Nancy berkata dengan ekspresi enggan.Suaminya sangat prihatin."Sayang, maafkan aku, aku nggak rela meninggalkanmu di rumah sendirian, tapi ini adalah pengaturan pusat, aku nggak bisa berbuat apa-apa."Posisi Carmin tidaklah rendah, jadi tentu saja dia harus memberi contoh sebagai seorang pemimpin.Nancy benar-benar seorang penggoda, dia bertingkah genit dalam video, "Tapi, aku merindukanmu, kapan kamu akan kembali?""Sayang, aku ingin kamu memelukku dan bercinta denganku!"Melihat Nancy bertingkah genit dan imut seperti ini, Carmin langsung tidak tahan.Dia tahu istrinya sangat pandai bersikap centil dan manis, juga sangat pandai menggoda orang lain.Oleh karena itu, keduanya sudah menikah selama bertahun-tahun, hubungan mereka selalu stabil dan kehidupan pernikahan mereka selalu sangat harmonis.Carmin sangat mencintai Nancy. Dia pulang ke rumah setelah bekerja setiap hari dan tidak pernah bersosialisasi di luar.Dengan istri yang menawan dan memesona di rumah, siapa yang peduli den
"Terkadang, bukanlah hal yang baik kalau kehidupan pernikahanmu terlalu bahagia dan sempurna.""Seperti kamu sudah lama direndam dalam toples madu, lama kelamaan, kamu akan bosan dan mati rasa.""Orang nggak boleh selalu bisa makan makanan lezat. Kalau dia makan terlalu banyak, dia akan bosan, jadi dia harus makan makanan sederhana sesekali."Jadi, orang-orang yang dia cari di luar ini adalah apa yang dia sebut sebagai orang biasa?Aku bisa memahami teori yang dia katakan, tapi menurutku itu agak tidak bisa diterima."Bagaimana dengan suamimu? Pernahkah kamu mempertimbangkan perasaannya?"Nancy menghela napas dan berkata, "Aku berharap dia bisa keluar untuk mencari sensasi baru, tapi dia nggak melakukannya.""Tahukah kamu, aku pernah diam-diam mencari seorang gadis muda untuk merayunya, tapi suamiku nggak tergoda sama sekali.""Aku ragu apakah suamiku pria normal."Aku benar-benar tidak tahu harus tertawa atau menangis.Mendengar apa yang dia katakan, suaminya seharusnya pria yang sang
"Oke."Pengalaman seru ini baru bisa dirasakan saat bersama Kak Nancy.Tentu saja aku menantikannya.Kak Nancy membuka tangannya ke arahku dan berkata dengan genit, "Gendong aku ke sana."Aku mendambakannya.Aku langsung menggendong Kak Nancy.Balkon rumah Kak Nancy memiliki jendela kaca setinggi langit-langit. Saat dia bersandar di jendela kaca setinggi langit-langit, kami bisa melihat segala sesuatu di luar melalui jendela kaca.Kami juga bisa melihat lampu di rumah seberang.Siapa yang tahu kalau ada yang sedang melihat kami dari sana?Tapi, Kak Nancy suruh aku jangan khawatir soal itu.Karena itu lebih seru dan menarik.Aku harus mengatakan bahwa Kak Nancy sangat berani dan sangat menyukai perasaan diawasi.Aku mengikuti Kak Nancy dan menjadi berani.Kami berdua terus sibuk sampai sekitar jam dua tengah malam.Aku benar-benar tidak punya tenaga lagi, jadi aku tidak mau lagi.Aku memeluk Kak Nancy dalam pelukanku, aku perlahan mengantuk."Kak Nancy, aku sangat menyukaimu," kataku de
Nancy berkata sambil tersenyum, "Kamu takut kakak iparmu salah paham kamu yang bilang padaku 'kan? Jangan khawatir, aku nggak akan bicara omong kosong.""Tapi, aku penasaran, bukankah Wiki sudah nggak mampu? Bagaimana dia masih bisa berselingkuh di luar?""Oh, bukannya kakakku nggak bisa melakukannya, tapi dia nggak bisa melakukannya dengan kakak iparku. Kalau dia bersama wanita lain, itu normal-normal saja."Aku menceritakan situasi kakakku dengan jujur.Kak Nancy berkata dengan heran, "Hah, apa yang terjadi? Nggak mampu dengan istri sendiri, tapi mampu lakukan dengan wanita lain?""Aku bisa menerimanya kalau Nia adalah wanita yang sangat biasa. Masalahnya kakak iparmu memiliki sosok yang bagus dan sangat cantik, tapi kakakmu nggak merasakan apa-apa sama sekali?""Iya, dia sudah beberapa kali mengalami hal ini. Kak Nia ingin melakukannya dengan kakakku, tapi punya kakakku nggak bisa mengeras. Entah dia bersembunyi di kamar mandi atau bersembunyi di kamarku."Aku juga merasa sangat sul
