Atensi para karyawan Shiren kini tertuju pada sang empu perusahaan. Bagaimana tidak, wanita itu tampak patuh berada di gendongan Nicholas. Sebagian dari mereka memekik gemas, sebagian lagi mencibir ganas.
"Entah mataku yang salah atau bagaimana, semenjak bersama Nicholas, Nyonya Shiren seperti kehilangan sisi dominannya," celetuk salah satu karyawan wanita Shiren. Dua karyawan wanita itu asyik berbisik-bisik seraya bekerja."Ck, panggil Tuan, bodoh! Kamu memanggil Shiren dengan Nyonya sedangkan suaminya disebut nama saja. Jika didengar mereka kita pasti terkena masalah!" ujar satunya lagi mengingatkan."Shiren ini diselingkuhi atau dia yang selingkuh? Ya ... siapa tahu dia menghalalkan segala cara agar bisa menikah dengan Nicholas." Inilah yang paling tidak masuk akal.Teman karyawan wanita itu tampak sangat ketar-ketir, dia bahkan sampai menoleh kanan kiri dengan gesit, memastikan tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka."Cukup! Aku tidak mau karirku rusak karena percakapan tidak berbobot ini. Terserah mereka saja, yang terpenting kita tetap bisa mendapat uang di sini!" Terlalu bahaya jika sampai ada yang mengadukan percakapan mereka. Terlebih lagi, backingan Shiren bukanlah orang sembarangan.***Di ruang kerja Shiren, Nicholas tampak telaten merawat sang istri. Memijat, mengompres, semua dia lakukan agar kaki Shiren kembali membaik selagi menunggu dokter tiba.Shiren yang diperlakukan begitu lembut tampak terkesima. Lagi-lagi, Jovan tidak pernah perhatian seperti ini padanya. Pelukan dan ciuman memang biasa dia dapatkan, namun untuk hal merawat dirinya ketika sakit, Jovan selalu menyuruh dokter saja.Ketukan pintu tidak berhasil membubarkan lamunan Shiren sama sekali, wanita itu tetap asyik dengan pikirannya sendiri. Nicholas pun segera bangkit, menyambut seorang dokter yang dirinya panggil."Dia tadi sempat tersandung dan mungkin juga terkilir. Aku sudah membantunya memijat dan mengompres agar tidak tegang," jelas Nicholas pada dokter bername-tag Kylie."Terima kasih, Tuan. Sekarang biarkan saya yang mengobati beliau." Dokter Kylie segera mendekat ke arah Shiren yang untungnya sudah sadar dari lamunan tadi.Setelah melakukan pemeriksaan, dokter Kylie membuka tas yang dia bawa. Dia mengambil salah satu benda seperti suntikan dan segera membukanya.Wajah Shiren sontak berubah pucat melihat benda tajam yang paling dia benci. Dia ingin menangis, tapi terhalang rasa malu pada Nicholas juga dokter Kylie."A-apakah harus disuntik? Aku rasa tidak perlu," tawar Shiren sebisa mungkin. Hal itu sukses membuat dokter Kylie terhenti dari kegiatannya dalam menyiapkan suntikan untuk Shiren."Ini akan membantu menyembuhkan lebih maksimal dan lebih cepat, Nyonya. Anda ini orang sibuk, pasti membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk pulih," jelas dokter Kylie. Dari gelagatnya, dokter Kylie sudah yakin jika Shiren phobia jarum suntik.Shiren mengedarkan pandangannya mencari sosok Nicholas. Beruntung, pria itu sedari tadi berdiri di sisi dokter Kylie, seolah mengawasi cara kerja dokter itu. Shiren menatap Nicholas penuh harap, tatapannya menyiratkan meminta pertolongan. Dia ingin Nicholas mencegah dokter Kylie yang hendak menyuntiknya."Lakukan yang terbaik saja, Dokter. 3 suntikan bila perlu," celetuk Nicholas membuat wajah Shiren berkali-kali lebih pucat. Telapak tangannya bahkan sudah sangat dingin.Nicholas tersenyum kecil melihat betapa tegangnya Shiren. Karena tak tega, Nicholas segera menempatkan diri untuk duduk di samping sang istri. Dia dengan lembut membawa Shiren ke pelukan, menyembunyikan wajah pucatnya dalam dekapan.Wajah yang semula pucat berangsur memerah, harum dan hangatnya tubuh Nicholas kembali dia rasakan. Entah ke mana perginya semua rasa takut tadi, saat ini hanya ada rasa nyaman dan tenteram. Tanpa sadar, dokter sudah berhasil menyuntik Shiren.Bahkan ketika dokter kembali membenahi alat-alat medis, Shiren masih senantiasa berada di dekapan Nicholas.'Oh Tuhan, aku masih trauma dengan seorang laki-laki. Tapi kenapa makhluk satu ini sangat berbeda!' pekik Shiren dalam hati. Dia ingin lepas dari pelukan itu, namun raganya tak bisa."Setelah ini istirahat saja dan lakukan pekerjaan cukup dari ruanganmu. Aku akan membuatkan jadwal baru yang lebih lenggang agar kamu tidak terlalu lelah," ucap Nicholas merenggut kesadaran Shiren untuk kembali.Shiren hanya bisa mengangguk kecil dalam dekapan Nicholas. Apalagi ketika tubuhnya kembali melayang, diangkat dengan begitu mudahnya oleh Nicholas. Shiren akhirnya duduk di kursi kekuasaan tanpa harus berjalan kaki menahan rasa sakit. Tubuhnya bisa dipindah-pindah dengan mudah oleh Nicholas."Apapun yang kamu butuhkan hubungi aku saja, dan jangan gunakan kakimu terlebih dahulu. Tunggu sebentar, aku harus keluar sebentar untuk mengurus hal lain." Setelah mengatakan hal itu, Nicholas segera pergi dari hadapan Shiren.Tepat ketika sosok Nicholas benar-benar hilang dari pandangan, barulah Shiren bisa bernapas dengan lega. Dia bahkan sampai menggebrak meja agar kesadarannya cepat terkumpul seutuhnya."Ayolah Shiren, jangan sampai tertipu lagi oleh seorang pria! Jovan juga awalnya sangat manis padamu. Eh, tidak semanis Nicholas? Ah tapi tetap saja! Pikiran pria pasti sama! Ya ... siapa tahu Nicholas akan lebih parah dari Jovan? Eh? Tidak mungkin! Jika Jovan berada di posisi Nicholas saat ini, dia pasti sudah meminta bulan dan matahari pada kakek! Arghh, terserah Tuhan sajalah!" Pada akhirnya Shiren hanya bisa pasrah. Dia bingung dengan Tuhan yang maha pembolak-balik hati manusia. Beberapa hari yang lalu dia menangis meraung-raung karena Jovan, namun saat ini dia sudah bisa merasakan hal-hal lain bersama lawan jenisnya. Bahkan rasa cinta pada Jovan yang membuatnya sakit kala dikhianati pria itu, saat ini tak ada setitik pun rasa cinta itu tersisa. Hanya ada kecewa dan menyesal.Tapi, jika bukan Nicholas yang menjadi suaminya saat ini, apakah dia bisa melupakan Jovan secepat ini? Perlakuan dan segala tingkah Nicholas selalu mengalihkan rasa sedihnya, dia sangat bersyukur akan hal itu.Namun, ada satu hal yang membuat Shiren ragu akan Nicholas. Meskipun terkesan ramah dan gampang menyesuaikan diri, Nicholas adalah orang tertutup, dia tidak pernah sekalipun membahas dirinya sendiri ataupun keluarganya. Bahkan dari data diri Nicholas yang masuk ke perusahaan pun tidak bisa dilacak sampai ke akar-akar. Yang muncul benar-benar hanya seperlunya."Ah, yang penting dia bukan mafia-mafia yang ada di film! Ih, aku tidak ingin tiba-tiba diculik dan dijadikan tawanan seperti di novel!" Shiren parno sendiri membayangkannya.***Sore hari, keadaan kantor kembali dibuat ramai oleh penampakan Shiren dan Nicholas. Bagaimana tidak, siang tadi sebagian dari mereka melihat bagaimana romantisnya Nicholas menggendong tubuh Shiren. Dan saat ini, hampir semua dari mereka melihat secara langsung. Terlihat sangat sempurna perpaduan antara Nicholas dan Shiren."Mereka seperti pasangan yang ada di film-film! Ah, kenapa tidak dari dulu aku menyadari ada Nicholas di sini? Tahu begini, aku ingin menjadikan dia kekasihku," gerutu salah satu karyawan wanita Shiren. "Nicholas ini sangat jarang terlihat. Selama ini pun aku tidak pernah melihatnya di manapun kecuali di bagian tempat dia bekerja. Di kantin pun tidak ada. Di lobi sebelum masuk pun tidak pernah terlihat," jelas yang lain. Ya ... pantas saja dari mereka banyak yang tidak tahu sosok Nicholas."Ck, wajah setampan itu sangat rugi tidak dipamerkan!"Shiren yang ada di gendongan Nicholas hanya bisa memutar bola mata malas. Sedikit banyak dia mendengar apa yang karyawannya
Pikiran Shiren sudah terlalu jauh berkelana. Pada kenyataannya, tujuan Nicholas tidur di kamarnya pun agar dia tidak kesulitan. Awalnya Nicholas hendak tidur di sofa, namun karena Shiren memiliki perasaan, wanita itu mengizinkan Nicholas untuk tidur di satu ranjang yang sama dengannya. Ini adalah kali kedua mereka tidur bersama, pertama di malam setelah pernikahan. "Kamu bisa menggunakan ruang kerjaku jika ada pekerjaan yang belum selesai. Dari tadi kulihat kamu sangat sibuk," ujar Shiren pada Nicholas yang asyik memangku laptop. Padahal, saat ini keduanya sudah berada di atas ranjang dan bersiap untuk tidur."Sebentar lagi, kamu jika sudah mengantuk tidurlah lebih dulu," titah Nicholas tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop. Menjadi sekretaris seorang Shiren Lavine ternyata bukan hal mudah. Shiren akhirnya memposisikan diri agar nyaman, dia juga sangat hati-hati melindungi kakinya yang masih terluka dan terasa nyeri. Selang satu jam, Nicholas akhirnya menyimpan laptop mil
Seminggu kemudian, Shiren telah sembuh sepenuhnya berkat perawatan terbaik dari Nicholas. Nicholas benar-benar menjadi sosok yang selalu ada untuk Shiren.Hari ini, keduanya bersiap untuk melakukan perjalanan bisnis. Sudah lama Shiren merencanakan hal ini, namun karena kemarin-kemarin kondisi tubuhnya tidak memungkinkan, alhasil baru bisa terlaksana sekarang."Jangan ceroboh, kamu ini terluka sedikit saja seperti kehilangan seperempat usus," ujar Jay mengingatkan sang kakak. Beruntung ada Nicholas, kepekaan suami kakaknya ini tidak perlu diragukan. Daun yang hampir mengenai Shiren saja berhasil Nicholas depak terlebih dahulu."Kamu cerewet seperti wanita! Pergi sana dan uruslah pekerjaanmu," usir Shiren pada sang adik. Dia sangat malas berurusan dengan mulut cerewet Jay. Nicholas dan Belinda hanya mampu geleng-geleng kepala, hal sekecil apapun selalu menjadi sumber keributan bagi kakak beradik itu."Hati-hati di sana, ya? Nicholas, tolong jaga Shiren dari apapun. Kamu tahu sendiri ji
Suasana yang sebelumnya ceria kini berubah sunyi. Kembali mengingat Jovan itu artinya dibukakan kembali luka yang belum sembuh sepenuhnya. "Bukankah kamu sudah berjanji? Selama bersamaku tugasmu hanya bersenang-senang dan bekerja. Rugi sekali memikirkan pria itu," ucap Nicholas lembut. Dia tahu dibalik diamnya Shiren masih menyimpan banyak luka yang tak kentara. Maka dari itu, dia berusaha agar membuat wanita ini tak bisa diam. Itu lebih baik."Ya, aku sedang berusaha. Terima kasih telah berbaik hati padaku." Senyum tulus Shiren mengembang kembali, sangat berbeda dengan senyum sebelumnya. Inilah yang Nicholas suka. Saat fokus Shiren kembali ke piring, dia terkejut melihat udang dan lobster miliknya yang sudah selesai dikupas semua. Wanita itu segera menatap Nicholas dan kembali terkejut melihat piring Nicholas penuh oleh kulit udang dan lobster miliknya. "Cepat selesaikan makananmu, setelah ini bekerja denganku," titah Nicholas yang segera diangguki oleh Shiren. Kali pertama dalam h
Sebagai permintaan maaf, Shiren rela bangun pagi buta untuk membuatkan sarapan Nicholas. Semalaman dia tidak bisa tidur dengan nyaman karena memikirkan perasaan Nicholas. "Telurku!" pekik Shiren ketika mencium bau gosong. Niatnya ingin multitasking, menggoreng telur dibarengi mencuci sayuran. Namun karena terlalu asyik dengan pikiran sendiri, dia melupakan nasib si telur. Alhasil, telurnya gosong tak bisa dimakan.Dari arah kamar lain muncul Nicholas. Penampakannya masih cukup berantakan, wajahnya juga terlihat cukup panik."Bau apa ini? Kamu sedang membuat apa?" tanya Nicholas seraya berjalan mendekat ke arah Shiren. Shiren sama sekali tak bisa fokus, pemandangan di hadapannya sangat memanjakan mata. Entah sengaja atau tidak, Nicholas keluar dari kamar tanpa memakai atasan. Bukan yang pertama kali, namun masih mampu membuat jantungnya berdetak abnormal. "S-sedang membuat sarapan. K-kamu mandilah dulu, nanti kita sarapan bersama." Sekuat tenaga Shiren bersikap normal, kepalanya men
Belinda, Jay, Domenico, dan juga Jasmine segera mengambil penerbangan menuju Singapura setelah mendengar kecelakaan di proyek pembangunan mall Shiren. Shiren semakin bertambah histeris ketika dokter meminta persetujuannya agar operasi pada Nicholas segera dilakukan. Ada keretakan di bagian tulang punggungnya, juga beberapa organ dalam yang sedikit terganggu karena benturan keras itu."Ya, lakukan yang terbaik untuknya, kumohon!" Bukan Shiren yang menjawab, melainkan seorang arsitek andalan Shiren yang ikut membantu membawa Nicholas ke rumah sakit. Shiren hanya bisa menangis sambil terduduk pasrah, dia sangat takut, bagaimana keadaan Nicholas ke depannya? ***Setelah melewati masa operasi yang begitu menegangkan, kini Nicholas dipindah ruang. Shiren sebenarnya takut melihat ruangan Nicholas saat ini. Banyak benda-benda penunjang kesehatan yang menempel pada tubuh Nicholas. Namun, dia juga tidak mampu beranjak dari sisi pria itu. Setidaknya, dia masih bisa melihat Nicholas meskipun d
"Kapan kamu akan bangun? Ini sudah 4 hari, Nicholas. Kita seharusnya sudah kembali ke Prancis. Kamu masih kesakitan, ya?" Sosok yang ditanyai oleh Shiren tidak berkutik sedikit pun. Shiren hanya bisa pasrah, dia tidak pernah dibuat menunggu dengan perasaan tak nyaman seperti ini. Rasanya, dia kesulitan untuk bernapas selama Nicholas belum membuka mata.Keadaan Nicholas sebenarnya sudah membaik, dia bahkan sudah dikeluarkan dari ICU. Kini, Nicholas menjalankan perawatan di ruang rawat VVIP sesuai dengan permintaan Shiren. Alat yang menempel pada tubuh Nicholas juga lebih sederhana daripada sewaktu di ruang ICU.Shiren memandang ragu pada sebelah tangan Nicholas yang tidak tersentuh apapun. Perlahan dia membawa telapak tangan itu dalam genggamannya. Shiren bahkan memegangnya dengan kedua tangan agar bisa menutupi seluruh bagian telapak tangan Nicholas. Mungkin jika terlihat, saat ini Shiren sedang menyalurkan kekuatan untuk Nicholas. Tanpa diduga, kedua kelopak mata Nicholas akhirnya b
"Tentu tidak akan terjadi. Bukankah kita sudah berjanji akan tetap biasa saja? Ya ... fokus pada tugas masing-masing," ucap Shiren seraya menyodorkan suapan demi suapan untuk Nicholas. "Anggap saja kita saudara jauh atau apalah itu. Aku khawatir karena kamu saudaraku atau temanku. Ya, begitu." Meskipun sedikit aneh ketika mengatakannya, namun Shiren tak memiliki pilihan lain. Hubungannya dengan Nicholas memang baik, namun dia belum siap jika harus merasakan cinta yang kedua kalinya. Dia masih membutuhkan waktu sebelum bertempur kembali dengan dunia percintaan. Nicholas diam, dia tidak membalas apapun ucapan Shiren. Akan tetapi, Nicholas yakin tujuannya pasti tercapai. Shiren harus tahu jika dia adalah sosok yang pantang menyerah.***Nicholas akhirnya diperbolehkan pulang setelah dirawat tambahan dua hari. Mungkin jika bukan Shiren yang memaksa, sudah dari kemarin-kemarin Nicholas keluar dari rumah sakit. Berlama-lama di sana membuatnya hampir mati bosan, tidak ada yang bisa dia lak
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia