Bab 6. Hari Pertama Hou Yi
"Hou Yi!" Wu Sin begitu panik saat melihat ratu ular bersiap mengeluarkan jurusnya. Namun, hal yang ditakutkan Wu Sin justru tak terjadi.Ada sebuah energi yang begitu kuat dari dalam tubuh Hou Yi yang aktif saat merasakan ada bahaya. Hal tersebut membuat Ratu Ular terdorong mundur dengan perasaan terkejut."Pewaris Giok Hitam!" gumam Ratu Ular. Ia bisa menebak energi yang terpancar dari tubuh bocah kecil yang mencuri tanamannya. "Siapa anak ini sebenarnya? Aku tidak seharusnya membunuh orang yang memiliki energi giok hitam!"Tanpa banyak berkata, Ratu Ular pun pergi meninggalkan tempat tersebut. Wu Sin dan Hou Yi menggaruk kepalanya, mereka kebingungan."Kenapa dia pergi?" ucap Wu Sin mengamati penampilan anak di sampingnya. "Apa kamu berbuat sesuatu padanya?""Entah, aku juga tidak tahu, Paman.""Sudahlah. Sebaiknya kita segera kembali!" Wu Sin tak memperpanjang kebingungan mereka. Hal itu justru ia manfaatkan untuk bisa segera keluar dari dalam hutan.Matahari tenggelam membuat keadaan hutan semakin gelap gulita. Wu Sin dan Hou Yi memutuskan untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan besok pagi. Hou Yi menyalakan api unggun, sementara Wu Sin menyajikan ikan kering yang dibeli di Kota Merpati."Bakarlah. Kita tidak akan kelaparan. Aku sudah menyiapkannya bekal perjalanan."Hou Yi menuruti Wu Sin. Namun, ada satu hal yang mengganjal pikirannya sekarang. "Paman, kenapa kita tidak kembali malam ini saja?""Nak, hutan ini terlalu banyak memiliki hewan buas. Aku takut tidak bisa melindungi nyawamu!"Hou Yi mengambil ikan kering untuk dibakar. "Aku harap Bibi Wen memaafkanku karena terlambat pulang!"Perlahan, malam semakin larut. Wu Sin sudah tertidur pulas bersandar di batang pohon, sedangkan Hou Yi masih terbangun melihat api unggun yang mulai meredup.Bocah itu mengerutkan keningnya tak mengerti. "Kenapa api ini tidak bisa menyala lagi? Padahal aku sudah menambahkan kayu bakar!"Api unggun yang berangsur mati itu membuat keadaan semakin gelap gulita. Saat keadaan begitu gelap itulah, Hou Yi tidak mengetahui ia telah berpindah tempat."Di mana aku? Paman ... apakah kamu ada di sana?" ucap Hou Yi begitu panik saat menyadari dirinya sudah tidak berada di tempat yang ada api unggunnya tadi.Tidak ada sahutan dari Wu Sin. Yang ia dengar selanjutnya justru suara Ratu Ular yang begitu puas melihat reaksi kebingungan Hou Yi."Ha-ha-ha! Anak kecil, katakan siapa orang tuamu?" tanyanya yang langsung muncul di hadapan Hou Yi.Hou Yi melihat pedang di tangan Ratu Ular yang terus diasongkan ke arahnya. Bocah tersebut berjengit, mencoba menghindari kemungkinan goresan yang ditimbulkan jika pedang itu terkena kulitnya. "Aku mohon, jangan bunuh aku!"Ratu Ular tersenyum. "Kalau tidak ingin mati, katakan siapa orang tuamu!"Hou Yi tergagap. Ia sama sekali tidak mengingat hal lain selain ia bernama Hou Yi, berusia 4 tahun dan tinggal di panti asuhan. "A-aku ... Aku lupa!"Ratu Ular memukul pelan kepala Hou Yi dengan gagang pedangnya yang tumpul. "Dasar bodoh! Anak macam apa kamu tidak tahu siapa nama orang tuamu!""Aku tidak tahu, tolong jangan bunuh aku--argh!"Ratu ular mencengkram leher Hou Yi. Anak itu terbatuk-batuk saat mendapatkan cengkraman kuat."De-dewi Lanun, tolong aku!" ujarnya terbata-bata.Ratu ular melepaskan cengkramannya dengan wajah serius. Ia menatap tajam ke arah anak di depannya."Katakan siapa kamu sebenarnya, kenapa kamu mengetahui nama Dewi Lanun!"Tiba-tiba saja, Hou Yi terpikirkan nama tersebut. Sebuah ingatan singkat yang samar-samar itu pun kembali membayang."Dewi Lanun pernah bilang, aku tidak harus memberitahu identitas asliku kepada orang lain!" gumam Hou Yi merangkak mundur."Baiklah kalau tidak mau bicara, aku akan memaksamu!" ucap Ratu ular menjentikkan jari.BRUK!Hou Yi terguling di kehampaan tanpa dasar. Ia memuntahkan seteguk darah segar.Ratu Ular menunjukkan seringai di bibirnya. "Masih tidak mau bicara?" Ia melihat Hou Yi masih kukuh menutup mulutnya meski sudah mengalami beberapa luka akibat jentikan jarinya saja. Ratu Ular menganggukkan kepalanya, menghargai keberanian bocah kecil tersebut."Baiklah, mungkin siksaan yang aku berikan kurang cukup untukmu!"Ratu Ular kemudian memunculkan formasi raksasa. Saat itu juga, Alkemis Wu Sin tiba-tiba muncul lalu memukul wajah Ratu Ular sampai terlempar beberapa meter.BUGH!"Ular sialan, beraninya kau menyiksa anak kecil sepertinya!" Wu Sin marah atas perlakuan Ratu Ular pada Hou Yi. Menurutnya, wanita itu menindas orang yang tidak setimpal dengan kemampuannya. "Dasar pengecut, kalau ingin bertarung hadapi aku!""Sialan, bagaimana dia bisa masuk ke dunia ilusi milikku!" gumam Ratu ular mengamati situasi. Ia kembali berdiri kokoh dan bersiap menghadapi Wu Sin."Paman!" Hou Yi menghampiri Wu Sin. Namun, pria itu menghalanginya untuk mendekat. "Mundurlah, serahkan dia padaku!"Setelah Hou Yi menjauh, Wu Sin berlari dengan tubuh diselimuti kobaran api. "Meskipun kamu lebih kuat dariku, tapi aku adalah murid Dewa Xia!" Wu Sin melayangkan serangan lebih dulu.Satu nama yang diucapkan Wu Sin membuat Ratu Ular tercengang. Namun, hal itu tak berlangsung lama, sebab detik berikutnya, Ratu Ular kembali menimbulkan gemuruh.BRUAK!"Aku hanya ingin tahu siapa anak itu!" Ratu Ular balas memukul wajah Wu Sin.Saling serang antara Ratu Ular dan Wu Siin menimbulkan ruang kehampaan itu retak."Dia hanyalah anak yatim-piatu, jangan coba-coba menyentuhnya!"'Apa?!' Ratu Ular tercengang mendengar satu lagi fakta tentang bocah pencuri tanamannya. Hanya ada satu panti asuhan yang berada di dekat hutan belantara ini. Dan ... Ia tidak ingin melanggar sumpahnya untuk tidak menyerang dan menjaga anak-anak panti asuhan tersebut. Karena itu, Ratu Ular segera mundur. Kemarahan tidak lagi terlihat di wajahnya."Maafkan aku, pergilah dari hutan ini. Aku tidak akan pernah berurusan dengan panti asuhan yang ada di hutan ini!"Namun, rupanya perkataan Ratu Ular dianggap meremehkan kemampuan Wu Sin. Pria tersebut berlari dengan kecepatan tinggi, bersiap untuk menerjang musuh di hadapannya. "Kurang ajar, kamu meremehkanku?!"Ratu ular menjentikkan jari membuat Wu Sin terlempar mundur. "Jangan pancing kemarahanku! Aku bisa saja membunuh kalian berdua!"Di antara dua orang dewasa yang sedang bersitegang itu, Hou Yi didera kebingungan sendiri. Sedari tadi, ia menangkap Ratu Ular ingin tahu perihal identitas dirinya. Ia begitu penasaran, mengapa orang seperti Ratu Ular, penguasa dan penjaga hutan belantara ingin mengetahui tentang dirinya?"Tunggu dulu!" Hou Yi menyela perdebatan keduanya."Kenapa kamu menanyakan orang tuaku dan siapa aku?!"Ratu Ular melepas pandangannya ke arah Wu Sin dan menatap serius ke arah Hou Yi."1000 tahun, semenjak keturunan terakhir keluarga Hou terbunuh oleh orang-orang Dewa Quan, saat itu juga dunia mengalami kekacauan besar." Mata Ratu Ular mengobar merah begitu mengatakan hal tersebut. "Perang di mana-mana. Penduduk bumi banyak yang tewas, benua-benua terbelah membentuk jurang dalam, kerangka bumi mengalami retakan akibat perang berkepanjangan, bahkan ada benua yang hilang akibat bencana alam!" Ratu Ular mengepalkan tangannya erat pada pedangnya.Hou Yi menyimak cerita Ratu Ular dengan serius. "Lalu?"Ratu Ular kembali melanjutkan pembicaraannya. "Kekacauan yang ditimbulkan dari peristiwa 1000 tahun lalu itu berlangsung selama 700 tahun." Ratu Ular menjeda kalimatnya. Ia menatap lekat pada mata Hou Yi, lalu menengadahan kepalanya kembali "Sebelum kekacauan itu terjadi, sudah ada ramalan yang mengatakan kalau dunia akan bergejolak. Dan setelah 1000 tahun, akan ada anak yang lahir ke dunia untuk mengembalikan semua keadaan seperti era kejayaan Raja Jia Lin." Wanita itu tidak menampik bahwa ia menduga anak yang diramalkan itu adalah Hou Yi, pencuri tanaman obat miliknya."Siapa Raja Jia Lin?" Hou Yi bertanya kembali. Ia ingat, Nyonya Wen pernah menyebut nama yang sama, hanya saja pengetahuan wanita tua itu terbatas."Dia adalah Raja yang menguasai setengah belahan dunia, tapi sayang Raja Jia Lin memilih menjadi budak Dewa Quan!"Ratu Ular menutup kalimatnya dengan emosi yang berapi-api. Wu Sin yang menyaksikan bagaimana Ratu Ular mengungkit masa lalu pedih itu pun bertindak."Maaf Ratu ular, sebaiknya kamu tidak mengungkit masa lalu yang pernah terjadi." Kalimat Wu Sin membuat Ratu Ular kembali menatapnya, menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya. "Aku, Wu Sin ... juga pernah mendengar cerita guruku, Dewa Xia, kalau perang belum selesai dan hanya berhenti sementara!"Hou Yi yang masih menyimak pun mengambil sebuah kesimpulan. "Apakah itu berarti ...."Ep 7. Gadis Nakal Hai Rong "Apakah itu berarti ...." Hou Yi menatap Wu Sin sebelum melanjutkan ucapannya. "Peperangan ini hanya berhenti sementara, dan akan dilanjutkan ketika kondisi mereka telah pulih?" lanjut Hou Yi bertanya.Wu Sin menganggukkan kepalanya. "Benar."Wu Sin ingat, keadaan saat itu sangat kacau. Selama 700 tahun berperang, jumlah korban dan pihak yang terlibat tidak terhitung jumlahnya. Dari perang tersebut juga banyak pihak yang mengambil kesempatan untuk mendapatkan wilayah kekuasaan. Contohnya kerajaan besar yang dulunya dipimpin Raja Jia Lin terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil, salah satunya adalah kerjaan Xie Xia yang dipimpin oleh Ratu Xie Xia. Ratu Xie Xia adalah putri Dewa Xia dan Dewi Xie, sedangkan keturunan asli dari keluarga Jia tidak mendapatkan satupun kekuasaan. Sekarang, keluarga Jia yang memiliki darah keturunan Raja Jia Lin bertahan hidup dengan cara sembunyi-sembunyi.Ratu Ular menoleh ke arah Wu Sin dan Hou Yi, tak ingin pembahasan ini kemb
Ep 08. Hou Yen ( Sisa Jiwa )"Siapa kamu?!!" Hou Yi bangkit dari posisi tidurnya. Ia menatap sekumpulan kabut hitam yang berdiri tidak jauh dari dirinya. "Ka-kamu hantu??"Wajahnya seketika memucat. Detak jantungnya memacu, ketakutan mulai menjalar di tubuh anak usia 4 tahun karena dipikirnya ia melihat sebuah hantu. Saat Hou Yi hendak beranjak dari ranjang dan berteriak untuk meminta tolong, kabut asap itu kembali berbicara."Hust… jangan berteriak. Aku bukan hantu, tapi sisa jiwa yang seharusnya sudah mati," ujar kabut tersebut semakin mendekat kepada Hou Yi.Hou Yi memanjangkan tangannya dan merangkak mundur. "Jangan mendekat!" Mata Hou Yi kemudian membelalak saat kumpulan kabut tersebut menjelma menjadi menjadi sesosok kakek. Dialah Hou Yen. "Sebagai laki-laki, air mata adalah harta karun yang sulit didapatkan. Jangan jatuhkan air matamu karena masalah sepele seperti ini!" Hou Yi menyapu air matanya. "Aku tidak menangis!" Hou Yen kemudian tertawa. Sosok di hadapannya benar-ben
Ep 09. Keributan di panti asuhan Hantu kabut memberikan saran untuk membantu Hou Yi membersihkan beberapa titik tubuh dengan cara menggunakan metode kuno, bahan yang dibutuhkan adalah api unggun dan satu genggam garam. Bocah kecil berjalan menuju dapur lalu mengambil satu genggam garam, setelah berjalan menuju halaman belakang. Hoi Yi sudah menyalakan api unggun, ia duduk bersila menunggu Hantu kabut memulai metode kuno. Setelah api berkobar cukup besar, satu genggam garam ditaburkan membuat api menghilang namun masih bisa dirasakan suhu panasnya."Kemana api tadi?""Ada di depanmu… sekarang bersiaplah untuk menahan energi masuk dalam jumlah besar!""Baik, tadi itu serbuk apa?!""Garam gunung es!"Sinar rembulan di tutupi kabut awan, langit bergemuruh menandakan ingin turun hujan, saat itu juga hantu kabut membuat energi api tak terlihat masuk ke dalam tubuh bocah kecil."Tahanlah…!""I-iya!" Tubuh Hou Yi mengeluarkan darah segar dari kulitnya, semua darah tersebut adalah darah ko
"Bunuh dia!" Hou Yi berdiri memegang perutnya yang terluka. Ia sudah bisa memperhitungkan, pasukan Raja Jia Lin yang baru saja ia bunuh pasti akan mengejarnya sampai ke rumah. Beruntung, ia sudah menitipkan 'benda pusaka' 10 jarum emas, pada burung kecil peliharaannya. "Jendral Jia Yu, harusnya kamu tidak menyalahkanku." Hou Yi berujar dengan suara lemahnya. Sambil memegang perutnya yang terluka, ia kembali berbicara. "Apakah kalian lupa siapa yang membantai keluargaku 10 tahun lalu?" tanyanya dengan seringai tipis. Ia kembali mengingat tragedi pembantaian Keluarga Hou yang dipimpin oleh Raja Jia Lin.Raja Jia Lin adalah seorang raja sekaligus ksatria yang paling ditakuti, sedangkan Hou Yi adalah assasin kelas dunia yang hanya hidup sebatang kara tanpa memiliki keluarga. Namun, berkat kemampuannya, Hou Yi mampu mengalahkan sang raja seorang diri. Hou Yi puas karena berhasil membalas perbuatan raja tersebut meski dirinya sendiri menerima luka yang tidak kalah parah. Jubah putihnya terko
Alam kematian 1000 tahun setelah kematian Hou Yi."De-dewi Lanun, tolong hentikan melodi yang kamu mainkan!"Di alam kematian, seorang bidadari tengah memainkan kecapinya. Tubuh Hou Yi bergetar hebat ketika mengetahui siapa yang ada di depannya. Ia adalah Dewi Lanun, wanita abadi yang memiliki sifat pemalu. Dewi Lanun meneteskan air mata darah sambil terus memainkan melodi tersebut. "Kamu gagal menjaga kedamaian dunia. Karenamu, dunia benar-benar hancur, karenamu juga mereka saling membunuh satu sama lain!""Dewi Lanun, kenapa kamu menyalahkan diriku?" Hou Yi tidak habis pikir. Ia sama sekali tidak memerintahkan siapa pun untuk saling membunuh, tetapi ... seperti yang Dewi Lanun bilang, kekacauan usai kematiannya tidak terhindari.Kematian Hou Yi membuat Dewa Xia dan Dewi Xie marah besar dan menyerang pasukan Dewa Quan. Belum lagi, aksi balas dendam dari guru Hou Yi, Hou Yen, yang tidak terima muridnya terbunuh dengan cara yang begitu keji.Dewi Lanun tersenyum miring. "Aku sudah bilang un
"Hou Yi, kamu bisa melakukan gerakan itu?" Nyonya Wen menghentikan gerakannya saat mendengar kalimat-kalimat keterkejutan dari anak-anak yang lain. Mata wanita itu langsung mengarah pada satu bocah yang begitu sempurna menirukan gerakannya. "Apakah kamu bisa melakukannya sendiri?"Hou Yi menggaruk kepalanya. Ia pun kebingungan untuk menjawab. Sebab, tubuhnya terasa bergerak otomatis ketika melihat Nyonya Wen memperagakan tarian tersebut. "Aku tidak bisa. Aku hanya mengikuti gerakan yang Bibi lakukan." Nyonya Wen mengerutkan dahinya mendengar jawaban Hou Yi. Tarian pedang yang ia tunjukkan tadi terbilang sulit, bahkan orang dewasa dengan tingkatan ilmu yang tinggi pun belum tentu bisa memperagakannya dengan sempurna. Namun, Hou Yi, bocah berusia 4 tahun yang kerap dianggap 'sampah' dan 'cacat' oleh yang lain, ternyata mampu melakukannya dengan sempurna. Nyinya Wen kemudian mengambil pedang kayu dan meminta Hou Yi kembali menirukan gerakannya. "Sekarang, coba kamu ikuti gerakan ini!" Ho
"Lalu, apakah Dewa Quan mati di tangan mereka?"Pertanyaan Hou Yi membuat Nyonya Wen menoleh padanya beberapa detik, sebelum menengadah ke langit dengan pandangan yang tidak bisa ia artikan."Sayangnya, tidak ada yang tahu tentang hal itu." Embusan napas panjang terdengar dari bibir Nyonya Wen. Wanita itu kembali berujar setelahnya. "Namun yang kudengar, ketika peperangan itu masih berlangsung ... Mereka menghilang. Jadi, kemungkinan besar mereka semua masih hidup."Setelah beberapa menit melakukan perjalanan, akhirnya dua sosok beda usia memasuki gerbang kota lalu menuju pasar untuk membeli bahan makanan. Namun, langkah kaki Hou Yi berhenti saat melihat tanaman obat tersusun rapi di atas meja seorang penjual."Hei, Nak, apa yang kamu lihat? Apakah kamu ingin mencuri tanaman obat milikku?!" Seruan penjual tersebut menyentak Hou Yi. Pandangannya yang semula mengarah pada tanaman obat yang dijual kini mengarah kepada si penjual tanaman tersebut."Aku bukan pencuri, aku hanya ingin melihat bu
"Luar biasa!"Hou Yi melonjak kegirangan di pagi hari saat merasakan tubuhnya begitu membaik. Efek ramuan obat yang ia minum sebelum tidur semalam bekerja dengan baik. Wajahnya kini nampak putih bersih, tubuhnya pun juga terasa lebih ringan daripada sebelumnya. "Sepertinya aku harus mencari tanaman obat agar semua kecacatan di dalam tubuh pulih sepenuhnya!" ujarnya dengan tekad yang begitu membara.Ramuan obat yang diminum Hou Yi semalam berkhasiat membersihkan organ tubuh yang mengalami kerusakan. Tubuh Hou Yi mengalami kecacatan yang sangat parah. Hou Yi kemudian meminta izin untuk libur latihan kepada Nyonya Wen. Ia berencana pergi ke hutan untuk mencari tanaman obat berkualitas tinggi. Setelah mendapatkan izin, Hou Yi segera berlari meninggalkan panti asuhan."Hei, jangan lupa kembali!" Teriakan Nyonya Wen terdengar di belakang.Hou Yi berbalik tanpa memelankan lajunya dan berteriak, "Iya, Bibi. Aku akan kembali sebelum matahari sore!" Kemudian, tubuh kecilnya memasuki hutan lebat.H
Ep 09. Keributan di panti asuhan Hantu kabut memberikan saran untuk membantu Hou Yi membersihkan beberapa titik tubuh dengan cara menggunakan metode kuno, bahan yang dibutuhkan adalah api unggun dan satu genggam garam. Bocah kecil berjalan menuju dapur lalu mengambil satu genggam garam, setelah berjalan menuju halaman belakang. Hoi Yi sudah menyalakan api unggun, ia duduk bersila menunggu Hantu kabut memulai metode kuno. Setelah api berkobar cukup besar, satu genggam garam ditaburkan membuat api menghilang namun masih bisa dirasakan suhu panasnya."Kemana api tadi?""Ada di depanmu… sekarang bersiaplah untuk menahan energi masuk dalam jumlah besar!""Baik, tadi itu serbuk apa?!""Garam gunung es!"Sinar rembulan di tutupi kabut awan, langit bergemuruh menandakan ingin turun hujan, saat itu juga hantu kabut membuat energi api tak terlihat masuk ke dalam tubuh bocah kecil."Tahanlah…!""I-iya!" Tubuh Hou Yi mengeluarkan darah segar dari kulitnya, semua darah tersebut adalah darah ko
Ep 08. Hou Yen ( Sisa Jiwa )"Siapa kamu?!!" Hou Yi bangkit dari posisi tidurnya. Ia menatap sekumpulan kabut hitam yang berdiri tidak jauh dari dirinya. "Ka-kamu hantu??"Wajahnya seketika memucat. Detak jantungnya memacu, ketakutan mulai menjalar di tubuh anak usia 4 tahun karena dipikirnya ia melihat sebuah hantu. Saat Hou Yi hendak beranjak dari ranjang dan berteriak untuk meminta tolong, kabut asap itu kembali berbicara."Hust… jangan berteriak. Aku bukan hantu, tapi sisa jiwa yang seharusnya sudah mati," ujar kabut tersebut semakin mendekat kepada Hou Yi.Hou Yi memanjangkan tangannya dan merangkak mundur. "Jangan mendekat!" Mata Hou Yi kemudian membelalak saat kumpulan kabut tersebut menjelma menjadi menjadi sesosok kakek. Dialah Hou Yen. "Sebagai laki-laki, air mata adalah harta karun yang sulit didapatkan. Jangan jatuhkan air matamu karena masalah sepele seperti ini!" Hou Yi menyapu air matanya. "Aku tidak menangis!" Hou Yen kemudian tertawa. Sosok di hadapannya benar-ben
Ep 7. Gadis Nakal Hai Rong "Apakah itu berarti ...." Hou Yi menatap Wu Sin sebelum melanjutkan ucapannya. "Peperangan ini hanya berhenti sementara, dan akan dilanjutkan ketika kondisi mereka telah pulih?" lanjut Hou Yi bertanya.Wu Sin menganggukkan kepalanya. "Benar."Wu Sin ingat, keadaan saat itu sangat kacau. Selama 700 tahun berperang, jumlah korban dan pihak yang terlibat tidak terhitung jumlahnya. Dari perang tersebut juga banyak pihak yang mengambil kesempatan untuk mendapatkan wilayah kekuasaan. Contohnya kerajaan besar yang dulunya dipimpin Raja Jia Lin terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil, salah satunya adalah kerjaan Xie Xia yang dipimpin oleh Ratu Xie Xia. Ratu Xie Xia adalah putri Dewa Xia dan Dewi Xie, sedangkan keturunan asli dari keluarga Jia tidak mendapatkan satupun kekuasaan. Sekarang, keluarga Jia yang memiliki darah keturunan Raja Jia Lin bertahan hidup dengan cara sembunyi-sembunyi.Ratu Ular menoleh ke arah Wu Sin dan Hou Yi, tak ingin pembahasan ini kemb
Bab 6. Hari Pertama Hou Yi "Hou Yi!" Wu Sin begitu panik saat melihat ratu ular bersiap mengeluarkan jurusnya. Namun, hal yang ditakutkan Wu Sin justru tak terjadi.Ada sebuah energi yang begitu kuat dari dalam tubuh Hou Yi yang aktif saat merasakan ada bahaya. Hal tersebut membuat Ratu Ular terdorong mundur dengan perasaan terkejut."Pewaris Giok Hitam!" gumam Ratu Ular. Ia bisa menebak energi yang terpancar dari tubuh bocah kecil yang mencuri tanamannya. "Siapa anak ini sebenarnya? Aku tidak seharusnya membunuh orang yang memiliki energi giok hitam!"Tanpa banyak berkata, Ratu Ular pun pergi meninggalkan tempat tersebut. Wu Sin dan Hou Yi menggaruk kepalanya, mereka kebingungan. "Kenapa dia pergi?" ucap Wu Sin mengamati penampilan anak di sampingnya. "Apa kamu berbuat sesuatu padanya?""Entah, aku juga tidak tahu, Paman." "Sudahlah. Sebaiknya kita segera kembali!" Wu Sin tak memperpanjang kebingungan mereka. Hal itu justru ia manfaatkan untuk bisa segera keluar dari dalam hutan.
"Luar biasa!"Hou Yi melonjak kegirangan di pagi hari saat merasakan tubuhnya begitu membaik. Efek ramuan obat yang ia minum sebelum tidur semalam bekerja dengan baik. Wajahnya kini nampak putih bersih, tubuhnya pun juga terasa lebih ringan daripada sebelumnya. "Sepertinya aku harus mencari tanaman obat agar semua kecacatan di dalam tubuh pulih sepenuhnya!" ujarnya dengan tekad yang begitu membara.Ramuan obat yang diminum Hou Yi semalam berkhasiat membersihkan organ tubuh yang mengalami kerusakan. Tubuh Hou Yi mengalami kecacatan yang sangat parah. Hou Yi kemudian meminta izin untuk libur latihan kepada Nyonya Wen. Ia berencana pergi ke hutan untuk mencari tanaman obat berkualitas tinggi. Setelah mendapatkan izin, Hou Yi segera berlari meninggalkan panti asuhan."Hei, jangan lupa kembali!" Teriakan Nyonya Wen terdengar di belakang.Hou Yi berbalik tanpa memelankan lajunya dan berteriak, "Iya, Bibi. Aku akan kembali sebelum matahari sore!" Kemudian, tubuh kecilnya memasuki hutan lebat.H
"Lalu, apakah Dewa Quan mati di tangan mereka?"Pertanyaan Hou Yi membuat Nyonya Wen menoleh padanya beberapa detik, sebelum menengadah ke langit dengan pandangan yang tidak bisa ia artikan."Sayangnya, tidak ada yang tahu tentang hal itu." Embusan napas panjang terdengar dari bibir Nyonya Wen. Wanita itu kembali berujar setelahnya. "Namun yang kudengar, ketika peperangan itu masih berlangsung ... Mereka menghilang. Jadi, kemungkinan besar mereka semua masih hidup."Setelah beberapa menit melakukan perjalanan, akhirnya dua sosok beda usia memasuki gerbang kota lalu menuju pasar untuk membeli bahan makanan. Namun, langkah kaki Hou Yi berhenti saat melihat tanaman obat tersusun rapi di atas meja seorang penjual."Hei, Nak, apa yang kamu lihat? Apakah kamu ingin mencuri tanaman obat milikku?!" Seruan penjual tersebut menyentak Hou Yi. Pandangannya yang semula mengarah pada tanaman obat yang dijual kini mengarah kepada si penjual tanaman tersebut."Aku bukan pencuri, aku hanya ingin melihat bu
"Hou Yi, kamu bisa melakukan gerakan itu?" Nyonya Wen menghentikan gerakannya saat mendengar kalimat-kalimat keterkejutan dari anak-anak yang lain. Mata wanita itu langsung mengarah pada satu bocah yang begitu sempurna menirukan gerakannya. "Apakah kamu bisa melakukannya sendiri?"Hou Yi menggaruk kepalanya. Ia pun kebingungan untuk menjawab. Sebab, tubuhnya terasa bergerak otomatis ketika melihat Nyonya Wen memperagakan tarian tersebut. "Aku tidak bisa. Aku hanya mengikuti gerakan yang Bibi lakukan." Nyonya Wen mengerutkan dahinya mendengar jawaban Hou Yi. Tarian pedang yang ia tunjukkan tadi terbilang sulit, bahkan orang dewasa dengan tingkatan ilmu yang tinggi pun belum tentu bisa memperagakannya dengan sempurna. Namun, Hou Yi, bocah berusia 4 tahun yang kerap dianggap 'sampah' dan 'cacat' oleh yang lain, ternyata mampu melakukannya dengan sempurna. Nyinya Wen kemudian mengambil pedang kayu dan meminta Hou Yi kembali menirukan gerakannya. "Sekarang, coba kamu ikuti gerakan ini!" Ho
Alam kematian 1000 tahun setelah kematian Hou Yi."De-dewi Lanun, tolong hentikan melodi yang kamu mainkan!"Di alam kematian, seorang bidadari tengah memainkan kecapinya. Tubuh Hou Yi bergetar hebat ketika mengetahui siapa yang ada di depannya. Ia adalah Dewi Lanun, wanita abadi yang memiliki sifat pemalu. Dewi Lanun meneteskan air mata darah sambil terus memainkan melodi tersebut. "Kamu gagal menjaga kedamaian dunia. Karenamu, dunia benar-benar hancur, karenamu juga mereka saling membunuh satu sama lain!""Dewi Lanun, kenapa kamu menyalahkan diriku?" Hou Yi tidak habis pikir. Ia sama sekali tidak memerintahkan siapa pun untuk saling membunuh, tetapi ... seperti yang Dewi Lanun bilang, kekacauan usai kematiannya tidak terhindari.Kematian Hou Yi membuat Dewa Xia dan Dewi Xie marah besar dan menyerang pasukan Dewa Quan. Belum lagi, aksi balas dendam dari guru Hou Yi, Hou Yen, yang tidak terima muridnya terbunuh dengan cara yang begitu keji.Dewi Lanun tersenyum miring. "Aku sudah bilang un
"Bunuh dia!" Hou Yi berdiri memegang perutnya yang terluka. Ia sudah bisa memperhitungkan, pasukan Raja Jia Lin yang baru saja ia bunuh pasti akan mengejarnya sampai ke rumah. Beruntung, ia sudah menitipkan 'benda pusaka' 10 jarum emas, pada burung kecil peliharaannya. "Jendral Jia Yu, harusnya kamu tidak menyalahkanku." Hou Yi berujar dengan suara lemahnya. Sambil memegang perutnya yang terluka, ia kembali berbicara. "Apakah kalian lupa siapa yang membantai keluargaku 10 tahun lalu?" tanyanya dengan seringai tipis. Ia kembali mengingat tragedi pembantaian Keluarga Hou yang dipimpin oleh Raja Jia Lin.Raja Jia Lin adalah seorang raja sekaligus ksatria yang paling ditakuti, sedangkan Hou Yi adalah assasin kelas dunia yang hanya hidup sebatang kara tanpa memiliki keluarga. Namun, berkat kemampuannya, Hou Yi mampu mengalahkan sang raja seorang diri. Hou Yi puas karena berhasil membalas perbuatan raja tersebut meski dirinya sendiri menerima luka yang tidak kalah parah. Jubah putihnya terko