Sekitar pukul sembilan, aku sampai di depan pintu Aula Damai.Begitu aku turun dari mobil, sesosok tubuh menghalangi jalanku.Aku melihat Wiki tampak kuyu dan marah, aku merasakan emosi campur aduk di hatiku.Terlihat jelas dia kurang tidur tadi malam.Dia lesu dan matanya merah.Tapi, aku tidak merasa kasihan sama sekali.Karena semua ini salahnya."Edo, beri tahu aku, di mana kakak iparmu?" Wiki berbicara lebih dulu.Aku hanya berkata, "Aku benar-benar nggak tahu."Mata Wiki berkilat marah."Edo, kamu adalah saudaraku. Kamu seharusnya tahu bagaimana aku memperlakukanmu sejak kamu masih kecil 'kan?""Aku sudah seperti ini sekarang dan kamu masih ingin berbohong padaku?""Apakah kamu nggak bersalah padaku?"Wiki sangat emosional, jadi terus memarahi dan menekanku secara moral.Sebenarnya aku kesal.Kalau sebelumnya aku tidak tahu apa-apa, aku pasti akan merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah pada kakakku.Tapi, sejak aku tahu bahwa semua kebaikan yang dia lakukan
Jadi, aku pun melontarkan kata-kata kasar, "Wiki, karena pembicaraan sudah seperti ini, jadi izinkan aku bertanya, apakah semua kebaikan yang kamu berikan kepadaku benar-benar dari lubuk hati kamu yang paling dalam?""Atau apakah kamu melakukan semua ini demi keuntungan?"Terlihat jelas kegelisahan di mata Wiki, mungkin karena dia tidak menyangka aku yang selalu polos akan menanyakan pertanyaan seperti itu.Dia berpura-pura dan menolak mengakuinya, "Keuntungan? Apa yang bisa aku peroleh dari kamu? Apakah kamu kaya atau memiliki banyak koneksi?"Wiki mencoba meyakinkanku dengan cara ini.Aku mencibir dan berkata, "Justru karena aku nggak punya uang, nggak punya koneksi dan aku berasal dari pedesaan, jadi selama kamu memberiku sedikit manfaat, aku akan mengingatnya di hati.""Justru karena inilah kamu bisa memanfaatkanku, bukan?""Kamu berani mengatakan bahwa ketika kamu mengajakku ke pesta koktail Helena, kamu nggak ingin menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkanku pada Helena?"A
"Baiklah, baiklah, kalau begitu tanyakan dulu pada kakak iparmu." Wiki memandangku penuh semangat dan memintaku meminta pendapat Kak Nia sekarang.Aku berkata, "Aku harus berangkat kerja sekarang, tunggu aku punya waktu."Baru saat itulah Wiki menyadari bahwa aku tidak ingin menghubungi Kak Nia di depannya.Dia segera tersenyum dan berkata, "Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu. Saat kamu menelepon, ingatlah untuk memberitahuku."Aku mengiakan dan tidak berkata apa-apa lagi.Setelah Wiki keluar, aku masuk ke Aula Damai.Masih ada beberapa menit lagi sebelum mulai kerja, jadi aku berpikir untuk menelepon Kak Nia sekarang dan bertanya.Jadi, aku menghubungi nomor telepon Kak Nia.Telepon berdering beberapa kali sebelum diangkat."Kak Nia, izinkan aku memberitahumu sesuatu. Kakakku baru saja datang kepadaku dan menanyakan keberadaanmu, tapi aku nggak memberitahunya."Aku menceritakan apa yang baru saja terjadi dalam satu tarikan napas.Tapi, tidak ada jawaban di telepon.Aku pikir panggilan itu
Aku sayang Kak Nia, jadi aku tidak ingin Kak Nia terpengaruh olehku.Tapi, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya sekarang?Aku hanya bisa menutup telepon dengan panik.Aku semakin panik.Apakah aku menelepon pada waktu yang salah?Apakah aku mencelakakan Kak Nia?Apa yang harus Kak Nia lakukan kalau ada anggota keluarganya yang bertanya?Aku bingung dan gelisah, tapi aku tidak berani menelepon Kak Nia.Saat ini, di rumah Kak Nia.Kak Nia keluar dari kamar mandi dan melihat adik keduanya memegang ponselnya dan tanpa sadar bertanya, "Cindy, apa yang kamu lakukan dengan ponselku?"Cindy berkata sambil tersenyum, "Nggak ada, hanya melihat-lihat."Cindy tidak memberi tahu siapa pun tentang panggilan yang dia terima dariku dan juga menghapus riwayat panggilanku.Dia sengaja menyembunyikan bahwa dia sudah menerima teleponku.Kak Nia tadi di kamar mandi dan tidak mendengar apa-apa, jadi dia tidak tahu kalau aku yang meneleponnya.Dia hanya berjalan dengan marah dan mengambil ponselnya, "Kamu