“Apa-apaan ini? Apa ini masih bisa disebut rumah?” gumam Lucas dengan wajah syok. Ia melihat beberapa baju kotor yang berserakan di salah satu sudut ruangan. Lucas benar-benar tidak habis pikir kenapa gadis itu bisa betah tinggal di tempat seperti ini. Namun, Lucas mengesampingkan kekagetannya untuk sementara waktu. Ia pun membaringkan gadis itu di atas satu-satunya tempat yang bisa dijadikan tempat pembaringan, yaitu sofa butut yang biasa digunakan oleh Sienna. Setelah membaringkan gadis itu, Lucas kembali mengedarkan pandangannya dan bergumam di dalam hati, 'Apa ini benar-benar tempat tinggal seorang manusia?' Pria itu menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan keadaan rumah yang tidak terurus tersebut. "Pantas saja dia tidak memperbolehkanku masuk. Ternyata ...." Bukan hanya ukurannya yang sempit, tetapi rumah tersebut juga sangat kacau! Bahkan menurutnya, kandang anjing golden retriever yang dipelihara oleh keluarga Morgan saja lebih bag
Kevin melambaikan tangannya di hadapan Lucas yang termenung. “Hei, kenapa kamu malah diam?” Lucas pun mengembuskan napasnya dengan kasar. “Kalau aku bilang tidak, apa kamu percaya?” Suara tawa kecil pun meluncur dari bibir Kevin. “Tentu saja tidak. Kalau kamu tidak menyukainya, tidak mugkin kamu akan serepot dan sekhawatir ini, Lucas. Apalagi sampai memanggilku yang seorang dokter bedah umum ini sampai datang untuk menangani kasus kecil seperti ini. Kalau bukan suka, jadi apa namanya?” ledeknya. Lucas berdecak malas. "Lagian kamu juga bukan direpotkan satu dua kali ini saja, bukan? Kenapa kamu sampai curiga seperti itu?" timpalnya. “Kan ini beda case, Lucas. Kalau kamu minta aku mengobatimu meskipun aku bukan dokter umum, tapi aku masih bisa menerimanya. Tapi, ini kamu memintaku untuk mengobati sekretarismu. Sejak kapan seorang atasan juga memperhatikan kesehatan karyawannya sampai harus turun tangan sendiri, hm? Kamu kira aku bodoh tidak bisa membedakannya?” Celotehan yang bergu
“Sienna, Sam siapa yang kamu maksud?” tanya Lucas kepada gadis itu.Namun, Sienna tidak menyahutnya. dan kembali mengigau, "Maaf ... maafkan aku ...."Setelah itu, tidak ada lagi racauan yang meluncur dari bibir gadis itu. Namun, Lucas masih tertegun dalam. Ia kembali teringat dengan teman kecilnya yang dikenalnya sebagai "Samuel". Ia pun semakin yakin jika Sienna memang memiliki hubungan dengan anak laki-laki itu meskipun masih belum menemukan bukti akurat."Sebenarnya apa yang aku harapkan?" gumam Lucas yang merasa aneh dengan rasa ingin tahunya tersebut.Akhirnya Lucas pun mengesampingkan hal tersebut dan kembali menoleh kepada gadis itu. Perlahan ia menarik tangannya dari cengkeraman lemah gadis itu. Namun, saat melihat kening Sienna mengernyit ketika ia melepaskannya, Lucas pun kembali menggenggam tangannya.Seulas senyuman tipis kembali membingkai bibir gadis itu. Lucas pun ikut tersenyum. “Apa yang kamu mimpikan sampai tersenyum seperti itu?” gumamnya.Tanpa melepaskan genggama
“Semalam dia kembali lagi karena mengkhawatirkanku ….” Sienna bergumam kepada dirinya sendiri. Gadis itu merasa cukup bersalah karena sempat meragukan kebaikan hati pria itu. Jika saja Lucas tidak kembali mengunjunginya semalam, mungkin sekarang ia masih pingsan dalam kondisi mengenaskan. Sienna akui jika ia sangat bersyukur dan cukup terbantu dengan kehadiran Lucas. Bukan hanya keadaan rumahnya menjadi rapi, tetapi pagi ini tubuhnya juga terasa lebih bugar. Memar di kakinya juga sudah sedikit membaik walaupun ia masih harus membiasakan langkahnya. Sienna menemukan salep yang diolesi Lucas semalam, tergeletak di atas meja. Ia juga menemukan secarik kertas kecil yang bertuliskan, “Ada semangkuk bubur jagung manis di dapur. Maaf aku mengambil bahan yang tersisa di kulkasmu. Jangan lupa panaskan dulu sebelum dimakan.” “Dia … yang membuatnya?” gumam Sienna yang semakin terkejut. Gadis itu pun berjalan menuju dapurnya dan menemukan bubur buatan atasannya tersebut. Masih dengan wajah p
