlarian tadi. Sienna pun mengesampingkan terlebih dahulu permasalahan di dalam benaknya. Ia pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Ia butuh tubuh yang segar agar bisa berpikir yang jernih.Beberapa menit pun berlalu, Sienna baru selesai mandi. Ia langsung membuka pintu kulkasnya d
Anna tersenyum smirk dan mengangkat satu alisnya. “Buat dia jatuh cinta denganmu,” cetusnya.“Apa? Kamu gila?” jerit Sienna histeris.“Ck, kenapa aku malah dibilang gila?” sungut Anna seraya mencebik kesal.“Ya, mana mungkin aku bisa buat Zombi Kutub itu jatuh cinta denganku. Lagian aku tidak mau dicintai dia. Mengerikan, tahu!” cetus Sienna seraya mengedikkan bahunya dan memasang wajah horor.Anna tertawa keras melihat ekspresi gadis itu, kemudian ia pun menimpali, “Cintaku, pria itu kalau sudah jatuh cinta sama kamu, dunia pun akan dia berikan untukmu. Apanya yang mengerikan sih?”Sienna menggeleng berulang kali. “Kamu tidak mengerti sih, An. Walaupun Zombi Kutub jatuh cinta sama aku, aku yakin, aku malah akan diseretnya ke neraka,” gerutunya.Tawa Anna semakin meledak. Ia dapat memahami kesulitan yang dihadapi Sienna selama menjadi sekretaris Lucas Morgan, tetapi ia tidak menyangka hal itu ternyata malah menjadi trauma yang cukup besar bagi sahabatnya.“Dia itu masih manusia, Sienn
“Sienna, kamu masih marah sama Mama karena masalah yang dulu?” terka Nancy yang tidak tampak menyesali perbuatannya sedikit pun. Ia akui jika dulu ia memang sudah terlalu emosional sampai menggunakan kekerasan. Namun, semua itu terjadi karena ia merasa tindakan putrinya sudah melewati batas hingga berani menggoda putra tirinya. Nancy hanya ingin putrinya menyadari kebodohannya, tetapi tindakan kerasnya itu malah membuat hubungan mereka semakin merenggang. “Sienna, Mama ingin kamu tahu kalau—" “Sudahlah, Ma. Aku tidak mau membahasnya lagi. Aku capek,” sela Sienna. Ia memalingkan wajahnya dengan cepat karena manik matanya sudah basah oleh tumpukan cairan bening. Ia juga sengaja menutup layar gawainya agar ibunya tidak melihat wajahnya. “Sienna, Mama belum selesai bicara,” hardik Nancy. Nada suaranya mulai terdengar meninggi karena kesal dengan sikap putrinya. Namun, Sienna tidak peduli. “Aku capek, Ma. Aku tidak tahu bisa datang atau tidak Minggu nanti, lihat keadaan saja,” ucapnya
“Ke mana dia?” gumam Sienna seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar.Ia dapat melihat tatapan beberapa orang yang melihatnya dengan penuh curiga seolah dirinya ingin melakukan sesuatu terhadap mobil tersebut.‘Sial! Memangnya gadis polos secantik aku terlihat seperti pencuri apa!’ sungut gadis itu dengan kesal.Padahal Lucaslah yang telah menyuruhnya untuk cepat keluar, tetapi malah dirinya yang disuruh menunggunya. Gara-gara pria itu jugalah Sienna menjadi pusat perhatian orang saat ini.Akhirnya Sienna memilih untuk menjauhi mobil tersebut, lalu memutuskan untuk menghubungi atasannya untuk menanyakan keberadaannya.Akan tetapi, gerakan tangan Sienna yang ingin merogoh ponsel dari dalam tas tangannya terhenti saat ia mendengar namanya dipanggil dari arah belakang punggungnya.“Ternyata kamu sudah selesai?”Pertanyaan yang diajukan Lucas membuat Sienna menghela napas panjang. ‘Bisa-bisanya dia bertanya tanpa rasa bersalah sedikit pun,’ gerutu gadis itu di dalam hati.Perlahan gadis
“Bukannya kamu mau pergi ke rumah orang tuamu, Lucas? Kenapa kita malah berhenti di sini?” Sienna bertanya karena bingung. Pria itu malah memberhentikan mobilnya di parkiran pusat pertokoan. Lucas menoleh sekilas, lalu menjawab dengan acuh tak acuh, “Memangnya kamu mau datang ke rumahku dengan penampilan seperti itu?” Refleks, Sienna pun memperhatikan penampilannya sendiri. Ia baru menyadari jika saos dari taco yang dimakannya tadi mengenai blouse putihnya. “Astaga, kenapa malah kena sih?” sungutnya. Padahal tadi ia sudah berusaha makan serapi mungkin agar tidak mengotori pakaiannya. Lucas tersenyum sinis. “Sebaiknya kamu perbaiki cara makanmu. Jangan sampai mempermalukanku nanti,” ucapnya mengingatkan gadis itu. Sienna memutar bola matanya dengan malas. ‘Huh, memangnya cara makanku sejelek itu? Ini namanya lapar … eh, lahap,’ gerutu gadis itu di dalam hati. Sienna akui kalau marah-marah di pagi hari ternyata cukup menguras tenaganya sehingga tanpa sadar ia menghabiskan taco yan
“Bagaimana, Nona? Apa Anda mau mencobanya? Kebetulan ukuran yang pas untuk Nona hanya tinggal satu ukuran ini saja karena baju yang satunya sudah dipesan oleh pelanggan lain.”Pelayan toko masih berusaha membujuk Sienna untuk membeli pakaian rekomendasinya itu.Sienna hanya bisa tersenyum kikuk. Ia pun menoleh kepada Lucas yang sedang duduk santai menikmati secangkir kopi yang disediakan oleh salah seorang pelayan toko untuknya.“Sebentar sa-saya tanyakan dulu kepada ...," Ucapan Sienna terhenti. Ia tertegun sejenak, lalu akhirnya ia melanjutkan, “saya tanyakan dulu kepada kekasih saya."Dengan sangat terpaksa Sienna mengakui Lucas sebagai kekasihnya. Akan terasa aneh apabila ia mengatakan bahwa Lucas adalah atasannya. Pastilah pelayan toko itu akan menatapnya dengan penuh curiga. Apalagi tadi Lucas sendiri telah mengakui dirinya sebagai kekasihnya.“Baiklah, Nona,” sahut pelayan toko tersebut.Sienna pun bergegas menghampiri Lucas. Pria itu pun langsung menatapnya dan bertanya, “Suda