"Plak."Tamparan ini sangat kuat hingga membuat wajahku terasa terbakar.Aku takut dan kesal.Aku kesal karena ditampar.Aku takut, tetapi aku bersyukur tamparan ini mengenaiku, bukan mengenai wajah Nancy.Helena bukan wanita biasa, begitu pula dengan Nancy.Kalau Helena menampar Nancy, Nancy tidak akan menyudahi masalah ini begitu saja.Aku menggenggam wajahku sambil berkata dengan tertekan, "Nona Helena, setelah pukul aku, amarahmu sudah mereda, 'kan?"Helena memandangku dengan tidak tega. "Haish, kamu ngapain? Aku mau pukul wanita itu, kenapa kamu lari ke depanku?"Aku berpikir dalam hati, 'Aku mana mungkin membiarkanmu memukulnya?'Kalau aku membiarkan memukulnya, kalian mungkin akan menghabisi satu sama lain.Aku hanya bisa menjelaskan, "Kalian semua adalah pelangganku, aku nggak mau lihat kalian bertengkar."Helena mendelik Nancy dengan galak, lalu berkata, "Oke, demi kamu, aku nggak buat perhitungan dengannya."Aku merasa lega, tetapi Kak Nancy yang berada di belakangku malah be
Setelah aku tersadar, aku mendorong Kak Nancy menjauh."Kak Nancy, apa yang kamu lakukan?""Hehe, tadi aktingku bagus, nggak?" tanya Kak Nancy sambil tersenyum manis.Aku tercengang. Sebenarnya apa yang terjadi?Setelah beberapa saat, aku berkata, "Apa maksudmu? Tadi, kamu sengaja?""Kalau nggak? Dia cuma wanita simpanan, buat apa bertengkar dengannya?"Kak Nancy sangat santai, tidak terlihat seperti sedang berpura-pura.Namun, aku kebingungan.Kemampuan aktingnya sungguh menakjubkan.Aku sama sekali tidak menyadari ada yang aneh.Aku bertanya dengan heran, "Tapi, kenapa kamu melakukan itu?"Kak Nancy merangkul leherku sambil berkata dengan genit, "Kalau aku nggak seperti itu, kamu bakal bawa aku ke sini?""Teddy, aku datang untuk temui kamu, tapi kamu malah didampingi wanita cantik."Ucapan Kak Nancy membuatku teringat bahwa suaminya, Carmin sudah pulang, kok dia berani datang menemuiku?Mengingat adegan dia bermesraan dengan suaminya, aku agak kesal.Aku otomatis menurunkan lengannya
"Kok kamu seperti itu? Kalau kamu nggak mau menjadi istri dan ibu yang baik, jangan menikah."Aku makin tidak memahaminya. Bagaimana bisa ada wanita seperti ini?Nancy mencubit pinggangku dengan kuat. "Kuperingatkan terakhir kali. Berhenti berbicara dengan nada seperti ini, kalau nggak, kuhabisi kamu."Saat ini, aku sangat marah dan tidak ingin mendengarkannya.Aku merasa dia mempermainkanku dan suaminya.Nancy menghiburku dengan tenang. "Edo, kamu masih terlalu muda, kukasih tahu pun, kamu nggak mengerti. Waktu kamu mulai dewasa, kamu mungkin akan memaklumi tindakanku.""Pada dasarnya, aku memang sulit diatur. Kalau bukan karena dipaksa keluargaku, aku nggak bakal mau menikah.""Aku merasa menikah sangat nggak bermakna. Tapi, karena sudah menikah, aku pun berusaha mempertahankan dan membangun rumah tangga kami.""Menurutku, aku melakukannya dengan baik. Aku berperan menjadi istri dan ibu yang baik.""Tapi, selain menjadi istri dan ibu, aku perlu memikirkan diriku sendiri. Aku juga per
"Kamu pernah bertemu dengan suamiku? Kapan? Waktu di mobil?" tebak Nancy.Aku tidak menjawab.Karena adegan itu kembali melintas di benakku.Nancy mempererat genggamannya hingga tubuhku pun tertekan ke bawah. "Malam itu, benar?"Setelah diusik olehnya, pikiranku menjadi makin kacau.Aku ingin menghindar, tetapi tidak bisa menghindar."Sepertinya kita nggak pernah berhubungan di mobil, mau coba?" Nancy mulai menggodaku lagi.Nafsuku langsung terpancing.Darah di sekujur tubuhku bergejolak.Namun, akal sehatku memberitahuku bahwa aku tidak boleh berbuat seperti itu."Nggak, berhentilah menggodaku. Aku nggak bakal terjebak.""Benaran nggak mau? Berani biarkan aku menyentuhmu?" Sembari berbicara, Nancy memasukkan tangannya ke pakaianku.Dia seperti seekor rubah licik.Aku tahu apa yang ingin dia lakukan.Aku segera meraih tangannya sambil berkata, "Berhentilah berulah, aku masih harus bekerja."Setelah berkata demikian, aku mendorongnya menjauh.Namun, Nancy menjepit pinggangku dengan sala
"Teddy, bukannya kamu bilang nggak bakal sentuh aku lagi?"Setelah berkata demikian, Nancy menatapku sambil tersenyum menawan.Aku malu.Aku memang berkata seperti itu dan bahkan bersumpah dalam hati. Namun kenyataannya, aku menjilat ludah sendiri.Aku pun menyesal.Aku sungguh ingin menampar diriku sendiri.Kenapa aku tidak bisa memutus hubungan dengan wanita ini?Setelah merapikan pakaiannya, Nancy mendatangiku dan mencubit pipiku. "Sudah, jangan sedih. Aku cuma bercanda.""Aku sangat menyukaimu dan kamu nggak boleh nggak menyentuhku."Artinya, wanita ini akan terus menggangguku.Aku sungguh kewalahan.Aku menggaruk rambutku dengan frustrasi.Kemudian, aku menjelaskan padanya, "Tadi salahku, aku nggak seharusnya sentuh kamu. Kuharap itu adalah terakhir kalinya. Ke depannya, sebaiknya kita jangan menghubungi satu sama lain lagi, oke?"Nancy sama sekali tidak marah, dia malah menatapku sambil tersenyum, "Oke, kamu boleh nggak menghubungiku, tapi kamu nggak bisa melarangku menghubungimu
Melihat Bu Yuna akan pergi, aku agak tidak rela.Ketika bergaul dengan Bu Yuna, aku merasa sangat bermartabat dan cerdas.Suasana hatiku sangat baik.Terlebih lagi, sekujur tubuh Bu Yuna memancarkan aura elegan. Aku dapat merasakan bahwa dia memang berasal dari keluarga terpelajar.Namun, aku tidak memiliki alasan untuk melarangnya pergi.Aku memandang Helena dengan tidak berdaya.Helena tiba-tiba berjalan mendekat, tatapannya sangat aneh.Tanpa sadar, aku mundur dua langkah. "Kamu mau apa? Kenapa menatapku seperti ini?"Helena tersenyum menawan dan mengalihkan pandangannya ke salah satu anggota tubuhku. "Tadi, sahabatku ada di sini, aku harus jaga diri. Sekarang, dia sudah pergi, aku nggak usah mengendalikan diri lagi.""Mengendalikan diri apaan? Kamu mau apa?" Aku makin waspada. Karena aku merasa Helena akan melancarkan serangan diam-diam.Dugaanku benar. Setelah mendekatiku, Helena tiba-tiba meraihku.Untungnya, aku tangkas dan langsung menghindar ke samping.Namun, aku cukup kaget.
Bukankah ini mudah?Aku cukup mengatakan bahwa kami tidak melakukan apa pun dan hanya mengobrol.Namun, Helena segera memperingatkanku. "Syaratnya, kamu nggak boleh bohong. Nanti, aku bakal pastikan dengan wanita itu. Kalau kamu ketahuan bohong, habis kamu."Aku berpikir dalam hati, 'Apa wanita ini iblis?'Bisa-bisanya ingin memastikan dengan Kak Nancy?Ini hanya masalah kecil, apa perlu dibesar-besarkan seperti ini?Kenapa aku merasa disudutkan olehnya?Aku sungguh kewalahan. "Nona Helena, apa maksudmu? Kita cuma teman biasa, apa kamu perlu mempersulitku seperti ini?"Helena bertanya padaku, "Aku mempersulitmu? Setiap aku datang buat dipijat, tip yang kukasih kurang banyak?""Cukup banyak.""Kalau begitu, apa aku meremehkan keterampilanmu atau menjelek-jelekkanmu?""Nggak.""Jadi, kenapa kamu bilang aku mempersulitmu?""Kamu terus menanyakan masalah pribadiku, bukankah ini mempersulitku?" Aku mengungkapkan isi hatiku.Helena mendengus dingin, lalu berkata, "Hei, aku kekasih Tiano. Aku
Mendengar ucapan ini, detak jantungku berdebar kencang. Aku segera menjawab dengan ekspresi dingin, "Jangan sembarangan ngomong. Dia kakak iparku, mana mungkin aku punya niat lain padanya?""Hmph, siapa tahu? Bukannya ada pepatah, bermain dengan kakak ipar lebih asyik. Pria memang berbahaya."Aku menjawab dengan acuh tak acuh, "Kalau kamu berpikir demikian, aku bisa apa?"Helena menendangku dengan kakinya. "Jangan melamun, lanjut pijat aku."Aku mengembuskan napas dan berjalan ke hadapannya.Helena kembali berbaring di meja pijat.Aku menuangkan minyak esensial ke tanganku, lalu mulai memijat punggungnya.Sejujurnya, rasanya sangat nikmat.Bagaimanapun, jarang ada wanita yang memiliki punggung secantik ini.Aku berharap Helena berbaring tenang dan tidak lanjut bertanya padaku. Aku kewalahan menjawab pertanyaannya.Namun, wanita ini sangat aktif berbicara.Dia lanjut bertanya padaku, "Kamu punya pacar, nggak? Aku mau dengar jawaban jujur."Aku berpikir dalam hati, 'Kamu kira aku bodoh?'
"Aku merasa Yuna banyak berubah sejak kembali dari Vila Dragonfly, tapi aku nggak tahu di mana perubahannya."Aku berpikir dalam hati, "Nggak mungkin, 'kan? Apa orang itu benar-benar Bu Yuna?"Hanya saja, Yuna menyamar dengan sangat baik di hadapanku. Jadi, aku tidak pernah menyadarinya?Tidak, tidak, tidak. Aku tidak berharap seperti itu. Aku lebih berharap orang itu adalah Tiara.Namun, Harmin melanjutkan, "Yuna adalah wanita yang sangat tertutup. Kami saling kenal sejak muda. Sampai kami menikah, dia tidak pernah berinisiatif untuk menggodaku. Tapi, akhir-akhir ini dia sering memberi isyarat padaku. Terkadang, dia bahkan mengatakannya langsung ...."Begitu mendengarnya, aku berkeringat dingin dan ketakutan.Aku merasa semakin panik.Namun, aku berkata, "Mungkin ... mungkin Bu Yuna dipengaruhi oleh sahabatnya. Jadi, dia berpikiran lebih terbuka?""Mungkin saja. Terakhir kali, dia pergi ke Vila Dragonfly, semua sahabatnya juga ikut. Aku tahu sahabatnya sangat berpikiran terbuka, terut
Tentu saja, aku selalu ingat bahwa ini adalah rumahnya Yuna. Jadi, saat aku keluar, aku berganti celana bersih.Selain itu, setelah aku memastikan tidak ada seorang pun di kamar mandi, aku baru menyalakan lampu dan masuk.Saat aku tinggal di rumah Nia atau di rumah Lina atau bahkan saat aku pindah untuk tinggal sendiri, aku tidak terlalu memperhatikan hal ini sehingga terjadi beberapa kejadian memalukan.Namun, sekarang aku tinggal di rumah Yuna. Aku sangat berhati-hati karena aku tidak ingin hal memalukan seperti itu terjadi lagi.Aku sangat menghormati Yuna dan Harmin. Aku sama sekali tidak punya niat buruk terhadap mereka.Sesampainya di kamar mandi, aku mandi seperti biasa.Seluruh prosesnya normal.Setelah mandi, aku keluar dari kamar mandi dan menggantung pakaianku yang sudah dicuci di balkon.Saat aku sampai di balkon, aku terkejut melihat Harmin duduk di sana. Aku hampir mati ketakutan.Harmin duduk di kursi roda sambil menatap bulan di luar jendela.Namun, barusan aku keluar k
Aku tidak ingin bersembunyi. Aku tidak ingin dia memandang rendah diriku.Investigasi detektif adalah pekerjaanku. Karena dia mengincarku, aku akan menerima pekerjaan itu.Namun, dia ingin memanfaatkan Barto dan memanfaatkan aku. Tidak mungkin!"Beri tahu Johan bahwa kami telah menerima tugas ini," kataku pada Dora.Dora menatapku dengan khawatir. "Apa kamu punya rencana untuk mengatasinya?""Saat musuh datang, kita harus melawannya. Kita akan menghadapinya sebagaimana adanya."Ekspresi khawatir Dora berangsur-angsur mengendur. Kemudian, ekspresinya digantikan oleh senyuman puas."Aku nggak menyangka selain bisa berpikir dengan tubuh bagian bawah, kamu juga memiliki keberanian yang luar biasa. Tapi, kenapa kamu begitu takut pada Tiano sebelumnya?""Eh, kamu menyelidikiku?""Aku nggak sesantai itu. Aku dengar dari Nona Helena."Helena dan Yuna memiliki hubungan yang baik. Sementara Dora adalah sepupu Yuna, jadi tidak heran jika Dora sesekali bisa bertemu dengan Helena.Aku merasa perlu
"Johan mencariku." Begitu Dora membuka mulutnya, aku langsung tercengang.Aku langsung mengerutkan kening dan bertanya, "Kenapa Johan mencarimu?""Tebaklah.""Bagaimana aku bisa menebaknya?""Johan memintaku untuk menyelidiki Barto."Aku tidak memercayai apa yang aku dengar.Barto, ayah mertua Johan saat ini. Johan benar-benar ingin menyelidikinya?Johan benar-benar berani. Dia bahkan tidak takut ketahuan oleh Barto.Aku bertanya dengan cepat, "Apakah Barto juga berbuat curang?""Wajar orang kaya seperti mereka punya simpanan. Itu nggak bisa dianggap selingkuh, itu adalah kemampuan mereka."Aku sedikit bingung. "Kenapa Johan memintamu menyelidiki Barto?"Tiba-tiba, aku teringat sesuatu sehingga mataku terbelalak. "Mungkinkah bukti kejahatan Barto?"Dora menunjukkan ekspresi apresiasinya padaku. "Kamu nggak bodoh, tebakanmu benar."Astaga, Johan menentang Barto. Selain itu, dia melakukannya dengan cara yang licik.Barto memiliki bukti perselingkuhannya. Dia meminta Johan untuk berperila
Dora berjalan mendekat, lalu berbicara secara misterius pada Yuna.Tiba-tiba, ponselku berdering. Aku segera menyadari bahwa ada sesuatu yang salah.Dora berjalan terlebih dahulu, lalu dia menyambar ponsel itu. "Nggak ada baterai? Jelas-jelas bateraimu masih lebih dari 80%."Kebohonganku terbongkar.Aku berkata dengan cemas dan merasa bersalah, "Kembalikan ponselku.""Ponselmu jelas punya daya. Kenapa kamu bilang kehabisan baterai tadi?""Aku salah ingat.""Bisakah kamu membuka kunci ponselmu sekarang? Biarkan aku menggunakannya?""Nggak bisakah kamu menggunakan telepon sepupumu? Kenapa kamu harus menggunakan teleponku?" Aku agak marah. Aku merasa dia mencoba membongkar kebohonganku.Dora menghampiriku dan berkata dengan suara pelan, "Jangan berpura-pura. Aku tahu apa yang baru saja kamu lakukan. Kalau kamu nggak ingin aku membuka ponselmu dan terlihat oleh sepupuku, ayo kita buat kesepakatan."Aku merasa sedikit malu. Namun, aku tidak dapat menyangkalnya. Aku terdiam beberapa saat.Do
Namun, Yuna juga merasa bahwa dia tidak boleh seperti itu. Jika tidak, dia tidak akan menjadi wanita baik-baik lagi.Namun, dia sangat ingin dicintai dan disayangi.Hal ini membuatnya merasa sangat bingung dan kewalahan.Yuna duduk di toilet dengan sedih. Aku tidak dapat menahan air matanya.Akhirnya, Yuna tidak melakukan apa pun karena dia percaya suaminya akan membaik.Daripada memuaskan diri sendiri, Yuna berharap Harmin bisa menyayanginya seperti sebelumnya.Apa yang dia inginkan adalah perasaan dicintai oleh orang yang dia cintai, bukan hanya keinginan fisik.Aku tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Aku bersembunyi di kamar sambil melakukan apa yang seharusnya aku lakukan.Saat aku hampir mencapai klimaks, tiba-tiba aku mendengar ketukan cepat di pintu."Edo, buka pintunya!" Suara itu adalah suara Dora.Aku ketakutan setengah mati.Aku tidak terburu-buru membuka pintu karena aku hampir merasa puas. Aku tidak ingin menyerah di tengah jalan.Namun, Dora mulai menggedor-gedor pintu se
Aku berusaha keras untuk menjelaskan. Aku ingin Yuna tahu bahwa aku bukan orang jahat.Aku mesum, tetapi aku juga punya batasan.Harmin begitu baik padaku. Bagaimana mungkin aku bisa melakukan sesuatu yang mengecewakannya?Saat Yuna mendengar aku mengatakan ini, akhirnya tatapan matanya tenang. Kemudian, dia mengingatkan aku dengan pelan, "Ka ... kalau begitu, lain kali kamu harus lebih berhati-hati. Terutama, jangan lakukan itu di depanku lagi."Saat berkata, dia menunjuk ke salah satu bagian tubuhku.Aku segera menutup dengan tanganku. "Aku tahu. Aku janji nggak akan melakukannya lagi."Setelah berkata, aku melarikan diri.Melihat kepergianku yang tergesa-gesa, Yuna tiba-tiba terbahak-bahak. Dia mungkin tidak menyangka aku akan begitu pemalu.Aku menarik mantel dan menutup tubuhku agar tidak terlihat memalukan. Kemudian, aku pergi ke kamar mandi dan memapah Harmin kembali ke kamar tidur."Edo, cuaca sangat panas. Kenapa kamu pakai mantel?"Harmin melihat pakaianku yang aneh, dia pun
Aku tidak berani berpikir lebih jauh karena aku takut orang yang bersamaku malam itu adalah Yuna.Meskipun aku sangat menyukai Yuna yang anggun dan elegan, aku tidak berharap jika orang yang malam itu adalah Yuna.Hal ini akan membuatku merasa sangat bersalah pada Harmin.Aku tidak ingin melakukan apa pun yang mengecewakan Harmin.Aku mengalihkan pandanganku. Setelah membantu Harmin, aku bergegas pergi.Saat bersamaan, aku terus berdoa dalam hati. Aku berharap semoga masalah ini bukan seperti yang aku pikirkan.Apa yang aku lihat malam ini sungguh membuatku hatiku gelisah dan bingung.Aku bahkan tidak berani mendekati Yuna. Aku takut jika orang yang berhubungan denganku malam itu adalah Yuna.Namun, aku juga merasa hal itu tidak mungkin. Aku teringat reaksi Yuna setelah aku bangun malam itu. Saat melihat tubuhku telanjang, dia sangat malu dan risih.Terlihat jelas bahwa Yuna tidak pernah memandang tubuh lawan jenis lain selain tubuh Harmin.Jadi, saat itu dia sangat malu.Jika bukan Yu
Setelah menunggu beberapa saat, Hairu dan Dono muncul.Dono telah sepenuhnya kehilangan kesombongannya. Dia terus mengikuti Hairu dengan kepala tertunduk.Kami memperkenalkan diri satu sama lain, lalu duduk untuk mengobrol.Aku melihat kontrak yang ditulis oleh Hairu. Pada dasarnya kontrak itu tidak ada masalah besar.Aku juga menyampaikan keinginan Zudith untuk bergabung.Hairu mengerutkan kening dan berkata, "Lima orang? Bukankah jumlah pemegang saham terlalu banyak?""Meskipun Zudith telah berinvestasi dalam bisnis ini, dia nggak terlibat dalam pengelolaan toko. Sebelumnya, kamu juga bilang kamu akan menyerahkan operasi dan pengelolaan Aula Juve padaku dan Kiki.""Meski seperti itu, ada lima orang yang memiliki apotek kecil ini. Kalau ada masalah di masa depan, siapa yang akan mereka dengarkan?"Aku berkata, "Tentu saja, pendapat aku dan Kiki akan menang. Kami adalah manajer utama apotek. Sedangkan kamu dan Dono, sebelumnya kamu bilang tujuan utamamu adalah menghasilkan uang. Aku cu