“Apa Anda Manajer Grant?” tanya Sienna dengan perhatian penuh terhadap pria yang berdiri di hadapannya tersebut.Wajah pria itu terlihat manis dan menyenangkan, tetapi di satu sisi juga memiliki aura yang cukup menekan orang di sekitarnya.“Bukan, saya asistennya, Ivan Gusev,” jawab pria itu.Sienna tampak gugup. “Maaf, tadi saya pikir ….”Pria itu mengulum senyumnya dan menyodorkan tangannya kepada Sienna. Keduanya pun berkenalan satu sama lain. Diam-diam Penelope mengambil potret keduanya, lalu ia tersenyum licik.“Apa Manajer Grant ada di dalam ruangan?” tanya Sienna kepada pria berwajah lugu tersebut.“Tidak. Beliau sedang keluar sebentar,” sahut Ivan.Melihat kekecewaan Sienna, Ivan pun bertanya, “Apa ada hal yang bisa saya bantu?”Sienna tampak ragu. Ia berniat menitipkan dokumen yang dibawanya kepada Ivan, tetapi ia berpikir jika ia perlu bertemu dengan Manajer Grant agar kelak ia bisa mengenalinya saat mereka berpaspasan nanti.“Saya ingin menyerahkan dokumen dari Direktur Mor
“I-ini tidak mungkin ….”Sienna bergumam syok. Sepasang matanya masih tertuju pada bingkai foto di atas meja tersebut. Terlihat wajah Allen dalam balutan setelan tuxedo rapi dan tersenyum lebar. Pria itu terlihat tampan dibandingkan yang terlintas dalam ingatan Sienna selama ini.Sungguh, Sienna merasa sangat bingung dan tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan perasaannya. Namun, ia bisa memastikan bahwa dadanya terasa sangat perih.Rasa sakit yang pernah dirasakannya dulu tidak sebanding dengan yang dirasakannya sekarang. Kini, rasa sakit itu dua kali lipat lebih perih dibandingkan dua tahun lalu.‘Jadi … dia meninggalkanku karena memutuskan untuk menikah dengan wanita lain?’ Sienna membatin.Terlihat seulas senyuman miris melengkung di bibirnya. Saat ini amarah yang bercampur dengan rasa kagetnya terlukis dengan jelas di wajahnya. Tidak ada kata perpisahan apa pun dari Allen sebelumnya. Sekarang pria itu tiba-tiba muncul dengan status yang berbeda!Sienna menyadari jika ia bukan h
“Manajer Grant, Anda kenapa?” tanya Ivan yang masih memandang atasannya dengan penuh selidik.Helaan napas kasar bergulir dari bibir Allen. Pria itu pun melangkah masuk ke dalam ruangannya dengan diikuti oleh Ivan.Penelope yang sejak tadi memantau keanehan yang terjadi di depan matanya itu pun menyeringai tipis. “Sepertinya ada cerita yang menarik,” gumamnya.Sementara itu, Allen telah masuk ke dalam ruang kerjanya. Ia melepaskan jasnya dan menyampirkannya pada sofa ruangannya. Tatapannya kembali tertuju pada asistennya.“Apa gadis tadi bekerja di sini?” tanya Allen, menginterogasi asistennya tersebut.Ia perlu mencari tahu alasan keberadaan gadis itu di Luminous. Apalagi tadi ia mendengar Ivan mengatakan kalau gadis itu sudah menunggunya, tetapi malah tiba-tiba pergi begitu saja.“Benar, Manajer Grant. Tadi Nona Sherwood mengantarkan dokumen yang disetujui oleh Direktur Morgan,” sahut Ivan.Kening Allen mengernyit. Ia menatap asistennya itu dengan tajam. “Maksudmu Lucas Morgan?”Iva
Allen masih memandang fotonya bersama Sienna. Seulas senyuman tipis membingkai bibirnya. “Sienna, aku senang kamu hidup dengan sangat baik,” gumamnya yang bermonolog sendiri. Hubungan empat tahun yang telah dijalaninya bersama Sienna tidak dapat dilupakan begitu saja. Walaupun penampilan mereka telah berubah, tetapi Allen bisa pastikan jika perasaannya terhadap gadis itu masih tersimpan rapat di dalam hatinya. Sayangnya, hubungan mereka harus kandas. Kalau saja bukan karena terjebak dalam ancaman kakeknya, Allen juga tidak akan pernah meninggalkan gadis cinta pertamanya itu. Allen sempat mengira tidak akan pernah bertemu dengan gadis itu lagi. Ia tidak menyangka kalau di hari pertamanya bekerja di Luminous, ia malah dipertemukan dengan mantan kekasihnya itu. "Apakah ini termasuk keberuntungan atau malah petaka?" gumam Allen. Ia khawatir tidak dapat menyembunyikan perasaan yang sudah lama berusaha dilupakannya. Kedua alis Allen perlahan bertaut. Netranya ikut memicing tajam. I
“Apa kamu habis menangis?”Pertanyaan yang dilontarkan Lucas membuat Sienna terdiam selama beberapa saat. Sebelum ia sempat menjawab, Lucas telah mendekatinya dan menyentuh keningnya.“Kamu masih merasa tidak enak badan?” tanya Lucas lagi.Sienna terkesiap. Jarak mereka yang begitu dekat membuatnya menahan napas karena gugup.Ia tidak tahu sejak kapan Lucas menjadi terbiasa bersentuhan seperti ini dengannya, tetapi satu hal yang pasti, jantungnya telah berdebar dengan sangat cepat!‘Kenapa aku jadi mau menangis lagi?’ gumam Sienna di dalam hati.Kehangatan yang diberikan oleh Lucas membuat hatinya yang rapuh seolah mendapatkan sebuah oasis yang menenangkan. Sepasang pelupuk matanya terasa panas. Namun, Sienna mengalihkan pandangannya dengan cepat.Kedua alis Lucas pun bertaut. “Apa yang terjadi, Sienna? Apa kamu memang masih tidak enak badan?”Suara Lucas terdengar penuh kekhawatiran. Pria itu mengira tubuh Sienna belum pulih sepenuhnya. Namun, suhu tubuh gadis itu terasa normal.Perl
Lucas memijit pelipisnya sejenak. Netranya masih memperhatikan rekaman CCTV pada layar laptopnya. Emosinya pun meledak hebat ketika mendengar Penelope mengatai Sienna sebagai wanita yang telah menjajakan tubuhnya untuk menjadi kekasihnya.Lucas cukup kagum ketika melihat Sienna menangani hal tersebut. Namun, ia masih belum puas dengan cara yang dilakukan sekretarisnya tersebut.Lucas tidak bisa diam saja membiarkan Penelope berbuat sesuka hatinya dan menyebarkan rumor buruk tentangnya dengan Sienna. Ia pun meraih gawainya, lalu mencari nomor kontak kantor firma hukum yang biasa bekerja sama dengan perusahaannya.Tidak berapa lama kemudian, panggilan Lucas terhubung dengan salah satu pengacara dan penasihat hukumnya.“Saya ingin menggugat seseorang," ucap Lucas kepada orang tersebut.***Sienna mengetuk pelan pintu ruangan Lucas. Namun, ia tidak mendengar suara apa pun dari dalam ruangan tersebut.‘Sepertinya dia masih tidur,’ gumam Sienna di dalam hati.Gadis itu baru saja selesai mem
Degup jantung Sienna berpacu semakin cepat ketika Lucas telah berdiri di hadapannya. Pria itu memandangnya dengan tajam, lalu mengambil bolpoin dari tangan Sienna. Namun, pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun dan kembali memandangnya.‘Bagaimana ini? Apa aku mengaku saja? Tapi, bagaimana kalau dia tidak percaya dan mengira kalau aku benar-benar ingin mencuri?’ batin Sienna dengan gelisah.Sienna menggigit bibir bawahnya dengan kuat. “Di-Direktur Morgan, aku—”“Kenapa kamu begitu bodoh malah melukai dirimu terus?” sela Lucas sebelum gadis itu memberikan penjelasan lebih lanjut.Sienna mengerjapkan matanya beberapa kali dan menatap pria itu dengan bingung. Sebelum ia merespon, Lucas telah menyentuh puncak kepalanya yang terbentur tadi.Sontak, Sienna menjerit, “Sakit!”Lucas menghela napas panjang. “Tahu sakit? Kenapa tidak hati-hati?” omelnya.Sienna mengerucutkan bibirnya. “Habisnya ….”“Habisnya kenapa?” Satu alis Lucas terangkat.Sienna tidak menjawab dan malah menundukkan waj
Lucas tertegun, merenungi ucapan gadis tersebut. Ia menyadari bahwa perhatiannya kepada Sienna mungkin terlalu berlebihan dari yang seharusnya.Namun, tindakannya memang dilakukan secara spontan dan tanpa alasan yang jelas. Sebelumnya, Lucas tidak pernah mempertimbangkan apakah dia perlu melakukannya atau tidak.Pertanyaan Sienna menyadarkan Lucas dan membuatnya mempertanyakan alasan di balik perilaku tidak wajarnya tersebut.‘Apa benar aku melakukannya hanya untuk sandiwara?’ gumam pria itu di dalam hati.Namun, debaran di dalam dadanya meningkat dengan cepat, seolah ingin menunjukkan bahwa semua tindakannya bukan sekadar sandiwara belaka.Ada ketulusan nyata yang diselimuti oleh perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Perasaan asing itu membuatnya menyelami dirinya lebih jauh.‘Apa yang terjadi padaku?’ batinnya.“Lucas?” panggil Sienna.Gadis itu melambaikan salah satu tangannya di depan wajah atasannya tersebut. Tindakannya itu berhasil menyentakkan lamunan pria itu
Di depan pintu, Felix Harvey telah menunggu dengan senyum lebar di wajahnya. Ia terpukau melihat penampilan Sienna. "Kamu cantik sekali, Putriku.""Terima kasih, Ayah," jawab Sienna malu-malu.Felix menghela napas berat. “Apa boleh Ayah tidak menyerahkanmu kepada putra Morgan itu?” gerutunya.“Ayah ….” Sienna mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia tahu jika ayahnya masih enggan melihatnya menjadi milik orang lain karena kebersamaan mereka yang terlalu singkat. Namun, ia juga tahu bahwa ayahnya tidak serius dengan ucapannya tadi.“Bocah Morgan itu benar-benar beruntung memilikimu. Kalau dia berani menyakitimu, kembalilah kepada Ayah. Biar Ayah menghadapinya,” ucap Felix lagi.Bola mata zamrud Sienna kembali basah. Air matanya hampir menetes jika Ivona tidak buru-buru menyekanya dengan tisu yang sudah dipersiapkannya.“Paman Felix, jangan mengacaukan riasan yang sudah susah payah kubuat,” protes Ivona yang telah mendelik tajam.Felix terkekeh pelan. Ia pun menutupi wedding veil putrinya,
Pandangan Sienna beralih kepada Diane dan Aurora serta para rekan sedivisinya dulu yang juga berada di dalam ruangan itu. Hari ini mereka menjadi bridesmaid-nya. Mereka jugalah yang telah merancang tiara dan beberapa perhiasan yang telah dikenakan oleh Sienna saat ini. Semua telah diatur sedemikian rupa oleh Lucas dan kedua kakak iparnya tersebut.“Terima kasih atas kerja keras kalian selama beberapa bulan ini. Pasti kalian sangat capek, tapi hasilnya sangat luar biasa. Aku suka,” puji Sienna dengan penuh rasa terima kasih.“Perhiasan desain kami bisa dipakai oleh desainer sekelas Sienna Harvey sudah menjadi suatu kebanggaan buat kami. Benar kan, Teman-teman?” timpal Diane Hyatt seraya menoleh kepada para rekannya yang mendapatkan anggukan persetujuan.“Kemampuan Manajer Hyatt sekarang makin luar biasa, hum?” goda Sienna kepada mantan rekannya itu.Ya, sejak Sienna meninggalkan Luminous dan memilih untuk pergi ke Paris
“Ah, ya ampun! Bisa-bisanya kamu malah mesra-mesraan di sini, Luke!” Suara omelan Ivona terdengar menggelegar dan membuat Lucas perlahan melepaskan pelukannya.Wajah kakak keduanya itu sudah dipenuhi kekesalan. “Waktuku untuk mendadaninya jadi terbatas, kan?” protesnya yang membuat Sienna terkekeh geli.Tanpa menunggu tanggapan adik laki-lakinya itu, Ivona langsung menarik pergelangan tangan Sienna agar mengikutinya. “Ayo, Sienna. Aku akan membuatmu menjadi pengantin paling memukau hari ini,” ujarnya.Sebelum menghilang dari balik pintu depan vila, Ivona sempat menoleh kepada Lucas. “Sebaiknya kamu bersiap-siap sekarang, Luke. Awas nanti kamu belum selesai kalau aku sudah selesai mendandani Sienna nanti,” peringatnya.Lucas hanya bisa menghela napas pelan, lalu bergegas ikut masuk ke dalam vila. Ia tahu jika Ivona tidak main-main dengan ucapannya dan ia harus sudah siap sebelum para tamu hadir petang ini.
Setelah beberapa jam berkendara, mobil yang dikemudi Ethan akhirnya berhenti di sebuah vila besar yang terletak di pinggir kota. Bangunan vila itu terlihat megah dengan taman luas yang tertata rapi. Bagian belakang vila terhubung dengan hutan kecil yang masih sangat natural dan memiliki pemandangan indah dengan latar pegunungan yang menjulang megah di kejauhan. Lucas masih duduk di dalam mobil, menatap wajah damai Sienna yang masih terlelap di pangkuannya. Ia enggan membangunkannya karena tahu gadis itu sangat lelah setelah menempuh perjalanan selama hampir 12 jam di dalam pesawat. Jarak yang begitu jauh ditempuh Lucas selama dua tahun ini apabila ia merindukan kekasih hatinya itu. Namun, karena kesibukannya seminggu ini, ia terpaksa menahan rasa rindunya. Belaian lembut yang dilakukan Lucas pada wajah kekasihnya itu membuat gadis itu akhirnya terjaga. Perlahan sinar zamrud dari netra gadis itu terpancar lebar.
"Apa maksudmu tidak tahu? Anna, kamu sahabatku, bukan? Tolong jangan ada yang disembunyikan dariku," desak Sienna sekali lagi. “Apa benar Lucas sering bertemu dengan wanita di Goddess?” Terdengar suara dehaman berat dari Anna sebelum akhirnya ia menjawab, "A-aku juga tidak tahu. Oliver yang mengatakannya padaku. Ta-tapi … aku tidak tahu apa dia hanya salah lihat atau sengaja melebih-lebihkan saja. Mungkin saja hanya klien bisnisnya, Sienna.” Kedua alis Sienna bertaut. Jawaban sahabatnya itu tidak memuaskannya. Justru malah memperkuat kecurigaannya bahwa ada rahasia besar yang ditutupi darinya. “Kamu tahu sendiri kan seperti apa Oliver? Terkadang dia sangat menyebalkan dan sengaja membuatku kesal. Mungkin saja waktu itu dia hanya ingin mempermainkanku, biar aku mengadu padamu,” imbuh Anna. Sienna tersenyum kecil. “Kalian tidak berubah. Mau sampai kapan terus berantem seperti ini? Padahal kalian mau menikah bulan depan. Apa k
“Jadi … apa maumu?” tanya Lucas. Ia ingin mendengar pendapat kekasihnya tersebut. “kamu mau putus?” Sienna sangat terkejut mendengar penawaran pria itu. Ia menundukkan wajahnya dan bergumam, “Apa aku boleh egois dengan tetap memilih menjadi kekasihmu?” Sudut bibir Lucas terangkat tipis. Ia menarik tubuh Sienna dan memeluknya dengan erat. “Tentu saja boleh. Kalaupun kamu tidak mau bersikap egois, aku yang akan bersikap egois dengan terus berada di sisimu, Sienna. Aku akan tetap ada untukmu, apapun yang terjadi.” Sienna merasakan kehangatan pelukan Lucas, dan semua keraguan yang menggelayuti hatinya mulai memudar. Ia pun mengangguk kecil dan kembali menitikkan air mata. “Terima kasih, Lucas,” cicitnya. Selang beberapa waktu kemudian, Lucas melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa air mata di sepasang netra zamrud indah gadis itu dan berkata, “Dasar bodoh. Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan? Kamu
