Share

Kehidupan Edo yang Menakjubkan
Kehidupan Edo yang Menakjubkan
Penulis: Galang Damares

Bab 1

Pada pukul sebelas malam.

Aku pergi lari malam di taman di bawah rumah kakakku.

Tiba-tiba aku mendengar suara gemerisik seorang pria dan seorang wanita yang datang dari rerumputan.

"Wiki, kamu sebenarnya mampu nggak? Kamu bilang kamu nggak terangsang kalau di rumah. Aku ikut ke sini bersamamu, kenapa kamu masih seperti ini?"

Saat aku mendengarnya, bukankah ini suara anggun Kak Nia?

Bukankah kakakku dan Kak Nia pergi makan malam? Kenapa muncul di taman, bahkan di rerumputan?

Biarpun belum pernah punya pacar, aku sudah menonton banyak video instruksional, jadi aku langsung mengerti bahwa mereka sedang mencari sensasi.

Nggak kuduga kakakku dan Kak Nia jago mainnya! Mereka ternyata melakukannya di taman ... ini seru sekali.

Mau tak mau aku pun mendekat dan menguping.

Kak Nia sangat cantik dan memiliki bodi yang super seksi. Mendengar rintihan Kak Nia adalah impianku.

Aku berjingkat ke rumput dan diam-diam menjulurkan kepalaku.

Kulihat Kak Nia duduk di atas kakakku. Walaupun punggungnya menghadap ke arahku, tapi lekuk punggungnya yang anggun terlihat begitu indah.

Mulutku tiba-tiba terasa kering dan perutku di bagian bawah terasa panas.

Menghadapi Kak Nia yang begitu memikat, kakakku sedikit kewalahan, "Nia, aku ... sepertinya masih belum bisa."

Kak Nia dengan marah membentak kakakku, "Kamu payah. Umurmu baru tiga puluh lima tahun. Apa gunanya kamu?"

"Biarpun nggak bisa mengeras, setidaknya kamu berikan aku sesuatu yang berguna, tapi itu pun kamu nggak bisa. Bagaimana aku bisa hamil kalau seperti ini?"

"Kalau kamu tetap seperti ini, aku akan cari orang lain!"

"Kamu mungkin nggak ingin menjadi seorang ayah, tapi aku ingin menjadi seorang ibu."

Kak Nia dengan marah menarik celananya dan berjalan keluar.

Aku sangat ketakutan sehingga aku berbalik dan lari.

Tak lama setelah kembali ke kamar, kudengar Kak Nia kembali.

Kak Nia membanting pintu hingga tertutup, itu membuatku takut.

Aku diam-diam menepuk dadaku, aku sangat ketakutan. Aku tidak menyangka kalau kehidupan pernikahan kakakku dan Kak Nia begitu tidak harmonis.

Konon wanita yang berusia tiga puluhan itu ibarat serigala dan harimau. Kak Nia terlihat seperti tipe wanita yang bergairah tinggi. Bagaimana kakakku bisa memuaskannya dengan tubuh kecilnya itu?

Kalau itu aku, masih lumayan.

Bah bah bah!

Apa yang kupikirkan, Nia Gaori adalah kakak iparku, bagaimana aku bisa mengincarnya?

Biarpun Wiki Cahyadi dan aku bukan saudara kandung, hubungan kami lebih dekat dibandingkan saudara kandung.

Kalau bukan karena Wiki, aku tidak akan menjadi mahasiswa.

Oleh karena itu, aku sama sekali tidak boleh mengincar Kak Nia.

Saat aku sedang berpikir liar, samar-samar aku mendengar suara terengah-engah dari sebelah.

Aku segera menempelkan telingaku ke dinding dan mendengarkan.

Itu memang suara terengah-engah!

Kak Nia ternyata ....

Aku merasa panas dan tak tertahankan.

Aku melakukan hal buruk secara diam-diam.

Pada akhirnya, suara-suara di kedua sisi tembok saling tumpang tindih.

Kecocokan spiritual seperti ini membuat aku sedikit berkhayal.

Menurutku kalau aku berhubungan intim dengan Kak Nia maka pasti akan sangat harmonis.

Tapi, hal ini tidak mungkin dilakukan.

Ada kakakku yang menjadi penghalang antara aku dan Kak Nia.

Tidak mungkin aku berbuat sesuatu yang bersalah pada kakakku.

Aku melepas celana dalam yang kotor dan menaruhnya di kamar mandi di luar, aku akan mencucinya ketika bangun di pagi hari.

Lalu aku tertidur.

Aku tidur sampai sekitar jam sembilan keesokan harinya. Saat aku bangun, kakakku sudah berangkat kerja, hanya aku dan Kak Nia yang berada di rumah.

Kak Nia sedang membuat sarapan.

Kak Nia mengenakan piama tali ikat sutra, jadi sosok montoknya terlihat jelas di hadapanku.

Apalagi kemontokan di bagian dada dia, itu membuatku merasa haus lagi.

"Edo sudah bangun? Ayo mandi dan sarapan." Kak Nia melihatku dan berinisiatif menyambutku.

Aku baru beberapa hari tinggal di sini, aku belum terlalu mengenal Kak Nia, jadi aku merasa agak canggung.

Aku hanya berkata "oh" dengan ringan dan pergi ke kamar mandi.

Saat mandi, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Celana dalam yang aku ganti tadi malam ada di sini.

Kak Nia bangun lebih awal dariku, jadi dia pasti sudah melihat celana itu 'kan?

Aku segera melihat ke rak, tapi aku tercengang saat melihat celana dalamku hilang!

Saat aku sedang melihat sekeliling, tiba-tiba terdengar suara Kak Nia dari belakangku, "Nggak usah cari, sudah kucuci."

Aku langsung merasa malu.

Celana dalam itu penuh dengan kotoran. Apa Kak Nia tidak melihatnya saat mencuci?

Ini terlalu memalukan!

Kak Nia malah menyilangkan tangan di dada dan menatapku sambil tersenyum, seolah tidak ada yang salah, "Edo, apa kamu mendengar sesuatu tadi malam?"

Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan panik, sampai mati pun aku tidak bisa mengakui kalau aku mendengar Kak Nia melakukan hal seperti itu sendirian.

"Nggak, nggak ada, aku nggak mendengar apa pun."

"Benarkah? Apakah kamu nggak mendengar suara-suara aneh datang dari kamarku?"

Kak Nia sedang mengujiku.

"Aku tidur sekitar jam sepuluh tadi malam, aku benar-benar nggak mendengar apa pun."

Setelah mengatakan itu, aku lari.

Entah apa yang terjadi, tapi saat diinterogasi Kak Nia, aku merasa sangat bersalah dan mataku tak bisa menahan diri untuk tidak tertuju pada dada Kak Nia.

Ini seperti sihir.

Aku sedang duduk di meja makan sambil makan. Sebenarnya aku tidak fokus, karena Kak Nia segera menghampiriku lagi dan duduk di sebelahku.

Aku mempertanyakan apa yang ingin Kak Nia lakukan? Kami biasa duduk berhadapan saat makan, kenapa dia tiba-tiba duduk di sebelahku?

Saat aku sedang berpikir liar, Kak Nia tiba-tiba menyentuh lembut lenganku dengan jarinya.

Tiba-tiba aku merasa mati rasa di sekujur tubuh, seolah-olah aku tersengat listrik.

Aku juga mendesah dalam hati, ternyata begini rasanya disentuh oleh seorang wanita.

Sentuhan ini sangat luar biasa.

"Edo, sepertinya kamu takut padaku, ya?"

"Nggak, aku hanya kurang begitu mengenal Kak Nia, jadi aku sedikit berhati-hati."

"Bukankah semua orang berubah dari nggak akrab satu sama lain menjadi akrab? Justru karena kita nggak akrab maka kita perlu lebih banyak berkomunikasi, agar kita bisa lebih cepat dan lebih dekat satu sama lain secara efektif."

"Edo, tahukah kamu cara apa yang paling cepat dan efektif agar pria dan wanita bisa akrab satu sama lain?"

Entah itu hanya imajinasiku, aku hanya merasa Kak Nia sedang memberi isyarat padaku?

Aku sangat bingung sehingga aku bahkan tidak repot-repot makan.

Aku merasa antusias sekaligus gugup. Apalagi aku ingin tahu apa yang dimaksud Kak Nia?

Jadi aku memberanikan diri bertanya, "Kak Nia, apa itu?"

"Menciptakan manusia!" Kak Nia menatapku dengan mata besarnya yang cerah dan berkata langsung.

Aku langsung tersedak.

Aku berpikir dalam hati, kenapa Kak Nia berkata seperti itu padaku? Dia adalah kakak iparku, aku tidak bisa melakukan ini padanya.

Mungkinkah Kak Nia sedang mengincarku?

Kakakku tidak mampu, jadi dia menaruh harapannya padaku?

Tidak, tidak, aku tidak boleh bersalah pada kakakku.

Aku segera menarik bangku ke samping dan berkata, "Kak Nia, jangan bercanda. Kalau orang lain mendengarnya, mereka akan salah paham."

"Pfft." Kak Nia langsung tertawa saat melihat tatapanku, lalu berkata, "Kalau begitu katakan sejujurnya, apa kamu mendengar sesuatu tadi malam? Kalau kamu masih nggak mau mengatakan yang sebenarnya, aku akan berdiskusi mendalam denganmu."

Aku ketakutan hingga hampir buang air kecil, aku berpikir ini tidak mungkin terjadi, jadi aku panik dan berkata, "Kak Nia, aku memang mendengar suara-suara tadi malam, tapi itu secara nggak sengaja."

"Apakah itu eranganku, merdu nggak?" Aku tidak menyangka Kak Nia akan menanyakan hal ini.

Aku tersipu malu hingga jantungku hampir copot. Aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.

Saat ini, ada ketukan di pintu di luar. Seolah-olah aku sudah menemukan penyelamat, aku segera berlari dan membuka pintu.

Ketika aku membuka pintu, aku melihat seorang wanita jangkung dan ramping berdiri di depan pintu.

Dia sangat cantik dan memiliki sosok yang berlekuk, seperti bintang wanita.

Wanita itu menatapku, mengedipkan mata hitam besarnya dan bertanya, "Siapa kamu?"

Aku juga bertanya-tanya, "Siapa kamu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status