“Ada apa, Sienna?” tanya Anna dengan khawatir saat melihat perubahan raut wajah gadis itu.
“Tidak apa-apa. Mama memintaku bertemu sekarang,” jawab Sienna setelah membaca isi pesan tersebut.
“Bagaimana keadaan ibumu?” tanya Anna dengan khawatir. Ia sudah lama tidak bertemu dengan wanita paruh baya itu dan sempat mendengar cerita Sienna mengenai perdebatan mereka.
“Entahlah. Aku harap dia baik-baik saja. Dia hanya bilang mau membicarakan hal yang penting,” jawab Sienna lagi.
Sejak perdebatan mereka di kafe, Sienna tidak bisa menghubungi ibunya karena nomornya diblokir. Namun, sekarang ibunya tiba-tiba mengajaknya bertemu, ia merasa pembicaraan nanti tidak akan luput dari masalah uang.
“Kamu akan menemuinya?” tanya Anna dengan khawatir.
Sienna tampak ragu, tetapi akhirnya ia tetap mengangguk pelan.
Meskipun ucapan ibunya akan kembali menyakiti perasaannya, tetapi Sienna merasa jika ia perlu menemuinya. Tentu saja karena ia mengkhawatirka
Sementara itu di dalam kelab, Oliver menggeram kesal, “Sial! Beraninya gadis itu mematikan teleponku!”“Ternyata ada masa seorang Oliver Harvey diabaikan oleh wanita.”Ejekan yang disertai tawa kecil tersebut mengalihkan perhatian Oliver. Ia mendelik tajam kepada sosok sahabatnya, Kevin Wilson.“Kalau kamu tidak tahu apa-apa, sebaiknya diam saja. Kamu tidak tahu kalau dia itu gadis buta yang keras kepala,” dalih Oliver.“Tidak usah beralasan lagi. Pokoknya kamu sudah kalah karena tidak bisa mengajaknya berkencan denganmu,” ledek Kevin seraya mengisi deretan sloki yang dipenuhi dengan wine.Beberapa waktu lalu mereka baru saja melakukan permainan di mana Lucas dan Kevin memberikan tantangan kepada Oliver untuk menaklukkan satu wanita dalam waktu lima menit. Lucas pun mengusulkan satu nama wanita kepada Kevin dan hasilnya … Oliver benar-benar kalah telak!“Sial! Ini gara-gara kamu, Luke! Apa kamu masih saudara sejatiku?” protes Oliver dengan kesal.Lucas hanya tersenyum smirk. Ia sibuk
‘Suara apa itu? Apa sudah terjadi sesuatu pada Mama?’ batin Sienna yang kini dipenuhi rasa khawatir.Akan tetapi, masih terselip keraguan yang besar untuk masuk ke dalam bangunan tua yang sunyi tersebut. Sang pengemudi taksi telah meninggalkan tempat tersebut. Ia merasa menyesal tidak memintanya menunggu tadi.'Tapi, aku tidak bisa pergi begitu saja. Bagaimana kalau memang Mama membutuhkan bantuanku? Di tempat seperti ini, pasti tidak akan ada yang bisa dimintai tolong,' batinnya yang masih berpikiran positif.Pada akhirnya Sienna memutuskan untuk memastikan keadaan ibunya. Sebelum masuk, ia berpikir untuk mengirimkan pesan kepada Lucas. Sialnya, ponselnya malah mati ketika ia baru saja mengirimkan lokasi keberadaannya.Sienna menggigit bibir bawahnya dengan erat. ‘Sial! Apa yang harus kulakukan? Aku juga tidak bisa memesan taksi di tempat seperti ini.’Klang!Suara berisik itu mengejutkan Sienna. Ia langsung menol
"Kamu sengaja memancingku ke tempat ini dengan pesan dari Mama?" selidik Sienna, mulai memahami duduk perkara yang terjadi."Benar," aku Cindy seraya menyeringai sinis. "Ternyata kamu masih mempedulikan ibumu, huh? Benar-benar anak yang berbakti. Sayangnya, wanita tidak berguna ini tidak pernah menghargaimu. Kasihan sekali."Nancy─yang terlihat lemah─menatap raut wajah Sienna. Terlukis kesedihan yang mendalam dari ekspresi putrinya tersebut. Ia tidak pernah menyangka putrinya masih akan datang menemuinya setelah semua yang dilakukannya selama ini."Cindy, turunkan senjatamu!" bentak Sienna. "Apa kamu masih belum puas mendapatkan ganjaran atas perbuatanmu?" “Diam! Semua ini gara-gara kamu, Sienna! Kalau bukan karena kamu, keluarga Sherwood tidak akan jatuh sampai ke titik ini! Kenapa kamu dan ibumu harus hadir di dalam keluarga Sherwood?!” teriak Cindy dengan histeris.Emosi Cindy benar-benar tidak terkontrol. Satu tembakan kembali terlepas dari laras pendek yang digenggam gadis itu.“
Sienna mengira ia benar-benar akan mati saat itu juga, tetapi ia tidak menyangka ibunya mendorong tubuhnya ke samping dengan sekuat tenaga.Peluru itu pun mengenai wanita paruh baya itu dan ia pun terjatuh dengan keras ke lantai."Mama!" Sienna berteriak histeris. Ia bergegas mendekati wanita paruh baya itu, menopang tubuhnya di atas pangkuannya. Air matanya pun mengalir deras di pipinya.“Ma ….” Suara Sienna tercekat. Kedua telapak tangannya mencoba menghentikan perdarahan dari luka tembakan pada perut ibunya.Nancy mengerang kesakitan, tetapi berusaha memberikan senyum lemah kepada putrinya. "Sienna...," bisiknya dengan suara yang hampir tak terdengar. "Selama ini … Mama sudah telah berbuat buruk padamu … Mama …."Sienna menggeleng kuat. “Tidak, Ma. Aku tidak mau mendengar apa pun. Mama harus bertahan. Kita bicarakan semuanya nanti.”“Ti-tidak … Sienna … Mama sudah tidak punya waktu banyak lagi … Ugh!” Nancy memuntahkan darah dari mulutnya. Deru napasnya terasa semakin berat. Namun,
Sementara itu, di dalam mobil menuju ke rumah sakit. Sienna terus berada di sisi ibunya. Ia memegang tangan wanita paruh baya itu erat-erat, sedangkan Kevin berusaha untuk menghentikan perdarahan dan memberikan pertolongan pertama dengan semampunya.“Bertahanlah, Mama. Sebentar lagi kita akan sampai ke rumah sakit,” ucap Sienna dengan lirih.Nancy menatap wajah Sienna dengan mata yang sayu. Deru napasnya semakin lama semakin terasa berat, tetapi ia berusaha untuk bicara. “Sienna … ada yang ingin Mama katakan … padamu ….”Sienna menundukkan wajahnya dalam-dalam. Masih dengan kedua tangannya menggenggam erat tangan ibunya, ia berkata dengan suara serak di sela tangisannya, “Berhentilah bicara, Ma. Sebaiknya simpan tenaga Mama untuk bertahan. Kita akan ke rumah sakit dan ….”Nancy menggeleng lemah. “Mama tahu … waktu Mama tidak banyak lagi. Mama khawatir … Mama tidak bisa mengatakannya lagi padamu ….”Suasa isak tangis pun meluncur dari bibir Sienna. Ia mengangkat sedikit wajahnya dan mel
Hari berikutnya, di pemakaman umum kota. Sienna─dalam balutan pakaian serba hitam─masih berdiri di depan dua makam yang masih basah dengan tanah merah. Hujan rintik-rintik menambah suasana duka yang mencekam. Sienna menatap nisan yang baru saja dipasang. Tidak ada lagi air mata yang mengalir pada sepasang netranya, tetapi hatinya masih dipenuhi dengan luka.Lucas berdiri di samping Sienna, tangannya melingkari bahu gadis itu, memberikan kekuatan dan dukungan yang dibutuhkannya. Tidak ada orang yang menghadiri pemakaman tersebut selain mereka berdua, Anna dan beberapa pelayan setia keluarga Sherwood terdahulu. Sanak saudara dan keluarga Sherwood sudah diberitahu, tetapi mereka seolah menjaga jarak karena tidak ingin terlibat dengan tindakan kejahatan yang dilakukan oleh Cindy. Sejak kehancuran Calvin, para kerabat dekat tidak ada yang memberikan bantuan sedikit pun kepada Cindy maupun Nancy setelah mereka diusir dari kediamannya. Sienna mendengar kesaksian dari salah seorang pelaya
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member