Sienna tersipu malu. Hatinya terasa berbunga-bunga dan menyapu semua kesedihan yang menyesakkan dadanya selama dua hari ini. “Terima kasih, Lucas. Ini semua benar-benar indah.”Pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka. Sienna dan Lucas memilih hidangan yang paling mereka sukai. Percakapan mereka berlanjut dengan santai sembari menyantap hidangan utama.Setiap hidangan yang disajikan tampak begitu mewah dan menggugah selera. Setelah hidangan utama selesai, Lucas memberikan isyarat kepada pelayan untuk membawa hidangan penutup yang spesial.“Kamu pesan dessert apa?” tanya Sienna dengan bingung.Ia menatap hidangan yang masih ditutup dengan tudung stainless steel di hadapannya, lalu menatap Lucas yang tersenyum misterius.“Luke ….”“Coba saja kamu buka,” sela Lucas seraya mengisyaratkan pelayan agar menjalankan rencananya.Sienna menatap Lucas dengan curiga, tetapi ia tidak dapat membendung rasa antusiasnya. Perlahan i
Pandangan Felix tertuju pada putrinya. Ia tidak dapat memahami maksud putrinya, tetapi gadis itu melanjutkan, “Kini aku mengerti. Pantas saja selama ini dia memperlakukan Sam lebih baik. Mungkin karena dia mirip denganmu.” Seulas senyuman miris kembali terukir di bibir Sienna. “Sebaliknya, dia membenciku, mungkin karena aku mirip dengan ibu kandungku dan kehadiranku sangat menyiksanya," imbuhnya. "Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku jika dia memang tidak menyukaiku, tapi dia tidak pernah melakukannya. Aku rasa dia pasti dihantui rasa bersalah atas tindakannya dulu," lanjut Sienna atas analisanya terhadap mendiang ibu asuhnya itu. Namun, apa pun analisanya, baik ibu kandungnya maupun wanita yang berpura-pura menjadi ibu kandungnya itu, sudah tidak dapat hidup kembali. Lucas menggenggam tangan Sienna lebih erat. Sejak tadi ia tidak mengatakan apa pun, tetapi setelah mendengar cerita Felix Harvey dan pandangan Sienna terhadap Nancy, ia berpikir jika ia perlu member
“Maaf kalau Ayah baru menemukanmu sekarang, Sienna,” ucap Felix dengan sorot mata yang terselubungi penyesalan dan kerinduan yang mendalam.Sienna terhenyak.Untungnya, Lucas menopang tubuh kekasihnya tersebut sehingga tidak terjatuh. Lucas tidak terkejut sedikit pun karena dugaannya ternyata benar.Sebelumnya Oliver sempat mengatakan jika para bawahannya sempat mengikuti Ace Tucker dan melihat dia mengambil hasil dari pemeriksaan DNA seseorang di salah satu laboratorium rumah sakit.Walaupun mereka tidak berhasil menemukan laporan pemeriksaan tersebut, tetapi berdasarkan kesaksian dari tim terkait, mereka mengatakan jika sampel DNA yang menjadi perbandingan adalah milik Felix Harvey.Meski hatinya masih berkecamuk dengan berbagai emosi, Sienna berusaha menenangkan diri. Dengan suara yang bergetar pelan dan nyaris tidak terdengar, Sienna bergumam, "Paman Felix... jadi, Anda adalah … ayah kandungku?"Fel