Di atas ranjang yang tak lagi rapi, Shiren tampak kelabakan menerima serangan menggoda dari sang kekasih. Tubuhnya meremang ketika sebuah telapak tangan mengusap lembut paha bagian dalamnya.
“Stop—hh, kita tidak boleh seperti ini, Sayang—Aw!” Ucapan Shiren terbata-bata, pria di atasnya seperti sudah digulung nafsu. Sedari tadi dia menolak dan mengelak, pria itu seolah tuli dan fokus pada pekerjaannya saja.“Aku tidak tahan,” ucap pria itu dengan suara tertahan. Wajah tampannya bersembunyi di ceruk leher Shiren, mengendus dan sesekali menjilat, sedangkan kedua tangannya tampak bekerja keras menyentuh apapun yang dia sukai.Merasa semakin tak terkendali, Shiren segera bangkit dan mendorong kuat pria itu.“Berhenti, Jovan! Pergi sekarang atau besok kita tidak akan menikah!” ancam Shiren dengan suara yang begitu menggema. Untung kamar hotel mereka kedap suara.Pria bernama Jovan itu akhirnya terdiam, wajahnya tampak memerah tanda dia butuh pelampiasan. Dia kira, malam ini Shiren akan berhasil dia dapatkan.Jovan akhirnya pergi, meninggalkan Shiren yang masih dilanda perasaan campur aduk. Dia sangat mencintai Jovan, bahkan bersedia untuk dinikahi esok hari oleh pria tadi. Hanya saja, tindakan Jovan sebelumnya berhasil membuat dia ... kecewa.“Meskipun besok kita akan menikah, aku tidak akan bisa memberikan mahkotaku padamu sekarang, Sayang. Bersabarlah untuk beberapa jam ke depan,” ujar Shiren seorang diri. Dia segera berbenah untuk istirahat agar besok memiliki lebih banyak tenaga untuk bertemu banyak orang.***Gedung hotel yang akan dijadikan tempat pernikahan Jovan dan Shiren tampak sangat ramai dihadiri hampir ratusan tamu. Sebenarnya bukan acara yang paling mewah, hanya saja sudah cukup menegaskan siapa mereka."Jam berapa ini? Kenapa Jovan belum memunculkan batang hidungnya?" tanya beberapa keluarga Shiren. Gedung hotel tempat Jovan menginap juga sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi entah kenapa pria itu belum juga datang."Dia seharusnya sudah datang untuk bisa segera didokumentasikan proses pernikahannya. Coba katakan pada Shiren untuk menghubungi calon suaminya itu," jawab yang lain. Mereka masih bisa sedikit santai awalnya. Barulah setelah beberapa kali dihubungi tak ada balasan, mereka perlahan-lahan panik."Bu, ke mana calon suamiku itu? Seharusnya dia sudah tiba, riasakanku bahkan sudah selesai," ujar Shiren panik. Tak ada yang bisa dihubungi dari pihak Jovan, bahkan orang tua pria itu pun tidak ada yang menerima telepon darinya."Sebentar, Ibu akan bertanya langsung pada ibu Jovan yang ada di sana," balas Belinda Lavine—ibu Shiren.Kepanikan semakin memuncak ketika mereka yang ada di seberang sana tidak bertemu Jovan sejak semalam, mereka pun bingung Jovan ke mana. Shiren berusaha menahan diri untuk tidak histeris saat ini juga."Ke mana calon suamimu, Shiren?! Dia seharusnya sudah ada di altar menunggumu!" kali ini Domenico yang bersuara, dia adalah kakek Shiren sebagai wali karena Shiren sudah tidak memiliki ayah. Segala tanggung jawab Shiren ada padanya.Melihat kepanikan sang cucu, Domenico tak bisa tinggal diam. Hanya tinggal hitungan menit cucunya harus segera dinikahkan. Jika tidak, betapa malunya dia. Domenico keluar dari kamar Shiren, dia kembali melihat keadaan aula yang sudah tampak ramai dan terdengar beberapa gunjingan tamu. Wajar saja, pengantin pria belum juga memunculkan batang hidungnya.Di pintu masuk, Domenico melihat salah satu karyawan Shiren yang turut hadir. Dia adalah salah satu karyawan cerdas dan pekerja keras, Nicholas namanya. Sebelum menginjak pintu masuk, Nicholas lebih dulu ditarik oleh Domenico. Mungkin, hanya ini jalan satu-satunya."Kamu Nicholas, bukan? Tolong, tolong ikut denganku," ujar Domenico tergesa.Nicholas tampak kebingungan ketika tangannya ditarik oleh pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Meminta tolong? Untuk apa? Pikirnya."Apa yang anda butuhkan, Tuan? Dan, aku akan dibawa ke mana?" Nicholas berpikir pria ini butuh tukang cuci piring tambahan.Setelah membawa Nicholas ke tempat yang aman, barulah Domenico menyuarakan keinginannya."Aku tahu kamu orang baik, aku mohon padamu. Tolong gantikan calon pengantin pria cucuku, sebentar lagi acara dimulai dan tidak mungkin dibatalkan. Aku janji, apapun yang kamu inginkan akan kuberi. Tolong, waktunya sudah sebentar lagi," jelas Domenico tergesa.Melihat betapa pucatnya Domenico berhasil membuat Nicholas mempertimbangkan permohonan tadi. Apalagi, dia bisa meminta apapun asal bersedia menerima tawaran tersebut."Kumohon, kalian hanya perlu menikah kontrak selama 6 bulan saja. Jika 6 bulan kamu tidak setuju, bisa dibicarakan nanti setelah pernikahan. Tolong, waktunya semakin menipis." Domenico rela menjatuhkan harga dirinya pada anak muda ini. Dia hanya tidak ingin cucunya, ataupun keluarganya dirundung rasa malu seumur hidup karena gagal menikah.Nicholas akhirnya setuju, dia tidak tega melihat Domenico terus memohon padanya.Awalnya Shiren sempat terkejut melihat pria yang akan menikah dengannya. Hanya saja, saat ini sudah tidak ada waktu untuk berpikir. Yang terpenting media serta tamu undangan bungkam dan berhenti menggunjing."Nicholas Leonard, saya mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."Suara Shiren bergetar mengucap janji suci pada orang yang tak seharusnya. Pada orang yang tidak dia cintai. Air matanya luruh ketika pendeta mengatakan mereka telah sah. Dia juga membiarkan Nicholas mengecup bibirnya yang semalam dicium habis oleh Jovan. Sungguh, sesak sekali. Ke mana calon suaminya itu?"Tolong jangan menangis sekarang," lirih Nicholas setelah mengecup singkat bibir halus Shiren. Bahkan, inilah kali pertama bibirnya yang suci menyentuh bibir seorang wanita.Suara menggunjing perlahan-lahan surut setelah pesta dimulai. Senyuman pengantin kontrak itu pun terus merebak terpaksa menyambut para tamu. Mungkin jika tidak ada hukum, Shiren akan meledakkan gedung ini dan seisinya. Dia ingin puas menangis dan mencari si pujaan hati.Tepat setelah pesta ditutup, Shiren segera berlari menuju kamar hotelnya. Dia tidak peduli dengan semua orang yang memanggil namanya."Nicholas, kamu bisa istirahat sekarang. Hanya saja, mungkin tidak satu kamar dengan istrimu. Kita akan membahas secara rinci besok saja," ujar Belinda begitu lembut dan sopan."Tidak, dia istriku. Dan aku harus satu kamar dengannya." Tanpa pikir panjang, Nicholas menyusul Shiren ke kamar wanita itu. Mereka semua tidak tahu, ada satu hal yang membuat dia menerima penawaran ini. Tak sepenuhnya terpaksa, karena sebenarnya dia ... tertarik pada Shiren.***"JOVAN BIADAB! BAJINGAN!!!" Teriakan Shiren terdengar sampai luar kamar, wanita itu tampaknya lupa untuk menutup pintu. Nicholas pun segera masuk untuk melihat keadaan istrinya. Di sana, Shiren masih mengamuk dengan ponsel teronggok di lantai, menampilkan hal yang ... menjijikkan. "Dia Jovan?" tanya Nicholas tak sadar, matanya melebar melihat layar ponsel Shiren. Di sana, video percintaan Jovan dengan seorang wanita jelas terlihat.Shiren menoleh, matanya menatap nyalang pada Nicholas. Di matanya, Nicholas adalah Jovan. Tanpa aba-aba Shiren segera menyerang Nicholas. "Dasar pria tidak tahu diri! Apa kurangnya aku menjadi kekasihmu, hah?! Apapun yang kamu inginkan selalu kuberi, Jovan! Mobil apa yang tidak kamu punya sekarang? Motor sport seperti apa yang tidak ada di garasimu? Apapun aku berikan! Dan kamu, kenapa harus pergi di hari pernikahan kita dan menghabiskan malam dengan jalang itu? KENAPA?!!!" Shiren benar-benar lepas kendali, dia tidak sadar sudah berapa kali kukunya menc
Saat ini, Nicholas seperti sedang disidang oleh keluarga besar Shiren. Ibu, adik, kakek, nenek, tentu juga dengan Shiren, berkumpul menghadap kearah Nicholas. Jika orang lain mungkin sudah ketar-ketir, beruntung yang ada di posisi ini adalah Nicholas, rasa percaya diri yang tinggi tidak membuat dia gentar sedikit pun."Baiklah, langsung saja ke intinya. Aku sebagai wali Shiren sangat berterima kasih padamu, Nicholas. Kamu bersedia menikah dadakan demi menyelamatkan nama baik keluargaku. Sesuai dengan apa yang aku katakan sebelum kamu menikahi Shiren, kamu bebas meminta apapun padaku sebagai imbalan. Entah itu berupa harta maupun jabatan, akan aku usahakan. Dari yang kulihat juga kamu pria yang pekerja keras dan cerdas. Mungkin karena masalah ekonomi keluargamu, kamu hanya mampu untuk menjadi karyawan di sini. Yah, itu sama sekali bukan masalah serius selagi kamu mampu bekerja keras. Buktinya, sekarang kamu diberi kesempatan untuk menggapai impianmu," jeda Domenico untuk mengambil napa
Rosa—ibunda Jovan, wanita itu gugup setengah mati ketika tuan besar Lavine menatap matanya begitu tajam. Pria itu belum bersuara saja sudah membuatnya ketakutan. Andai anaknya tidak bodoh, tidak akan jadi seperti ini. Sekarang mungkin dia sedang ongkang-ongkang kaki menikmati indahnya kehidupan memiliki menantu kaya."T-tuan, tolong maafkan Jovan, dia benar-benar di luar kendali aku sebagai ibunya. Tolong maafkan dia," ucap Rosa terbata-bata. Bahkan setelah membuat kekacauan seperti ini anaknya entah pergi ke mana."Satu kesalahan belum tentu kumaafkan, dia berani membuat kesalahan lain. Anakmu benar-benar menjijikkan!" hardik Domenico penuh penekanan. Ada untungnya juga cucu perempuan satu-satunya itu tidak menikah dengan Jovan."Apa maksud anda, Tuan? Kesalahan apa lagi yang sudah dibuat Jovan?" tanya Rosa bingung. Jika boleh, dia ingin mencekik Jovan sekarang juga.Tanpa menjelaskan panjang lebar, Domenico segera memberikan kode pada pengikut setianya. Pria berumur lebih muda dari
Domenico tak main-main dalam menghancurkan Jovan. Tak hanya karir yang dibuat luluh lantak, Jovan dan Rosa juga berhasil dideportasi dari negaranya sendiri. Mereka saat ini ditempatkan di sebuah negara tak terlalu besar, memulai kehidupan baru tanpa apapun yang mereka miliki. Terlebih lagi, sedari dulu mereka memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga yang lain. Dan beginilah hasilnya, tak ada yang peduli pada mereka.Beralih pada sepasang pasangan kontrak, entah mengapa, selalu saja ada hal yang mereka alami. Saat ini di hari ke-7 pernikahan, Shiren dan Nicholas sudah kembali bekerja seperti biasa. Mereka bahkan berangkat bersama agar menunjukkan pada dunia jika mereka adalah sepasang suami istri. Ya ... meskipun pada awalnya banyak cibiran tentang pasangan Shiren yang tentunya bukan Jovan. Dan lagi-lagi, entah apa yang Domenico lakukan sampai akhirnya tak ada satu orang pun berani mengomentari pernikahan Shiren. Bahkan yang awalnya media sangat gencar membuat berita tentang Shiren
Atensi para karyawan Shiren kini tertuju pada sang empu perusahaan. Bagaimana tidak, wanita itu tampak patuh berada di gendongan Nicholas. Sebagian dari mereka memekik gemas, sebagian lagi mencibir ganas. "Entah mataku yang salah atau bagaimana, semenjak bersama Nicholas, Nyonya Shiren seperti kehilangan sisi dominannya," celetuk salah satu karyawan wanita Shiren. Dua karyawan wanita itu asyik berbisik-bisik seraya bekerja."Ck, panggil Tuan, bodoh! Kamu memanggil Shiren dengan Nyonya sedangkan suaminya disebut nama saja. Jika didengar mereka kita pasti terkena masalah!" ujar satunya lagi mengingatkan. "Shiren ini diselingkuhi atau dia yang selingkuh? Ya ... siapa tahu dia menghalalkan segala cara agar bisa menikah dengan Nicholas." Inilah yang paling tidak masuk akal. Teman karyawan wanita itu tampak sangat ketar-ketir, dia bahkan sampai menoleh kanan kiri dengan gesit, memastikan tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka."Cukup! Aku tidak mau karirku rusak karena per
Sore hari, keadaan kantor kembali dibuat ramai oleh penampakan Shiren dan Nicholas. Bagaimana tidak, siang tadi sebagian dari mereka melihat bagaimana romantisnya Nicholas menggendong tubuh Shiren. Dan saat ini, hampir semua dari mereka melihat secara langsung. Terlihat sangat sempurna perpaduan antara Nicholas dan Shiren."Mereka seperti pasangan yang ada di film-film! Ah, kenapa tidak dari dulu aku menyadari ada Nicholas di sini? Tahu begini, aku ingin menjadikan dia kekasihku," gerutu salah satu karyawan wanita Shiren. "Nicholas ini sangat jarang terlihat. Selama ini pun aku tidak pernah melihatnya di manapun kecuali di bagian tempat dia bekerja. Di kantin pun tidak ada. Di lobi sebelum masuk pun tidak pernah terlihat," jelas yang lain. Ya ... pantas saja dari mereka banyak yang tidak tahu sosok Nicholas."Ck, wajah setampan itu sangat rugi tidak dipamerkan!"Shiren yang ada di gendongan Nicholas hanya bisa memutar bola mata malas. Sedikit banyak dia mendengar apa yang karyawannya
Pikiran Shiren sudah terlalu jauh berkelana. Pada kenyataannya, tujuan Nicholas tidur di kamarnya pun agar dia tidak kesulitan. Awalnya Nicholas hendak tidur di sofa, namun karena Shiren memiliki perasaan, wanita itu mengizinkan Nicholas untuk tidur di satu ranjang yang sama dengannya. Ini adalah kali kedua mereka tidur bersama, pertama di malam setelah pernikahan. "Kamu bisa menggunakan ruang kerjaku jika ada pekerjaan yang belum selesai. Dari tadi kulihat kamu sangat sibuk," ujar Shiren pada Nicholas yang asyik memangku laptop. Padahal, saat ini keduanya sudah berada di atas ranjang dan bersiap untuk tidur."Sebentar lagi, kamu jika sudah mengantuk tidurlah lebih dulu," titah Nicholas tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop. Menjadi sekretaris seorang Shiren Lavine ternyata bukan hal mudah. Shiren akhirnya memposisikan diri agar nyaman, dia juga sangat hati-hati melindungi kakinya yang masih terluka dan terasa nyeri. Selang satu jam, Nicholas akhirnya menyimpan laptop mil
Seminggu kemudian, Shiren telah sembuh sepenuhnya berkat perawatan terbaik dari Nicholas. Nicholas benar-benar menjadi sosok yang selalu ada untuk Shiren.Hari ini, keduanya bersiap untuk melakukan perjalanan bisnis. Sudah lama Shiren merencanakan hal ini, namun karena kemarin-kemarin kondisi tubuhnya tidak memungkinkan, alhasil baru bisa terlaksana sekarang."Jangan ceroboh, kamu ini terluka sedikit saja seperti kehilangan seperempat usus," ujar Jay mengingatkan sang kakak. Beruntung ada Nicholas, kepekaan suami kakaknya ini tidak perlu diragukan. Daun yang hampir mengenai Shiren saja berhasil Nicholas depak terlebih dahulu."Kamu cerewet seperti wanita! Pergi sana dan uruslah pekerjaanmu," usir Shiren pada sang adik. Dia sangat malas berurusan dengan mulut cerewet Jay. Nicholas dan Belinda hanya mampu geleng-geleng kepala, hal sekecil apapun selalu menjadi sumber keributan bagi kakak beradik itu."Hati-hati di sana, ya? Nicholas, tolong jaga Shiren dari apapun. Kamu tahu sendiri ji
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia