“Di-Direktur Morgan, apa maksud Anda 24 jam penuh?” selidik Sienna dengan bingung.Lucas tidak langsung menjawab. Ia memiliki alasan sendiri atas persyaratan yang diajukannya tersebut.Lucas berpikir jika dirinya tidak boleh lengah terhadap gadis itu sehingga ia memutuskan untuk berada lebih dekat dengannya agar Sienna tidak berkutik dan melakukan hal yang merugikan dirinya dan perusahaan.Tempat teraman adalah berada di dekat musuh. Kalimat bijak inilah yang memenuhi benak Lucas saat ini.Pria itu ingin menemukan jawaban atas kecurigaannya terhadap gadis itu. Ia yakin tujuan awal Sienna masuk ke Luminous bukan hanya sesederhana ingin memenuhi wawasan dan pengalaman saja ataupun untuk mencari nafkah. Dugaannya yang menganggap Sienna sebagai mata-mata sangatlah besar.Meskipun ia tidak memiliki bukti, tetapi ia perlu sedikit lebih waspada. Selain itu, memanfaatkan Sienna untuk menjadi kekasih palsunya adalah hukuman kecil yang diberikannya untuk gadis itu karena sudah merahasiakan sesu
Melihat tidak ada respon yang diberikan oleh Lucas, Sienna pun bergumam di dalam hati, ‘Sepertinya sudah tidak ada harapan lagi aku tetap berada di sini.’Namun, tiba-tiba saja terdengar kalimat yang meluncur dari bibir Lucas, “Baiklah kalau memang itu maumu.”Bola mata Sienna membulat besar. Sebelum ia bertanya lebih jauh, Lucas kembali menambahkan, “Saya akan mencari cara lain agar sandiwara kita dapat menjadi lebih sempurna lagi.”Akhirnya Lucas yang tidak dapat memiliki pilihan selain mengikuti keinginan sekretarisnya itu. Ia tahu jika persyaratannya untuk tinggal bersama itu memang sangatlah berlebihan. Ia berpikir untuk mencari cara lain untuk membongkar kedok Sienna.Selain itu, Lucas tidak dapat memungkiri jika ia masih membutuhkan Sienna untuk mengambil peran sebagai kekasihnya. Tadi pagi ia sudah terlanjur mengakui gadis itu di depan ayahnya dan para petinggi perusahaan yang lain. Apabila tiba-tiba saja Sienna keluar dari perusahaan, Lucas berpikir jika ayahnya pasti akan cu
“Direktur Morgan, sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Sienna yang saat ini sedang mengikuti atasannya menuju ke parkiran gedung kantor. Namun, Lucas masih tidak menjawab dan terus melangkah hingga akhirnya pria itu berhenti di depan mobilnya. Ia menatap Sienna yang masih berlari kecil menghampirinya. “Mana kunci mobil saya?” tanya pria itu kepada sekretarisnya tersebut. Sienna bergegas merogoh saku blazernya dan mematikan alarm mobil itu dengan kunci yang dibawanya, lalu membuka pintu mobil bagian belakang untuk atasannya. “Apa yang kamu lakukan?” selidik Lucas dengan satu alis yang terangkat. “Bukankah Anda mau pergi?” balas Sienna berbalik bertanya. Lucas menghela napas panjang, lalu mengulurkan tangannya dan berkata, “Berikan kunci mobilnya. Saya yang akan menyetir.” Bola mata Sienna terbelalak lebar. “Anda yang menyetir, Direktur Morgan?” tanyanya seolah tak percaya dengan pendengarannya sendiri. “Kenapa kamu sampai sekaget itu, Nona Sherwood?” balas Lucas dengan terheran-
“Benar. Lakukan sesukamu. Kamu boleh membeli pakaian yang termahal sekali pun ataupun pergi ke salon untuk menghiasi wajahmu. Tapi, dengan syarat ….”Lucas sengaja menjeda kalimatnya untuk melihat reaksi sekretarisnya tersebut. Wajah tegang yang ditunjukkan Sienna memberikan arti tersendiri di dalam pikiran pria itu.“Saya mau hasilnya memuaskan dan kamu harus menjadi pusat perhatian bagi semua orang nanti. Dengan catatan, bukan menjadi pusat perhatian yang mempermalukan saya,” lanjut Lucas kemudian.“Jadi hanya itu saja?” tanya Sienna yang merasa hal yang diperintahkan oleh Lucas bukanlah hal yang sulit baginya.Belanja? Siapa sih yang tidak bisa? Apalagi sampai diminta untuk belanja sesuka hatinya!Hal yang tersulit dihadapi Sienna adalah menjadi versi terbaik yang diinginkan Lucas dan gadis itu benar-benar tidak tahu versi terbaik seperti apa yang ingin dilihat Lucas darinya nanti!“Waktumu hanya satu jam. Temui saya di Restoran Luxury setelah selesai nanti,” titah Lucas lagi.Sete
