Di kediaman mereka, Shiren sangat sibuk memasak sarapan khusus untuk Nicholas. Pagi-pagi sekali seisi rumah dibuat heboh oleh penampakan Shiren di dapur. Ini adalah kali kedua Shiren sudi berkecimpung langsung dengan bumbu. Dulu, Shiren pernah memasak untuk Jovan. Tapi kata Jovan, masakan Shiren sangat tidak enak bahkan langsung dibuang. Alhasil, Shiren sakit hati dan tidak mau lagi memasak. "Kamu sehat'kan, Nak?" Belinda sampai menyentuh dahi Shiren menggunakan punggung tangan. Dia masih tidak menyangka jika ini nyata."Tentu saja! Ibu pasti terkejut'kan melihat aku memasak di dapur?" tanya Shiren tepat sasaran. Dengan semangat Belinda mengangguk, dia ingin mendengar alasan apa yang membuat Shiren seperti ini."Menantu kontrakmu itu sangat menyebalkan, Bu! Dia terus mengungkit telur gosong yang aku buat kemarin. Jadi, hari ini aku akan membuktikan padanya jika aku bisa membuat telur yang sempurna! Lengkap dengan ayam goreng tepung!" ujar Shiren penuh semangat.Belinda menggeleng pel
"L-lepaskan aku." Shiren berusaha untuk lepas dari dekapan Nicholas. Dia tidak ingin Nicholas menyadari detak jantungnya sekarang."Diam. Anggap ini hukuman karena kamu tidak sopan masuk ke dalam kamar orang lain," balas Nicholas. "Orang lain bagaimana? Kamu ini suamiku!" Shiren tidak salah, kan? Mereka bahkan sudah sah menurut agama maupun negara."Oh ya? Jika begitu, aku bebas memintamu untuk tidur di sini. Bukankah suami istri harus tidur bersama?" Shiren semakin gelagapan, dia hampir menjerit kembali ketika tubuhnya ditarik ke dalam pelukan Nicholas. Rasanya tidak menegangkan seperti tadi, namun jantungnya masih berdetak tak normal."A-aku—""Shttt, tidurlah. Aku tidak akan macam-macam, cukup dengan seperti ini."Shiren semakin meleleh ketika kepalanya diusap-usap sayang. Shiren merasa sangat nyaman sekarang. Dia merasa seperti bayi kecil sedang ditidurkan oleh ibunya.Tak lama kantuk itu datang, entah sadar atau tidak kedua lengan Shiren memeluk erat tubuh Nicholas. Wajah canti
Kini Nicholas bisa bernapas dengan lega melihat penampilan Shiren. Tidak ada lagi rok pendek lagi ketat, dia sakit mata melihatnya."Kamu bisa langsung menegurku jadi penampilanku salah. Tapi caramu juga tidak buruk. Dengan begini aku akan sengaja memakai pakaian yang salah agar bisa mendapat pakaian baru darimu! Hahaha," kelakar Shiren merasa senang. Suasana hatinya sangat baik."Jangan diulangi lagi. Kamu wanita terhormat, harus bisa menjaga diri bahkan hanya dari sebuah tatapan." Nicholas tidak bercanda, dia mengatakannya dengan penuh serius. Namun yang diberikan petuah malah cekikikan tidak jelas."Suka-suka aku, wleee!" Lihatlah, Shiren memiliki hobi baru. Wanita itu sangat bahagia jika menguji kesabaran Nicholas. Mereka seakan lupa tempat, banyak orang yang memerhatikan tingkah keduanya. Saat ini mereka sedang berada di lobi perusahaan.Orang-orang yang ada di sana tampak tak berkedip. Ini adalah kali pertama mereka melihat tingkah Shiren yang kekanak-kanakan. Wanita itu dengan
"Nona Guen, sepertinya banyak hal yang perlu saya pertimbangkan untuk melanjutkan kerja sama ini. Sangat disayangkan sikap anda tidak profesional." Shiren tak sanggup lagi menahan. Jika boleh, dia ingin mencakar wajah Guen sekarang juga.Nicholas tidak terkejut. Sikap Guen memang keterlaluan. Setelah makan siang tadi, Guen secara terang-terangan mendekati Nicholas. Bahkan posisi duduknya pun diubah. Awalnya saling berhadapan antara pihak Guen dan Shiren. Tapi tadi, entah bagaimana ceritanya sehingga Guen bisa duduk berdampingan dengan Nicholas. "Tidak profesional bagaimana, Nona Shiren?" Guen bertanya halus, dia sebenarnya menahan diri agar tidak meledak juga.Shiren menarik napas dalam-dalam sebelum berceloteh."Aku melihatmu secara terang-terangan menggoda sekretarisku. Asal kamu tahu, Nona Guen. Dia adalah suamiku. Aku, Nyonya Leonard. Nicholas Leonard adalah suamiku," jawab Shiren penuh penekanan. Jelas dia bukan wanita yang pandai menyembunyikan perasaan.Sakit hati atau tidak,
Sepulangnya dari cafe, tidak ada lagi wajah masam Shiren. Tak jarang wanita itu mengumbar senyum saking bahagianya dia sekarang. Dia bekerja dengan hati yang begitu lapang. "Pulang nanti aku ingin membeli beberapa snack ringan untuk besok," ujar Shiren pada Nicholas. Lagi-lagi mereka bekerja dalam ruangan yang sama."Bukankah snack-mu masih banyak? Kemarin-kemarin kamu dibelikan snack oleh ibu sampai satu keranjang penuh," balas Nicholas merasa heran. Mana mungkin perut Shiren yang kecil itu bisa menampung banyak makanan dalam kurun waktu sebentar?"Ah, itu beda lagi! Aku ingin membeli snack lain. Besok kita tidak bekerja, kan? Ya ... kita buat ala-ala piknik saja di belakang rumah. Mau?" ajak Shiren. "Tentu." Setidaknya dia butuh sedikit ketenangan setelah beberapa ketegangan. Masih ada beberapa jam untuk bekerja, maka dari itu dia memaksimalkan waktunya agar bisa pulang tepat waktu.Pukul 5 sore, Shiren dan Nicholas segera keluar dari gedung perusahaan. Sesuai rencana awal, mereka
"Tidurlah di sini. Nanti jika membutuhkan sesuatu yang ada di kamarmu, katakan saja padaku," ujar Nicholas seraya menurunkan tubuh Shiren di atas permukaan kasur. Shiren tampaknya juga baru selesai mandi. Rambutnya masih basah, beruntung sudah memakai baju dengan baik sebelum diangkut."Kamu punya hair dryer, kan? Rambutku masih basah." Shiren duduk bersila di atas ranjang Nicholas. "Ada." Nicholas mengambil benda yang dibutuhkan Shiren. Dia meminta wanita itu berbalik, dia dengan telaten membantu wanita itu mengeringkan rambut. Perut Shiren seperti dipenuhi kupu-kupu. Dia tersenyum tanpa Nicholas ketahui. Ah, jika seperti ini terus hatinya tidak akan baik-baik saja!"Kamu belum makan, kan?"Shiren menggeleng, dia sedikit menoleh untuk melihat Nicholas."Panggil pelayan saja untuk membawakan makanan ke sini. Aku sedang malas turun," ucap Shiren. Rasanya dia tidak tahan ingin berguling-guling di atas kasur."Mau makan apa?" "Apa saja yang sudah mereka masak." Sungguh, Shiren sangat
Pagi hari, Nicholas bangun lebih dulu. Tubuhnya terasa kaku karena semalaman tidak ganti posisi. Sebelah lengannya juga mati rasa karena dijadikan bantal oleh Shiren. Padahal, posisi awal mereka tidak seperti ini. Entah sejak kapan Shiren masuk ke dalam pelukan.Nicholas terdiam beberapa saat menikmati makhluk lucu yang meringkuk dalam pelukannya. Dia lihat Shiren sangat nyaman, tarikan napasnya yang teratur menandakan jika sang empu masih terbuai alam mimpi."Hey, bangun." Nicholas berkata dengan penuh hati-hati agar tidak mengejutkan Shiren. Dia sedikit menepuk lengan wanita itu, berharap Shiren segera membuka mata. Bukannya terjaga, Shiren justru semakin menyembunyikan tubuhnya dalam dekapan Nicholas. Dia juga semakin masuk ke dalam selimut agar terhindar dari berbagai macam gangguan. Nicholas tidak pantang menyerah, dia tidak terbiasa berleha-leha terlalu lama di atas kasur setelah bangun. Mungkin jika tidak ada Shiren, sudah sedari tadi dia mandi dan sarapan. Ah wanita ini."K
"Ingin lagi?" Shiren yang masih berguling-guling di atas kasur sontak terkejut mendengar suara Nicholas yang bertanya padanya. Dia tidak sadar jika pria itu sudah berada di dekatnya saat ini.Shiren segera keluar dari gulungan selimut, tanpa diduga dia menyerang Nicholas menggunakan bantal. Shiren kesal pada Nicholas, kenapa pria ini selalu membuatnya tak karuan?!"Kamu ini sangat menyebalkan! Selalu mengambil keuntungan dariku! Kamu menyebalkan!!!" Shiren berteriak cukup kuat tanpa menghentikan gerakan tangannya yang terus memukul Nicholas menggunakan bantal. Bukannya mengaduh atau pergi, Nicholas justru tertawa terbahak-bahak. Jelas sekali dia mendengar bahwa Shiren berkata ciuman tadi nikmat, tapi sekarang, wanita itu juga yang mengamuk tidak jelas.Setelah merasa lelah, Shiren pun akhirnya berhenti. Napas wanita itu tampak memburu, wajahnya memerah menahan kesal dan malu. Di hadapannya, Nicholas masih asyik cekikikan. Nicholas duduk di dekat Shiren, dengan sabar dia mengambil b
"Ohh, Sayang, kenapa kamu tidak menua sama sekali?" tanya Shiren dengan suara sensual saat merasakan badai kenikmatan yang tidak berkesudahan dari sang suami. Melihat bagaimana gagahnya pria ini memberikan sentuhan cinta yang tak pernah berubah dari awal mereka bersama. Nicholas mencecap habis seluruh rongga mulut Shiren seakan ingin menyatukan dua raga yang berbeda. Dan untuk yang ke sekian kalinya, mereka menikmati puncak kenikmatan bersamaan dengan rasa cinta yang semakin meluap.Nicholas ambruk di samping sang istri, memandang penuh bahagia pada seorang wanita yang sangat berarti di hidupnya."Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Shiren. Kamu seperti vampir yang tidak pernah tua. Wajahmu saat masih gadis masih bisa aku lihat sekarang," balas Nicholas tak kalah pandai memuja sang pujaan hati.Shiren semakin menempel pada Nicholas seraya terkikik geli, dia naik ke atas perut Nicholas lalu berbaring di sana. "Andai aku bisa hamil lagi, aku rindu saat-saat mengandung dan dimanja
Nicholas memandang haru foto keempat anaknya yang tumbuh dengan sangat baik. Putri bungsunya bahkan sudah besar dan kini sudah memasuki sekolah menengah atas, tiga kakaknya yang lain sudah lulus dari perguruan tinggi dan sibuk dengan cita-cita mereka masing-masing.Nicholas tidak pernah terpikirkan sanggup menjalani kehidupan selama ini setelah berbagai macam badai yang dia lewati. Tentunya, bersama Shiren dia sanggup melewati segala hal."Melamun lagi? Agaknya lebih baik kita pergi berkencan daripada bosan di rumah. Ayo, aku sudah pesan tempat," celetuk Shiren membubarkan lamunan Nicholas.Ditariknya pinggang Shiren dengan lembut sampai tubuh itu jatuh dalam pangkuan Nicholas. Shiren hanya bisa diam dan menikmati rengkuhan hangat dari sang suami."Aku sangat mencintaimu, Shiren. Kamu segalanya untukku," lirih Nicholas tampak berhenti membelai lembut tubuh sang istri. "Aku juga. Aku juga sangat sangat mencintaimu," balas Shiren tak kalah lembut. Semakin tua Nicholas semakin manja dan
"Nicholas, Shiren jatuh!"Tiga kata keramat itu berhasil membuat nyawa Nicholas hampir lepas dari tempatnya. Kandungan Shiren sangat lemah, dan beberapa hari yang lalu dokter sempat berkata padanya kalau Shiren tidak boleh jatuh-jatuh lagi atau akibatnya sangat fatal. Dan saat ini, hal yang sama terulang kembali."Shiren, jangan tidur! Tatap mataku dan jangan pernah tidur! Lihat aku lihat aku, kamu pasti baik-baik saja, kamu dan anak kita pasti selamat. Jangan tutup matamu, Sayang, aku mohon. Katakan apapun yang kamu rasa dan jangan pernah tidur!" Nicholas terus mengoceh dengan kedua kaki terus melangkah membawa istrinya keluar dari rumah. Dan saat masuk ke dalam mobil, Shiren hampir-hampir hilang kesadaran kalau Nicholas tidak semakin kuat berteriak."Shiren, ingat anak-anak dan aku, Sayang. Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus sembuh dan jangan pernah berniat meninggalkan kami. Lihat aku, kamu kuat dan harus bisa bertahan seperti apapun sulitnya. Aku mohon jangan tidur," pinta N
Sepasang suami istri yang sedang berbuat mesum di salah satu gazebo pantai hampir saja terciduk oleh petugas keamanan. Beruntungnya mereka tidak sampai melepas pakaian dan dengan mudah menutupi inti diri agar tidak dilihat orang lain."Kami hanya duduk santai di sini, tidak macam-macam," ungkap Nicholas dengan raut wajah serius, berharap kalau dua petugas keamanan yang sedang menginterogasinya percaya."Baiklah, maafkan kami sudah mengganggu waktu Tuan dan Nyonya, mungkin tadi hanya perasaanku saja seperti mendengar suara-suara aneh. Di pantai daerah ini memang tidak boleh macam-macam, kami bukan budaya yang bebas," jelas salah satu dari mereka. Setelah tak ada lagi salah paham, mereka pun pergi."Astaga ... aku benar-benar malu! Bagaimana bisa kita hampir terciduk? Idemu sangat buruk," gerutu Shiren kesal luar biasa pada suaminya. Dia sudah tiga kali menolak ide gila Nicholas, namun pria ini tetap memaksa. Alhasil, hampir saja kelakuan buruk mereka diketahui oleh orang lain."Maafka
Anak-anak di rumah tak kalah antusias dari orang tuanya yang sedang pergi berlibur. Mereka juga diajak pergi oleh Cassie dan Robert setiap pulang sekolah dan selalu pulang malam. Meskipun lelah menghadapi tiga cucunya yang sangat aktif, tapi Cassie dan Robert sangat senang. Mereka sangat puas bermain dengan anak-anak."Nenek, kami dan ayah lebih nakal siapa? Kata ayah, kami tidak nakal dan sangat baik seperti ayah kecil. Memangnya ayah tidak nakal? Aku tidak percaya sebenarnya," ujar Bernard mengungkapkan rasa penasarannya selama ini. Sudah cukup lama dia ingin bertanya namun baru ingat lagi sekarang.Cassie dan Robert sontak saling bertukar tatapan, Robert hanya bisa mengendikkan bahu dan menyerahkan urusan anak-anak pada Cassie. Robert pergi mencari angin di luar."Tentu saja, ayah kalian sangat baik dan tidak nakal. Maka dari itu kalian pun menjadi anak-anak yang tak beda jauh dengan ayah sewaktu kecil. Tapi tetap saja, mengurus tiga anak sekaligus tentu lebih melelahkan. Maka dari
Selesai bercinta yang sangat membara, Shirren kembali diserang rasa lapar luar biasa. Namun sebelum keluar dari kamar, dia tak lupa untuk mengenakan pakaian tertutup dari leher sampai ujung kaki. Jangan sampai ada orang lain yang melihat motif polkadot di tubuhnya. "Anna, tolong buatkan paella dan churos, ya? Ah iya, buatkan juga espreso dan jus mangga," pinta Shiren pada pramugari yang melayani. Wanita bernama Anna itu langsung mengiyakan dan cepat-cepat pergi.Shiren tak langsung kembali ke kamar, dia berkeliling sebentar di dalam pesawat pribadi ini yang sangat luas dan nyaman. Sofa-sofa berbulu halus dan empuk itu berhasil mencuri perhatian Shiren."Ah ... pinggangku, sofa ini nyaman sekali," gumam Shiren setelah berhasil menemukan posisi nyaman di sofa tunggal yang sangat nyaman. Dia hampir tertidur jika Anna tidak datang membawa pesanan yang dia inginkan."Yang espreso tolong berikan pada suamiku." Anna lagi-lagi mengangguk patuh sambil menaruh paella, churos dan jus mangga yan
"Tidak akan kumaafkan." Tiga kalimat yang Nicholas lontarkan berhasil membuat Shiren menahan napas, memandang Nicholas dengan tatapan tak percaya. Shiren menarik sebelah lengan Nicholas untuk dia peluk, dengan mudah dia kembali merengek sambil mengusal-usalkan tubuhnya pada Nicholas seperti anak kucing."Janganlah begitu ... kamu bukan tipe suami tanpa maaf untuk istri, aku tahu itu. Aku sangat sangat meminta maaf padamu, Suamiku. Tolong maafkan aku." Shiren terus merengek dan tak peduli pada pramugari dan pramugara yang berlalu lalang di sekitarnya. "Tapi aku belum mau memaafkanmu, bagaimana? Aku juga sakit hati dituduh yang tidak-tidak dan terus dimarahi sepanjang jalan," balas Nicholas semakin membuat Shiren kelabakan. Meskipun sang suami tidak acuh dan tidak jahat padanya, tetapi selagi maaf belum dia dapatkan, rasanya tidak akan pernah ada ketenangan."Kapan kamu mau memaafkanku memangnya? Apakah ada satu syarat yang perlu aku lakukan agar kamu mau memaafkanku?" tanya Shiren l
Pihak keamanan restoran sangat pusing melayani nyonya Leonard yang menyebalkan, berulang kali melihat rekaman yang dia mau namun masih belum percaya juga."Kamu tidak disuap oleh suamiku, kan? Berapa banyak uang yang dia berikan untuk mengedit video sebenarnya? Akan kubayar sepuluh kali lipat asal kamu beri tahu aku yang asli, bagaimana?" tawar Shiren yang masih yakin suaminya ini berbohong.Dari rekaman yang dia lihat, memang Nicholas dan Lea sempat bersentuhan secara tidak sengaja. Tapi, rasanya dia masih belum yakin. Di pojok ruangan Nicholas hanya bisa diam menyaksikan bagaimana petugas keamanan bagian memantau cctv melayani istrinya. Dari raut wajahnya Nicholas sudah bisa menebak kalau petugas itu sudah sangat lelah. "Demi Tuhan aku tidak berbohong, Nyonya. Kami tidak pernah merekayasa rekaman-rekaman seperti ini karena sangat rumit dan bisa membuat sistem berubah-ubah. Dan juga tuan Nicholas tidak pernah menyuapku, kami saja bertemu baru kali ini," jelas petugas itu entah untu
"Heh! Kamu cari kesempatan ya?!" Nicholas reflek mendorong tubuh Lea yang semula menempel pada tubuhnya. Heels yang Lea kenakan terlalu tinggi, alhasil salah sedikit saja dia hampir jatuh.Lea hampir jatuh untuk yang kedua kalinya jika tidak ditolong oleh sopir Nicholas. Setelah bisa berdiri dengan benar, barulah Lea membalas Nicholas yang seenak hati menuduhnya."Kamu pikir aku mau menempel padamu seperti tadi? Kalau bisa, pantatku yang cantik ini lebih baik menyentuh lantai daripada menyentuhmu. Dasar pria aneh!" cecar Lea menatap marah pada Nicholas yang menurutnya sangat sembarangan. Nicholas menghela napas pelan dan memilih diam, sebenarnya tadi dia hanya terkejut. Rasanya sangat tidak nyaman saat tubuh wanita lain menyentuh dirinya. Padahal, dia tahu sendiri kalau tadi Lea benar-benar jatuh dan tidak sengaja."Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih atas waktu dan penjelasanmu malam ini," putus Nicholas sebelum masuk ke dalam mobil miliknya. Lea hanya mengangguk singkat dan dia