"Iya." Lina berkata dengan suara pelan dan menambahkan, "Kalau Kak Nia bertanya, bilang saja aku sedang nggak enak badan dan nggak nyaman bagiku untuk pergi ke sana. Mengerti?"Aku mengangguk berulang kali, "Aku mengerti.""Ini sudah larut, cepat pulang tidur."Lina tersipu dan berkata kepadaku, matanya lebih lembut dari sebelumnya.Setelah aku tersenyum dan melambaikan tangan pada Lina, aku pergi melalui pintu.Tapi, sesampainya di depan pintu rumah Kak Nia, aku tercengang karena tidak mempunyai kunci rumah Kak Nia.Bagaimana cara aku masuk?Kalau aku menelepon kakakku atau Kak Nia saat ini, mereka pasti akan bertanya ada apa?Tapi, aku tidak ingin memberi tahu mereka apa yang baru saja terjadi.Rasanya ini rahasia antara aku dan Kak Lina, hanya kami berdua yang tahu.Jadi, aku kembali ke rumah Kak Lina dan langsung membuka pintunya dengan kunci.Lina sedikit gelisah saat melihatku pergi dan kembali lagi. Tanpa sadar dia menutupi tubuhnya dengan selimut, "Edo, kamu, kenapa kamu kembal
"Oke."Aku pergi ke kamar tamu di sebelah, mengeluarkan selimut dari lemari dan merapikan tempat tidur sendiri.Lalu aku berbaring di tempat tidur.Aku pun berpikir liar.Memang benar sikap Lina banyak berubah malam ini.Dia mengabaikanku di siang hari, tapi dia malah mengizinkanku menginap di rumahnya pada malam hari.Kamar tamu ini sangat dekat dengan kamar tidurnya.Aku sengaja tidak menutup pintu rapat-rapat, agar kalau dia memanggilku di malam hari, aku bisa mendengarnya tepat waktu.Tapi, aku menunggu lama sekali dan Lina tidak memanggilku.Saat itu hampir jam tiga pagi.Aku sangat mengantuk sehingga aku tertidur.....Pagi harinya.Lina membuatkan sarapan dan datang untuk membangunkanku.Dia memanggilku dua kali dengan pelan, tapi aku tidak mendengarnya.Melihat pintuku terbuka, Lina membuka pintu dan masuk.Kemudian dia melihat bahwa aku hanya mengenakan celana dalam, tanpa selimut yang menutupiku dan aku berbaring telanjang di tempat tidur.Reaksi pertamanya adalah merasa malu
Tapi, aku tidak berani melakukan hal tersebut karena takut merugikan diri sendiri.Aku ingin menunggu dan melihat.Coba lihat apakah Lina akan terus melakukan hal yang lebih berani padaku?Kalau dia terus melakukan hal yang lebih berani padaku, maka aku bisa menjatuhkannya secara alami.Apa yang dilakukan Lina selanjutnya membuat darahku mendidih.Dia bersandar dengan lembut di dadaku.Aku belum sepenuhnya ditekan, jaraknya masih satu atau dua sentimeter dari dadaku.Mungkin karena dia takut membangunkanku.Tapi, dia tidak tahu kalau aku sebenarnya sudah bangun sejak lama.Saat aku melihat gerakan Lina, jantungku berdebar kencang dan aku begitu bersemangat hingga hampir tidak bisa mengendalikan diri.Tangan yang kuletakkan di tempat tidur perlahan bergerak ke atas, berpikir mungkin sudah waktunya bagiku untuk mengambil tindakan.Tapi, sebelum tanganku mendekati Lina, Lina tiba-tiba berdiri.Aku sangat takut sehingga aku segera mengembalikan tanganku.Aku merasa lebih kecewa."Oh, alang
Aku bertanya dengan bingung, "Kenapa? Bukankah kamu ingin juga?""A-aku nggak begitu.""Ada. Kamu tadi menyentuhku. Aku tahu segalanya."Wajah Lina tiba-tiba memerah sampai ke pangkal lehernya.Dia membuang muka dengan marah.Melihatnya seperti ini, aku panik dan bertanya dengan cepat, "Ada apa? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah lagi?""Kamu ternyata sudah bangun, tapi kamu terus berpura-pura tidur. Kamu hanya ingin melihatku mempermalukan diri sendiri 'kan?"Aku menggelengkan kepalaku dengan panik."Nggak, kenapa kamu berpikir seperti itu?""Aku memang belum bangun saat kamu masuk.""Saat kamu menyentuhku, aku terbangun.""Kalau aku langsung duduk saat itu, bukankah akan lebih memalukan bagimu?"Lina masih tidak mau menatapku, "Kalau begitu, terus berpura-pura tidur saja. Kenapa kamu melakukan ini padaku?""Karena aku menginginkanmu." Aku memandang Lina dan berkata dengan sangat serius."Kak Lina, aku menyukaimu, aku sangat menyukaimu.""Aku ingin menikahimu."Lina menatapku, mata
Aku tidak pernah menyangka Lina tidak langsung mengusirku, tapi malah menyuruhku sarapan.Aku langsung senang.Sepertinya Kak Lina tidak terlalu membenciku.Aku segera duduk di meja makan.Lina tersipu dan memelototiku, "Pergi cuci mukamu dulu.""Oke, oke, aku akan cuci sekarang."Seperti anak yang penurut, aku segera pergi ke kamar mandi untuk cuci muka.Lina menatap punggungku dengan senyuman tanpa sadar muncul di wajahnya.Dia tidak tahu apakah tindakan dia benar atau tidak, tapi bagaimanapun juga, aku menyelamatkannya tadi malam.Jadi aku adalah penyelamatnya.Bagaimana dia bisa membiarkan penyelamatnya pergi dengan perut kosong?Anggap saja itu sebagai balasan atas kebaikanku.Sedangkan sisanya, dia tidak akan memikirkannya sama sekali.Segera, aku selesai mencuci muka dan datang.Lina menyerahkan piring dan alat makan lalu mengambil makanan untukku.Aku pikir dia sudah berubah pikiran.Siapa sangka dia akan langsung berkata, "Aku sahabatmu Kak Nia. Kamu nggak bisa mengincarku lag
"Kak Lina, jangan sedih. Nyatanya, kamu bisa hidup baik sendirian."Aku diam-diam mengubah pemikiran Lina dan memintanya untuk tidak terlalu terjebak di masa lalu.Hanya kalau dia membuka diri terlebih dahulu barulah aku bisa mencari peluang.Lina terlalu konservatif sekarang!Terlalu sulit untuk ditaklukkan!"Apa enaknya hidup sendirian? Aku harus melakukan semuanya sendiri dan bahkan nggak punya orang untuk diajak bicara.""Lagi pula, aku seorang wanita yang sudah menikah, tapi sekarang apa bedanya aku dengan seorang janda?"Aku merasakan Lina agak mengeluh tentang kehidupannya saat ini.Ini bagus.Semakin dia tidak puas dengan kehidupannya saat ini, semakin banyak peluang yang aku miliki.Aku dengan berani meraih tangannya dengan tenang.Aku tidak tahu apakah Lina tidak menyadarinya atau apa, tapi dia tidak segera menarik tangannya.Aku menjadi lebih berani dan langsung menggenggam tangannya.Aku berkata dengan penuh semangat, "Kalau begitu aku akan datang menemani Kak Lina setiap h
"Nia, setelah Edo membantuku tadi malam, awalnya dia ingin kembali, tapi dia nggak bisa masuk, jadi aku memintanya untuk menginap. Jangan memikirkan yang aneh-aneh.""Aku nggak terlalu memikirkannya, kenapa kamu sengaja menjelaskannya?" tanya Kak Nia sambil tersenyum.Lina merasa bersalah dan tersipu lagi.Kak Nia tahu kalau sahabatnya itu tak tahan digoda, sehingga dia tidak berkata apa-apa lagi."Aku nggak ikut makan. Edo, karena kamu makan di sini, makan sampai kenyang.""Lina, setelah makan, ayo jalan-jalan dan makan di luar siang nanti.""Wiki bilang dia mau traktir makan siang hari ini, jadi kita bisa makan apa pun yang kita mau.""Oh, oke." Lina menjawab dengan linglung.Setelah Kak Nia selesai berbicara, dia memutar pinggangnya dan pergi.Lina menghela napas lega.Melihat dia seolah-olah merasa bersalah karena melakukan kejahatan, menurutku itu sangat lucu dan menggemaskan.Kami jelas tidak melakukan apa pun tapi Lina terlihat ketakutan.Aku benar-benar tidak menyangka di zaman
"Kak Lina, kamu cantik sekali, hanya dengan melihat punggungmu saja sudah membuatku terpesona setengah mati!"Saat aku membantunya mencabut rambutnya, mau tak mau aku mengagumi punggungnya yang indah.Lina berkata dengan marah, "Aku baru mengingatkanmu untuk nggak mengincarku, kenapa kamu masih seperti ini? Keluar dari sini!""Kak Lina, aku memujimu dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku nggak bermaksud mencelamu." Jelas aku dengan sedih, "Ibarat wanita yang melihat bunga-bunga indah, bukankah kalian juga memujinya?""Benarkah? Kamu nggak berbohong padaku 'kan?""Kenapa aku harus berbohong padamu? Kalau aku benar-benar ingin menarik perhatianmu, apakah aku akan begitu berhati-hati? Aku pasti akan memikirkan cara untuk menyentuhmu.""Hmph, kamu pasti ingin menyentuhku, tapi kamu nggak berani melakukannya."Sebenarnya, itulah yang kupikirkan, tapi aku tidak bisa mengakuinya.Aku berbohong dan berkata, "Kak Lina, apakah aku begitu mesum bagimu?""Bukan mesum. Semua pria sama saja.""Bag
Zudith melambaikan tangannya, lalu berkata, "Ada apa? Katakanlah.""Aku ingin kamu membantuku meminjam dana."Aku telah berkonsultasi dengan bank. Jika aku ingin mengambil pinjaman dalam jumlah besar, aku memerlukan penjamin yang memiliki kekuatan finansial.Keluarganya Zudith kaya-raya, jadi dia sangat tepat menjadi penjaminku."Berapa?""3 miliar."Aku berpikir untuk meminjam lebih banyak karena jika aku membuka usaha, pengeluaran tentu tidak akan sedikit. Aku perlu menyimpan sejumlah uang."Kenapa kamu meminjam begitu banyak uang?" tanya Zudith sambil makan.Aku menceritakan padanya bahwa Kiki dan aku berencana untuk membuka klinik bersama.Setelah mendengar ini, Zudith membanting meja dan berdiri. "Edo, kamu dan Kiki membuka klinik bersama, kamu bahkan nggak mengajakku? Apa kamu masih menganggapku sebagai teman?"Aku tertegun. Setelah beberapa saat, aku baru kembali sadar. "Aku nggak tahu kamu akan kembali ke Kota Jimba.""Sekarang, aku sudah kembali. Kamu mau mengajakku nggak?"Ak
Selain itu, keluarga Zudith berasal dari Kota Jimba.Aku mencari nomor telepon Zudith, kemudian meneleponnya.Zudith segera menjawab panggilan itu. "Halo, siapa?""Zudith, ini aku, Edo.""Edo? Ternyata kamu. Kenapa kamu tiba-tiba meneleponku?"Saat kami masih kuliah, orang-orang sering mengejek kami. Mereka mengatakan kami adalah teman tidak bermoral.Awalnya, aku keberatan. Namun, lama-kelamaan aku menyadari bahwa Zudith adalah orang yang baik. Dia suka mengajakku bersenang-senang. Jadi, lama-kelamaan aku pun menerimanya.Namun, pria itu putus kuliah. Konon katanya dia mengejar seorang gadis. Setelah dia keluar, kami jarang berkomunikasi.Beberapa hari yang lalu, aku melihat pesan di lingkaran pertemanannya yang mengatakan bahwa dia telah kembali ke Kota Jimba. Oleh karena itu, aku berpikir untuk menghubunginya."Aku menghubungimu karena alasan tertentu. Di mana kamu? Ayo ketemuan.""Aku nggak punya pekerjaan. Aku hanya makan, minum dan bersenang-senang sepanjang hari. Aku dikurung ol
Perlahan-lahan, aku merasa hal itu cukup menarik. Aku bahkan bertanya-tanya apakah aku harus membelinya.Setelah melihat semua produk itu, aku membantu Diana memilih tiga jenis."Bibi, beli tiga jenis ini saja. Menurutku, ini pasti bagus."Diana melihatnya, lalu berkata, "Oke, aku akan membeli ketiganya terlebih dahulu. Beri tahu aku alamatmu.""Untuk apa kamu meminta alamatku?""Aku akan mengirimkannya padamu terlebih dahulu untuk dicoba. Kalau kamu merasa bagus, aku akan membelinya lagi."Apakah dia menjadikanku sebagai kelinci percobaan?Kali ini, aku tidak menolaknya karena aku benar-benar ingin mencobanya.Aku memberi tahu alamatku padanya.Saat Diana baru selesai berbelanja, pintu ruang VIP dibuka. Kemudian, Bella masuk dari luar sambil mengenakan sepatu hak tinggi.Melihat aku dan ibunya bertingkah aneh, Bella langsung menatap kami dengan tatapan membunuh. "Apa yang kalian berdua lakukan?"Diana meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku meminta Edo untuk mengambil gambar untukku. K
Bella terus tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir. Aku akan menepati janjiku!""Kalau begitu, kita sepakat. Charlene, tunggu dan lihat saja. Aku pasti akan membuatmu mengejarku."Setelah berkata, aku berbalik dan pergi.Diana sedang mengambil foto di dalam ruang VIP. Saat dia melihatku masuk, dia memintaku untuk memfotonya.Aku tidak berkata apa-apa. Aku mengambil telepon, lalu bersiap mengambil foto.Namun, saat ini sebuah pesan WhatsApp muncul. Saat aku membaca isinya, wajahku langsung memerah.Diana bahkan bertanya di Internet bagaimana mempererat hubungan dengan pasangan di usia paruh baya?Orang di Internet merekomendasikan banyak alat kepadanya. Beberapa dari mereka bahkan mengirimkan gambar benda tersebut."Uhuk ... uhuk ...."Aku sangat terkejut.Diana menyadari keanehanku, lalu dia bertanya, "Ada apa? Kenapa wajahmu tiba-tiba memerah?""Bibi, lihatlah sendiri." Aku menyerahkan ponselnya.Diana mengambil ponsel dan melihatnya, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Oh ini. Edo,
Diana merasa tidak nyaman. Dia melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh, "Nggak apa-apa, nggak apa-apa. Kamu masih muda, jadi belum punya banyak pengalaman. Wajar saja kalau kamu emosional.""Aduh, aku sangat senang hari ini. Ayo, kita makan malam bersama nanti. Aku akan mentraktirmu."Sebenarnya aku tidak ingin menyetujuinya karena aku ingin pergi mencari Nia.Namun, Bella melotot tajam ke arahku. "Aku khawatir seseorang datang ke sini dengan maksud tertentu."Aku segera menyangkalnya, "Apa maksudku? Bisakah kamu berhenti berpikiran buruk tentangku? Oke, oke. Bukankah hanya makan malam?"Mengapa wanita ini berbicara dengan nada menghina seperti itu?Diana memesan restoran mewah. Dia berkata bahwa dia ingin merayakan putrinya telah merasakan perasaan berhubungan dengan pria.Diana bahkan hampir mengadakan pesta perayaan.Untungnya, Bella menghentikannya."Bu, kalau Ibu berani mengadakan perayaan, aku akan memasukkanmu ke rumah sakit jiwa."Jika Diana merayakan hal ini, apakah Bella m
"Bu, kamu baik-baik saja?" saat melihat ekspresi ibunya yang, Bella merasa jantungnya berdebar kencang.Bukankah sebagian besar ibu berharap agar putrinya memilih pasangan yang baik?Mengapa ibunya Bella tampak tidak peduli dengan semua ini?Bahkan setelah Bella berhubungan dengan pria yang bukan siapa-siapa, ibunya tidak marah?"Karena itu nggak penting. Keluarga Lugos nggak memerlukan pernikahan untuk mengkonsolidasikan posisi bisnis kita. Kita nggak perlu bergantung pada orang-orang kaya.""Dulu, aku khawatir kamu punya masalah psikologis. Tapi, sekarang aku tahu kamu baik-baik saja. Kalau kamu merasa kesepian di masa depan, kamu bisa cari pria mana pun yang kamu mau. Lagi pula, kamu adalah putri sulung Keluarga Lugos, jadi kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau."Bella tampak tersipu.Dia bukan tipe orang yang tidak puas. Dia hanya benar-benar tertekan saat itu. Dia juga punya keinginan untuk membalas dendam pada Henry, jadi dia berhubungan denganku."Bu, aku nggak butuh. Aku sa
Tiba-tiba sebuah sandal terbang, lalu mengenai bagian belakang kepalaku.Kekuatannya sangat besar.Aku dipukul begitu keras sehingga aku terjatuh langsung ke sofa.Bella bergegas datang dan memotong pakaianku menjadi beberapa bagian dengan gunting.Adegan ini sungguh mendebarkan!Jika dia menggerakkan gunting itu sedikit lebih rendah, aku pasti sudah mati hari ini.Aku segera meraih pergelangan tangan Bella dengan tangan kiriku. "Kamu kejam sekali. Kamu benar-benar ingin menghancurkanku? Apa kamu lupa berapa kali benda ini melayanimu?""Kalau kamu menghancurkannya, siapa yang akan melayanimu di masa depan?"Bella menatapku dengan tatapan dingin. "Aku bisa mengatasinya sendiri tanpamu. Tapi, kamu berani merayu ibuku, kamu pantas mati.""Aku nggak bermaksud merayu Bibi. Aku benar-benar datang ke sini untuk memijatnya.""Nggak bermaksud? Lalu, apa maksud lebih kuat dan lebih kasar lagi?""Bibi merasa kekuatan tanganku terlalu ringan. Dia memintaku untuk sedikit lebih kuat.""Omong kosong,
"Aku nggak berani. Kalau aku bertanya seperti itu, dia akan memakanku hidup-hidup."Aku langsung menolaknya.Diana tidak dapat menahan diri untuk menghela napas. "Menurutmu, mungkinkah dia benar-benar cuek? Apa dia berencana untuk nggak menikah dan nggak menemukan seorang pria? Itu terlalu menyedihkan. Dia nggak akan pernah mengalami perasaan melakukan hal semacam itu dengan seorang pria sepanjang hidupnya.""Uhuk, uhuk ...."Wanita ini tidak pernah berhenti mengatakan hal-hal yang mengejutkan. Aku ketakutan sehingga aku tidak berani berbicara."Edo, kerahkan kekuatanmu. Aku nggak bisa merasakan apa pun.""Bibi, bagaimana dengan sekarang?""Nggak, lebih keras lagi. Aku suka yang kasar.""Begini?""Ah, nyaman sekali ...."Saat Bella berjalan ke pintu rumah dan hendak membukanya, dia tiba-tiba mendengar suara ibunya datang dari dalam rumah.Percakapan itu terdengar agak aneh.Dia segera menempelkan telinganya ke pintu, lalu mendengar percakapan antara aku dan Diana.Ekspresi Bella langsu
"Seperti ini, jaga jari-jarimu tetap datar dan jangan ditekuk." Aku berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan padanya.Diana tiba-tiba datang dan menarik celanaku, "Pakaianmu terlalu besar. Pakaianmu selalu menghalangi pandanganku. Lepaskan agar aku bisa melihat lebih jelas.""Bibi, nggak boleh ....""Kalau begitu, angkat pakaianmu agar aku bisa melihat lebih jelas."Aku tidak punya pilihan lain selain mengangkat ujung pakaianku.Aku menunjukkannya lagi, "Lihatlah, letaknya seperti ini. Kalau kamu meletakkannya dengan benar, akan ada celah antara jari telunjuk dan jari tengah. Posisi celah ini adalah titik akupunktur yang kita cari.""Aduh, duduklah dengan benar. Aku nggak bisa melihat dengan jelas."Diana mulai menarikku lagi.Aku takut dia akan melepas celanaku.Aku segera berdiri, lalu menjaga jarak darinya dengan panik."Bibi, aku sudah menjelaskannya dengan cukup jelas. Kamu carilah sendiri.""Begitukah? Lihatlah, jari-jariku tampaknya nggak menuruti perintahku."Diana tampak lemah