“Kamu benar sekali, Cindy. Coba lihat kacamatanya dan potongan rambutnya. Ck, ck … benar-benar kuno sekali,” sahut Gabriella, salah satu sahabat Cindy. Suara tawa Cindy dan satu gadis lainnya seketika pecah. Mereka seolah tidak peduli dengan perasaan Sienna yang menjadi bahan pembicaraan saat ini. Wajah Sienna telah memerah. Bukan karena malu, tetapi murka! Sienna sadar jika penampilannya saat ini sangat berbeda dengan biasanya karena untuk menunjang penyamaran. Namun, biasanya penampilan Sienna juga tidak mengikuti trend fashion dan selalu mengenakan pakaian yang apa adanya. Bukan karena Sienna ketinggalan info tentang trend fashion terkini, tetapi karena ia lebih suka menggunakan uangnya untuk mencapai impiannya saja daripada untuk berfoya-foya seperti yang dilakukan adik tirinya itu. Wajar jika saat ini Sienna menjadi bahan olok-olokan adik tirinya itu, tetapi bukan berarti ia akan membiarkan mereka terus-menerus menertawakannya. Sienna memasang wajah acuh tak acuh dan mengan
“Saya mau gaun itu sekarang!” Cindy masih bersikukuh dengan keinginannya dan mempersulit pelayan toko yang semakin bingung untuk melayaninya. “Kenapa? Bukankah gaun itu belum dibayar? Berarti gaun itu masih bukan miliknya,” celetuk Gabriella yang ikut memanaskan suasana. Ia melirik remeh ke arah Sienna. “Benar. Memangnya dia sanggup membayarnya? Palingan dia hanya mencobanya saja secara gratis,” timpal Sarah, sahabat Cindy yang lain. Cindy dan Gabriella tertawa kecil mendengar celotehan Sarah. Ketiganya dapat melihat ekspresi nanar yang ditunjukkan oleh Sienna saat ini, tetapi mereka tidak merasa takut sedikit pun karena tujuan mereka adalah membalas sikap Sienna yang sempat mempermalukan Cindy sebelumnya.Cindy pun mengeluarkan kartu kredit miliknya dengan gaya angkuh, lalu berkata, “Bungkus gaunnya sekarang!” Wajah pelayan toko itu pun bersinar cerah. Ia tidak memiliki pilihan lain selain menerima pembayaran tersebut karena pelayan itu juga memiliki pemikiran yang sama terkait S
“Hahahaha!”Suara tawa terdengar membahana dari bibir Cindy dan kedua sahabatnya setelah mereka mendengar pengajuan yang dilontarkan oleh Sienna.“Apa kamu sedang membuat lelucon di sini, Sienna?” cetus Cindy di sela-sela tawanya."Sepertinya dia pikir menjadi anggota VVIP di toko ini cukup dengan bicara saja bisa langsung jadi," ledek Sarah yang ikut menimpali dan membuat semua orang kembali tertawa.Akan tetapi, Sienna tidak peduli dan kembali berkata kepada manajer toko, “Bagaimana caranya menjadi pelanggan VVIP kalian?”Wanita paruh baya itu tampak berusaha menahan tawanya dengan berdeham pelan, lalu ia menjawab, “Anda bisa menjadi pelanggan VVIP toko kami apabila Anda melakukan pembelanjaan dengan akumulasi sebesar seratus ribu dolar selama satu bulan. Kalau menjadi pelanggan VIP, Anda hanya cukup berbelanja sebesar lima puluh ribu dolar saja dalam jangka waktu yang sama.”Tentu saja penjelasan tersebut membuat Sienna syok! Nominal menjadi anggota VVIP tersebut cukup bagi Sienna
Cindy menyeringai sinis saat melihat kemarahan Sienna dan kembali berucap, “Kenapa kamu marah? Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu sedang kesulitan uang akhir-akhir ini? Bisnismu gagal, bukan?” Kening Sienna mengernyit. Netranya memicing tajam seketika. “Dari mana kamu tahu tentang hal itu? Siapa yang sudah menceritakannya?” selidiknya dengan sengit. Padahal ia tidak pernah menceritakan tentang hal tersebut kepada gadis itu. Cindy mendengkus remeh, lalu menyeringai angkuh. “Kasihan sekali kamu. Apa kamu tidak tahu kalau Ibu selalu menjelek-jelekkan tentangmu di depanku?” jawabnya.Bibir Sienna tampak bergetar seolah tak percaya dengan ucapan adik tirinya tersebut. Ibunya memang mengetahui permasalahan tentang kegagalan usahanya, tetapi Sienna sudah memperingatkannya untuk tidak menceritakannya kepada siapa pun. Padahal Cindy hanya tidak sengaja mendengar percakapan ayah dan ibu tirinya. Ibu tirinya, Nancy Sherwood alias Nancy Murray, meminta suaminya—ayah Cindy, untuk membantu ke
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel