"Hari ini akan menjadi hari terakhirmu, dan aku berjanji jika tidak akan ada cela sedikitpun untuk kau menyelamatkan diri."Arabella membelalakan matanya melihat layar ponsel yang Gerald lemparkan ke arahnya. Sebuah foto yang sengaja ia ambil secara diam-diam saat Gerald sedang bersama dengan Jessi di sebuah kamar. Bagaimana Gerald bisa tahu jika dia yang mengirimkan foto itu kepada Ana? Padahal Arabella sudah berusaha agar identitasnya tidak ketahuan kalau ia yang mengirim foto tersebut.Gerald kembali membawa Arabella ke rumah kosong. Sepanjang perjalanan Arabella tidak melawan dan hanya duduk diam. "Seret dia masuk." perintah Gerald kepada dua laki-laki berbadan besar.Dua laki-laki bertubuh besar itu membawa Arabella masuk. Badan Arabella diikat di sebuah kursi seperti sebelumnya. Ia kembali duduk di ruangan yang sama saat Gerald akan membakarnya hidup-hidup. Mata Arabella bergerak kesana kemari, ia mulai merasa ketak
Gerald mendongakkan kepalanya dan ia menemukan Ana yang sedang berdiri di ruang kerjanya. Gerald menghembuskan nafasnya, tadi ia berpikir jika mungkin Jane yang kembali ke ruangannya tapi ternyata bukan. Gerald melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya."Kenapa kemari, jika ada sesuatu kau bisa meneleponku tidak perlu repot-repot datang kemari." ujar Gerald.Ana mengerucutkan bibirnya kesal. Gerald berkata seolah laki-laki itu tidak suka ia datang ke kantornya. Ana melangkah mendekat ke arah meja kerja Gerald dengan kotak bekal di tangannya. Diletakkannya kotak bekal itu dihadapan Gerald.Gerald menaikkan satu alisnya menatap kotak bekal di hadapannya. Gerald tahu apa isi di dalam kotak bekal itu. Ia hanya tidak habis pikir kenapa Ana membawanya kemari. Padahal perempuan itu tahu jika ia bisa sarapan di kantor.Tok tok "Masuk." Saat memasuki ruangan Gerald, Jack dibuat terkejut dengan k
"Sir, jet anda telah siap." Mendengar itu Gerald langsung naik ke dalam jet pribadinya. Ia membeli jet ini dengan jerih payah dan banyak waktu yang ia habiskan. Gerald membeli jet bukan untuk terlihat kaya meski ia memang kaya. Ia membeli jet pribadi karena ia harus sering bolak-balik ke luar negeri dengan jam tak menentu. Ia tidak bisa menunggu jadwal penerbangan umum, itu akan membuat waktunya terbuang dan membuang uangnya. Bahkan dalam waktu satu menit ia bisa menghasilkan lima ratus dollar saat ia tertidur. Apalagi saat ia benar-benar bekerja? Pasti dia akan menghasilkan dua sampai lima kali lipat dalam satu menit.Biasanya Gerald menghabiskan waktu perjalanannya untuk beristirahat karena saat kakinya sudah menapaki tanah maka akan sulit untuk mencari waktu istirahat baginya. Tapi dalam perjalanan ini ia tidak bisa untuk beristirahat dengan tenang. Yang pertama karena ada masalah besar yang harus ia pikirkan mengenai kebakaran kebun anggur miliknya yang pastinya membuatnya rugi j
"Aku merindukanmu." "Ah aku sudah gila bisa mendengar suara Gerald dalam mimpi, tapi kenapa ini terasa sangat nyata?" gumam Ana sambil tersenyum-senyum sendiri dengan kedua mata yang terpejam.Benar terpejam. Ana mengigau dalam tidurnya dan ia tanpa sengaja menghubungi Gerald saat ia dalam keadaan tidak sadar. Ana kembali tertidur lelap tetapi ponselnya masih menyala bahkan panggilannya masih terhubung.Disisi lain Gerald tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Ia jadi sangat ingin melihat bagaimana reaksi menggemaskan Ana saat ini. Ana dan tingkahnya yang membuat Gerald tersenyum. "Sir rapat sudah siap." Jack kembali datang untuk memberitahu Gerald jika rapat telah siapa.Ia memang mengumpulkan para petani dan pengurus perkebunan untuk membicarakan kebakaran yang terjadi. "Hmm." Gerald segera mematikan sambungan teleponnya.***"Kemana perempuan itu pergi? Bisa-bisanya ia tidak memberi kabar selama tiga hari ini." dumel Jane sambil memandang kesal ke kontak Arabella yang tidak bisa d
"Non ada apa?" tanya bi Asri dengan wajah khawatir ketika membuka pintu kamar Ana."Maaf bi aku nggak sengaja jatuhin gelasnya." ujar Ana dengan suara lemah. Tadi ketika ia ingin minum dan saat mengambil gelas di samping tempat tidurnya, ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu. "Untung non nggak kenapa-napa." bi Asti menghela nafas lega. "Yaudah biar bibi bersihin pecahan gelasnya.""Maaf jadi ngerepotin bibi." Ana merasa tidak enak karena terus merepotkan bi Asri. Coba saja jika ia tidak sakit maka ia akan membereskan kekacauan yang ia buat."Nggak papa non, memang sudah tugas bibi." Ana tersenyum mendengarnya. Bi Asri membuatnya teringat akan almarhum neneknya ketika masih hidup. Ana jadi ingin sekali mengunjungi makam neneknya. Sudah lama juga ia tidak berkunjung ke makam neneknya. "Bibi ambilkan makan sama minumnya dulu ya non." ***"Una volta risolto questo pasticcio, chiedi a tutti i contadini di tornare a piantare nuovi semi. E ricorda che la qualità delle uve prodotte dev
"Gerald!!" Sebuah teriakan yang sangat kencang menggema di seisi ruangan. Gerald dan bi Asri sama-sama memalingkan wajahnya menatap ke arah asal suara tersebut. Ana dengan senyum lebarnya berlari ke arah Gerald. "Jangan lari Ana!" peringat Gerald. Laki-laki itu dibuat spot jantung kala melihat Ana hampir saja terjungkal ke depan karena tidak melihat jalan.Setelah hampir terjungkal Ana tetap berlari ke arah Gerald dengan wajah berseri-seri. Sesampainya di hadapan Gerald Ana langsung meloncat ke arah laki-laki itu. Kedua kakinya melingkari pinggang Gerald dan kedua tangannya melingkar dengan erat di leher Gerald.Untungnya dengan sigap Gerald menahan tubuh Ana. Tubuhnya harus mundur satu langkah akibat gerakan Ana yang terlalu tiba-tiba.Ana semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan tubuhnya masih setia berada di gendongan Gerald. Ia terlihat seperti koala yang bergelantungan di atas pohon. Kepalanya ia cerukan di leher Gerald sambil menghirup wangi tubuh Gerald dalam-dalam. Dua hari ia
"Bagaimana dok keadaan istri saya?" tanya Gerald dengan wajah ingin tahu."Bisa beritahu saya keluhan apa saja yang bu Ana rasakan?" tanya dokter perempuan itu.Benar, Gerald memang sengaja mencari dokter perempuan untuk memeriksa Ana. Padahal yang seharusnya saat ini bekerja adalah dokter laki-laki. Gerald keras kepala dan akhirnya ia menawarkan untuk membayar lima kali lipat dengan syarat jika dokter yang memeriksa Ana harus berjenis kelamin perempuan."Mual, pusing, lemas, tapi mual saya hanya air saja dok." keluh Ana.Dokter itu tersenyum penuh arti. "Untuk memastikan keadaan ibu Ana, saya menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter Hana." dokter tersebut menulis sesuatu di atas kertas yang entah berisi apa Ana sendiri sulit membacanya."Dokter Hana? Apa saya ada penyakit dalam dok? Apa saya akan di operasi?" tanya Ana dengan perasaan takut jika dirinya harus sampai di operasi.Gerald mengusap tangan Ana mencoba menenangkan perempuan itu. Ia juga jadi khawat
"Nggak mungkin!" Jane menatap foto di depannya dengan pandangan tidak percaya. Selama dua hari ini ia menyuruh seorang mata-mata untuk mencari keberadaan Arabella. Dan alangkah terkejutnya saat mengetahui apa yang terjadi pada perempuan itu. Ia mendapati berita jika Arabella telah tiada. Dan orang yang telah membunuh Arabella adalah Gerald kakak tirinya sendiri. Wajah Jane berubah menjadi pucat, ia memikirkan bagaimana jika Gerald mengetahui kalau selama ini ia juga ikut terlibat membantu Arabella untuk menghancurkan hubungannya dengan Ana. Apa Gerald juga akan membunuhnya dan membakarnya seperti dia membunuh Arabella? Jika Gerald dengan mudahnya bisa membunuh adik tirinya sendiri yang memiliki ikatan darah dengannya, tentu saja Gerald akan dengan mudah membunuhnya bukan?Jane berjalan mondar-mandir memikirkan cara agar dirinya tidak ketahuan kalau ia juga terlibat. Ia menjentikkan jarinya, sebuah ide terlintas di kepalanya. Jika ia berhasil membuat Gerald kembali jatuh cinta padanya