"Tuan Muda Harvey?" gumam Sienna dengan kaget ketika melihat sosok yang telah membantunya.Ya, pria bersurai nyentrik dengan warna merah menyala di hadapannya saat ini adalah Oliver Harvey, sahabat dekat Lucas.“Apa kamu tidak apa-apa, Sienna?” tanya Oliver yang sedang memandang Sienna dengan khawatir.Masih dengan wajah syok, Sienna memberikan anggukan kecil. "Terima kasih," cicitnya.Di satu sisi, aksi Oliver mengundang antusias para awak media. Kilatan kamera pun kembali menghujani mereka. Kening Oliver mengernyit tatkala melihat ketakutan gadis tersebut. Namun, ia mengira ketakutan Sienna tersebut karena dikejar oleh para wartawan tersebut.Untungnya, Oliver datang dengan persiapan dengan membawa para bawahannya. Tanpa diperintahkan, para bawahan Oliver tersebut langsung menyita kamera para wartawan tersebut. Aksi para awak media itu pun berhenti seketika. Wajah mereka berubah pias ketika melihat wajah sangar dari para bawahan Oliver.“Kalau kalian masih bersikeras menunggu di sin
‘A-Allen? Dia benar-benar Allen?’ gumam Sienna di dalam hati. Gadis itu terlihat sangat syok. Saking tidak percayanya dengan matanya sendiri, Sienna menggosok kedua matanya berulang kali untuk memastikan lebih jelas. Namun, ia masih tidak yakin dengan pandangannya sendiri dan mengira jika mungkin saja ia salah lihat. Sayangnya, tetap saja sosok Allen berdiri dengan nyata di depannya. Pria itu berdiri paling depan dengan posisi membelakangi Sienna saat ini. Pria itu tidak menyadari keberadaan Sienna karena terhalangi oleh kerumunan orang yang berdiri di depan gadis itu. Namun, Sienna sangat bersyukur pria itu tidak memperhatikannya karena ia tidak tahu wajah seperti apa yang harus ditunjukkan di hadapan mantan kekasihnya itu. Amarah dan kekesalan yang pernah terbesit di dalam benaknya selama dua tahun terakhir ini seakan menguap begitu saja saat melihat pria itu. Namun, kesedihan dan kekecewaan terhadap pria itu kembali muncul di dalam hatinya. Kening Oliver mengernyit melihat pe
Suara tawa kecil pun meluncur dari bibir Oliver. “Apa segitu khawatirnya kamu dengannya? Baru kali ini aku melihat kamu tergerak saat aku membahas tentang wanita,” ledeknya. Lucas memalingkan wajahnya sejenak. Ia sadar telah kelepasan kendali dan terjebak dalam siasat Oliver. Helaan napas kasar berembus dari bibir Lucas. Oliver masih saja menertawakannya hingga membuatnya semakin kesal. “Oliver, aku tidak ingin bermain denganmu. Berhenti mengelabuiku. Hari ini Sienna tidak masuk.” “Aku tidak mengelabuimu. Tadi Sienna memang dikejar wartawan di bawah sana dan hampir saja terjatuh kalau bukan aku yang menolongnya. Kalau bukan karena aku, pasti akan ada tambahan berita panas lainnya yang muncul tentang gadis itu,” tukas Oliver dengan bangga. “Apa kamu bilang?” Alis Lucas bertaut. Tanpa menunggu jawaban Oliver, ia langsung membuka layar laptopnya dan memeriksa monitor kamera pengawas yang terhubung di sana. Terlihat jelas sosok Sienna yang sedang merapikan meja kerjanya. Lucas sanga
“Kamu … kamu dan dia sudah melakukannya?”Lucas tercengang mendengar tuduhan konyol yang diberikan Oliver padanya. Tutup bolpoin di tangannya langsung melayang dan mengenai kening sahabatnya tersebut."Bisakah kamu berhenti memikirkan hal yang menjijikkan?" sungut Lucas.Oliver hanya menyengir. “Jadi sebenarnya apa alasanmu berpacaran dengannya, Luke? Tidak seperti dirimu saja,” lanjutnya yang masih belum puas sebelum mendapatkan jawaban dari sahabatnya tersebut.Selama ini Lucas terlihat sangat cuek terhadap wanita mana pun. Dulu Lucas adalah idola di dalam kampus mereka dan memiliki banyak penggemar wanita cantik yang ingin mengajaknya berkencan. Namun, Lucas tidak pernah memenuhi satu pun ajakan tersebut hingga membuat Kevin maupun Oliver mengira orientasi seksual Lucas memang bermasalah. Bahkan Oliver tahu kalau orang tua Lucas juga masih meragukan hal tersebut sehingga terus menjodohkannya. Lucas tersenyum simpul dan menjawab, “Yang pasti tidak sama sepertimu.”Oliver pun berde
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel