Sienna pun memaksakan seulas senyuman di wajahnya dan menjawab dengan suara yang terdengar menahan amarah, “Mana mungkin saya mengetahuinya, Direktur Morgan.” Melihat ekspresi gadis itu, Lucas malah tertawa kecil. Ia dengan jelas melihat kekesalan gadis itu terhadap dirinya dan seperti biasanya, Sienna berusaha untuk menahan diri di hadapannya. Sienna memandang Lucas dengan bingung. “Ehm, Direktur Morgan, apa ada yang lucu dari jawaban saya?” selidiknya. Perlahan suara tawa Lucas terhenti. Pria itu menggeleng pelan. “Kamu sudah sembuh?” tanyanya, sengaja mengalihkan topik. Sienna mengangguk kecil, lalu ia pun menyadari jika ia belum mengucapkan terima kasih kepada pria itu. “Semalam saya pasti sudah mengagetkan Anda. Terima kasih sudah merawat saya dan maaf kalau saya ... malah merepotkan Anda sampai menghubungi Dokter Wilson segala,” ucap Sienna dengan gugup. “Tidak perlu berterima kasih ataupun meminta maaf. Aku rasa ini adalah hal wajar yang sepantasnya dilakukan oleh seorang
Lucas tercengang selama beberapa saat, lalu ia bergumam dengan ragu, “Pengagum … rahasia?” Sienna menggigit erat bibir bawahnya, lalu mengangguk kecil. Perlahan ia membuka matanya, tetapi masih tidak berani menatap pria itu secara langsung. “Aku sering melihatmu beberapa kali di wawancara media. Aku merasa kamu orang yang menarik dan seorang pekerja keras yang menjadi panutanku," terang Sienna, terpaksa berbohong. 'Panitan? Aku?' Lucas membatin di dalam hati dengan syok. Pria itu memandang Sienna dengan sorot mata tak percaya, tetapi ia berusaha untuk menerima penjelasan gadis itu terlebih dahulu. "Lalu, bantal itu?" tanya Lucas, mengangkat satu alisnya. Sienna berdeham pelan. Ia tersenyum canggung dan menjawab, "Mengenai bantal itu … aku cuma iseng membuatnya,” Hening. Diam-diam Sienna melirik pria itu. Jantungnya telah berdegup cepat, khawatir kebohongannya terbongkar. Namun, Lucas masih tidak memberikan tanggapan apa pun. "Ta-tapi, kamu tenang saja kok. Sekarang aku sudah
“Baiklah. Untuk sementara, aku percaya padamu.” Lucas memutuskan untuk tidak memperpanjang pembahasan mereka terkait “bantal” maupun “penggemar rahasia.”Akan tetapi, Sienna tidak bisa begitu cepat merasa lega. Pria itu kembali berkata, “Tapi, ada hal lain yang ingin kutanyakan padamu, Sienna.”Gadis itu menautkan kedua alisnya, menatap Lucas dengan lekat. ‘Mengapa rasa ingin tahunya begitu besar hari ini? Sebenarnya dia mempercayaiku atau tidak? Apa dia sedang mempermainkanku?’“Semalam kamu mengigau,” lanjut Lucas seraya berdeham canggung.Lamunan Sienna pun teralihkan. Bola matanya telah membulat besar. Seluruh pikirannya telah diliputi rasa khawatir. ‘Ya Tuhan, apa yang aku sudah mengatakan sesuatu hal yang aneh sehingga membuatnya curiga padaku?’ pikirnya.Sienna menatap Lucas lurus-lurus, kemudian bertanya dengan gugup, “Me-memangnya … apa yang sudah aku katakan?”“Sam,” jawab Lucas dengan santai.Kening Sienna mengernyit. “Apa?”“Semalam kamu menyebut ‘Sam’. Siapa dia?” selidik
“Bagaimana kamu bisa seyakin itu?” selidik Lucas, terheran-heran. Namun, Sienna tidak langsung menjawab. Ia tampak termenung sejenak karena teringat dengan mendiang kakak laki-lakinya itu. Setelah berhasil menguasai rasa sedihnya, ia pun berkata, “Selama hidupnya tubuh Sam sangat lemah. Dia tidak bisa keluar rumah terlalu lama dan kalaupun keluar pasti hanya sekitaran rumah saja. Tidak aneh kalau dia tidak punya teman dekat sama sekali.” “Kalaupun dia punya teman, aku tidak mungkin tidak tahu karena kami selalu bersama dulu,” imbuh gadis itu lagi. “Ah, begitu.” Lucas masih belum puas karena firasatnya mengatakan jika kakak laki-laki Sienna mungkin saja adalah sahabat yang ditemuinya dulu. “Apa kamu punya foto kakakmu?” tanya Lucas, memastikan. Sienna menggeleng kecil. “Dulu Nenek sudah membuang semua fotonya karena Mama sangat frustasi dan bersedih atas kehilangan Kakak,” terangnya. Buliran bening kembali mengalir dari sudut matanya. Sienna menyekanya dengan cepat. “Sangat dis
Setelah menyuguhkan secangkir kopi ke ruangan Lucas, Sienna berjalan menuju ke ruangan Manajer Pengembangan Produk yang ada di lantai enam. Ia merasa sangat beruntung karena bisa mendapatkan kesempatan untuk mencari tahu lebih lanjut terkait sosok Allen yang dilihatnya sebelumnya. Sesampainya di dalam ruangan divisi tersebut, Sienna disambut dengan tatapan sinis dan dingin dari para karyawan divisi terkait. Sienna tahu kalau mereka bersikap seperti itu karena berita yang beredar tadi pagi.Awalnya, Sienna berniat mengabaikan hal tersebut. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika mendengar salah seorang wanita yang dikenal Sienna bernama Penelope Burnett berkata, “Dia masih punya muka masuk ke kantor?” Sindiran pedas itu tentu saja ditujukan untuk Sienna. Namun, Sienna tidak ingin memperkeruh situasi dengannya. Ia tahu jika Penelope sangat membencinya. Dulunya Penelope adalah mantan sekretaris Lucas sebelum Sienna. Akan tetapi, baru bekerja satu minggu, Penelope dipindahkan ke divisi
“Apa kalian sudah puas mengata-ngataiku?” tanya Sienna dengan ekspresi yang terlihat santai.Ia tidak ingin memperlihatkan amarahnya secara terang-terangan karena semua itu hanya memuaskan keinginan Penelope saja. Sienna sadar bahwa Penelope hanya ingin menjadikan kemarahannya sebagai sorotan bagi semua orang.Kening Penelope mengernyit ketika ia melihat Sienna mengeluarkan gawainya dari saku blazernya. Tiba-tiba saja Sienna mengarahkan belakang ponsel tersebut ke arah mereka.“Apa yang kamu lakukan, Sienna Sherwood?” hardik Penelope.Sienna tersenyum sinis. “Saya hanya ingin mengabadikannya. Biar saya bisa tahu seperti apa sih buruknya saya di mata kalian. Jadi saya bisa menginterospeksi diri,” jawabnya dengan santai.Kamera di gawai Sienna telah menyala. “Lanjutkan saja,” ucapnya kemudian.Wajah Penelope berubah nanar. Beberapa orang telah menundukkan wajah mereka, berusaha menutupinya agar tidak terekam oleh Sienna.Penelope sangat geram melihat tindakan Sienna. Ia pun bergegas men
“Apa Anda Manajer Grant?” tanya Sienna dengan perhatian penuh terhadap pria yang berdiri di hadapannya tersebut.Wajah pria itu terlihat manis dan menyenangkan, tetapi di satu sisi juga memiliki aura yang cukup menekan orang di sekitarnya.“Bukan, saya asistennya, Ivan Gusev,” jawab pria itu.Sienna tampak gugup. “Maaf, tadi saya pikir ….”Pria itu mengulum senyumnya dan menyodorkan tangannya kepada Sienna. Keduanya pun berkenalan satu sama lain. Diam-diam Penelope mengambil potret keduanya, lalu ia tersenyum licik.“Apa Manajer Grant ada di dalam ruangan?” tanya Sienna kepada pria berwajah lugu tersebut.“Tidak. Beliau sedang keluar sebentar,” sahut Ivan.Melihat kekecewaan Sienna, Ivan pun bertanya, “Apa ada hal yang bisa saya bantu?”Sienna tampak ragu. Ia berniat menitipkan dokumen yang dibawanya kepada Ivan, tetapi ia berpikir jika ia perlu bertemu dengan Manajer Grant agar kelak ia bisa mengenalinya saat mereka berpaspasan nanti.“Saya ingin menyerahkan dokumen dari Direktur Mor
“I-ini tidak mungkin ….”Sienna bergumam syok. Sepasang matanya masih tertuju pada bingkai foto di atas meja tersebut. Terlihat wajah Allen dalam balutan setelan tuxedo rapi dan tersenyum lebar. Pria itu terlihat tampan dibandingkan yang terlintas dalam ingatan Sienna selama ini.Sungguh, Sienna merasa sangat bingung dan tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan perasaannya. Namun, ia bisa memastikan bahwa dadanya terasa sangat perih.Rasa sakit yang pernah dirasakannya dulu tidak sebanding dengan yang dirasakannya sekarang. Kini, rasa sakit itu dua kali lipat lebih perih dibandingkan dua tahun lalu.‘Jadi … dia meninggalkanku karena memutuskan untuk menikah dengan wanita lain?’ Sienna membatin.Terlihat seulas senyuman miris melengkung di bibirnya. Saat ini amarah yang bercampur dengan rasa kagetnya terlukis dengan jelas di wajahnya. Tidak ada kata perpisahan apa pun dari Allen sebelumnya. Sekarang pria itu tiba-tiba muncul dengan status yang berbeda!Sienna menyadari jika ia bukan h
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel