Jacob melepaskanku, lalu membantuku mengenakan pakaian kembali dengan lembut. "Yovita, tunggu aku sebentar. Aku akan segera kembali."Aku mengangguk, tetapi hatiku kacau balau. Aku tahu pasti pria tadi yang sedang membuat keributan. Ketika aku menyelinap kembali tadi, pelayan itu sempat menelepon manajer toko.Kenapa masalah itu belum selesai juga? Apa mungkin manajer mengenaliku dan sekarang sedang memberi tahu Jacob? Jika Jacob mengetahui apa yang terjadi tadi, apakah dia akan memutuskan hubungan denganku? Kalau dia pergi, bagaimana dengan biaya sekolahku nanti?Semakin kupikirkan, semakin panik perasaanku. Jari-jariku gemetar tak terkendali dan keringat dingin terus bercucuran di dahiku. Otakku berpacu mencari alasan untuk menjelaskan semuanya kepada Jacob nanti.Setelah beberapa saat, Jacob akhirnya kembali dengan nada kesal. "Dasar tamu zaman sekarang! Benar-benar menganggap dirinya kayak raja. Saldo kartunya jelas-jelas nggak cukup, malah menyalahkan kita dan bikin keributan di l
Aku mendadak kehabisan kata-kata, tidak tahu harus menjawab apa. Wajah Jacob semakin lama semakin muram.Aku menggigit bibirku dengan gugup, pikiranku berputar cepat mencari-cari alasan untuk menjelaskan. Bagaimana kalau kusalahkan saja pria itu?Aku bisa bilang kalau dia mencoba menodaiku. Lagi pula, malam ini sangat gelap. Meskipun ada rekaman CCTV, seharusnya tidak ada yang bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi.Aku menelan ludah, lalu mengangkat kepala dan bersiap untuk bicara. Namun, ponsel Jacob kembali berdering. Dengan wajah kesal, dia mengangkat telepon. Aku samar-samar mendengar beberapa kata seperti "barang baru", "pilihan", dan "masuk kolam", tapi aku tidak mengerti maksudnya.Setelah menutup telepon, Jacob menatapku dalam-dalam dan memerintahkanku untuk tetap di kamar. Tak kusangka, begitu Jacob pergi, manajer toko mengetuk pintu.Aku membuka pintu sedikit dan memandangnya dengan waspada. "Ada perlu apa? Kalau ada urusan, cari saja Jacob. Aku nggak tahu apa-apa."Man
Tangisan dari dalam kolam bergema tiada henti bagaikan neraka. Dengan tangan gemetaran, aku mengeluarkan ponsel dan video call itu masih berlanjut.Di sisi lain, teman sekamarku terlihat ketakutan. Dia menutup mulutnya dan air mata mengalir di wajahnya. Aku menunduk dan mulai mengetik.[ Laporkan ke polisi, selamatk .... ]Namun, sebelum selesai mengetik, seseorang menendangku keras hingga aku terlempar. Dengan susah payah, aku mencoba bangkit. Di depanku, Jacob berdiri bersama beberapa pengawalnya.Ponselku jatuh ke dalam kolam dan langsung mati terkena air."Kenapa kamu nggak mau dengar ucapanku?" Jacob berjongkok, menarik rambutku ke belakang, dan membuat rasa sakit menusuk di kulit kepalaku."Tempat ini ... sebenarnya apa yang terjadi di sini?"Jacob melepaskan genggamannya dan tertawa terbahak-bahak. "Kamu sudah bisa menebaknya, kenapa masih tanya? Kolam ini, tentu saja untuk memelihara 'ikan'.""Lihat, begitu banyak putri duyung ini, semuanya aku pilih dengan hati-hati, menghabis
Jacob menyuruh orang-orangnya melepaskan rantai perak di pergelangan tanganku. Aku merangkak naik ke tepi kolam.Kain tipis basah menempel erat di tubuhku, memunculkan bayangan yang samar-samar menggod.a Suara napas para pria di sekitar mulai terdengar lebih berat. Tatapan mereka nyaris menelanku bulat-bulat.Aku menahan senyum di bibir, lalu melangkah mendekati Jacob. Ujung selendang tipis itu bergetar lembut mengikuti setiap gerakanku. Tatapan Jacob mulai redup. Aku tahu, itu adalah tanda dia mulai tergoda."Kita pindah ke sana, ya? Aku mau melayanimu dengan baik," kataku sambil menunjuk ke sofa di sudut ruangan.Namun, Jacob menggeleng, lalu langsung mencengkeram tubuhku di balik kain tipis itu. "Jangan coba-coba main sama aku. Kita lakukan di sini saja."Aku meringis kecil, perasaan sakit bercampur geli menjalar ke seluruh tubuhku. Air mataku menggenang, membuatku tampak begitu lemah dan rapuh.Dikelilingi oleh tatapan banyak orang, aku perlahan-lahan berlutut di hadapan Jacob. Tan
Di kantor polisi, aku muntah-muntah tanpa henti. Rider, polisi yang kini sudah berganti seragam, memandangku dengan wajah penuh simpati dan menyodorkan segelas air."Kamu benar-benar nekat sampai menggigit habis barangnya. Aku nggak tahu masih bisa disambung atau nggak. Kalau nggak, bisa-bisa kamu dijerat tuduhan penganiayaan."Aku meludahkan air kumur ke wastafel, lalu menatapnya dengan penuh kemarahan. "Kamu ini kan polisi, kenapa harus menyuruh rakyat biasa mempertaruhkan nyawa untuk menemukan sarang mereka? Kalau gigiku nggak kuat, aku sudah mati di dalam sana!"Rider buru-buru menenangkanku. "Pelankan suaramu. Aku juga nggak punya pilihan. Kalau bukan karena kamu, aku harus menyamar berbulan-bulan lagi. Dari awal ketemu kamu, aku tahu kamu cerdas dan berani. Aku nggak salah menilai. Terima kasih, ya."Aku meliriknya dengan kesal sambil mengelap mulutku. "Kalau begitu, kenapa kamu yang menyamar berbulan-bulan nggak cari cara sendiri?"Rider terlihat canggung, lalu mendesah pelan. "
Namaku Yovita, seorang mahasiswa yang berasal dari desa pegunungan. Tahun ini aku baru berusia 19 tahun. Aku memiliki seorang pacar dari keluarga kaya yang sangat mencintaiku. Namanya Jacob. Keluarganya turun-temurun mengelola usaha budi daya ikan.Jacob tidak hanya tampan dan kaya, tetapi juga memiliki hati yang baik dan penuh kasih sayang. Setiap tahun, dia pergi ke pedesaan untuk melakukan kegiatan amal dan membantu anak perempuan dari keluarga kurang mampu.Aku adalah salah satu gadis yang dia bantu. Pada hari ketika aku diterima di universitas, aku menyatakan perasaanku padanya.Jacob menerimanya. Sambil memelukku, dia berkata dengan penuh perasaan bahwa akhirnya dia menungguku sampai dewasa. Sebagai bentuk terima kasih, aku memutuskan untuk memberikan diriku sebagai hadiah untuknya.Namun, dia tidak menyentuhku seperti adegan di film yang langsung menghabisiku. Dia hanya mencicipinya dengan lembut dan berhenti sampai di sana.Jacob berkata, "Hal indah harus disimpan untuk momen y
Jacob biasanya sangat sibuk dengan pekerjaannya. Namun di empang ikan, dia sengaja menyediakan sebuah kamar khusus untukku, tempat kami bisa menghabiskan waktu bersama.Aku mendekorasi kamar itu dengan penuh perhatian, bahkan aromaterapi pun kuganti dengan wangi bunga albizia. Aku juga memilih sebuah gaun yang memiliki pesona tersendiri untuk dipakai malam ini.Karena khawatir aku tidak bisa bersikap santai nantinya, aku bahkan minum pil penenang lebih awal untuk membuatku merasa lebih bahagia. Aku hanya menunggu Jacob pulang malam ini, siap untuk menikmati kebahagiaan.Efek pil itu datang lebih cepat dari yang kuduga. Baru sekitar 15 menit, aku sudah merasa seluruh tubuhku panas, seolah-olah ada semut-semut kecil yang merayap di seluruh badanku, dan rasanya sama sekali tidak bisa diredakan.Aku bersandar pada gagang pintu, menatap jam dinding di kamar. Kenapa Jacob belum pulang juga? Aku mencoba meneleponnya beberapa kali, tetapi tidak ada yang mengangkat.Perasaanku semakin tidak nya
Aku mengenakan pakaian dan berjalan ke tepi kolam ikan dengan langkah gontai. Angin malam yang sejuk di tepi air memang membuatku jauh lebih sadar. Melihat air kolam yang jernih hingga ke dasarnya, aku melepas sepatu dan kaus kaki, lalu duduk di tepi kolam dan mencelupkan kakiku ke dalamnya.Ikan-ikan di kolam itu sama sekali tidak takut pada manusia. Begitu melihat ada orang datang,mereka segera berkumpul di sekitar kakiku dan menyentuhnya dengan lembut. Rasa geli yang halus langsung menyebar ke seluruh tubuhku.Tiba-tiba aku teringat, setiap kali hubungan intimku dengan Jacob mencapai puncaknya, dia selalu mengambil botol untuk menampung "bukti manis" itu, mengumpulkannya, dan menarikku ke kolam ikan.Sambil menuangkannya untuk memberi makan ikan, dia akan menggigit telingaku dan berbisik dengan kata-kata nakal."Besok, aku nggak perlu turun tangan lagi. Aku akan menelanjangimu dan melemparmu ke dalam kolam, biar mereka yang melakukannya sendiri."Semakin kupikirkan, semakin aku mer
Di kantor polisi, aku muntah-muntah tanpa henti. Rider, polisi yang kini sudah berganti seragam, memandangku dengan wajah penuh simpati dan menyodorkan segelas air."Kamu benar-benar nekat sampai menggigit habis barangnya. Aku nggak tahu masih bisa disambung atau nggak. Kalau nggak, bisa-bisa kamu dijerat tuduhan penganiayaan."Aku meludahkan air kumur ke wastafel, lalu menatapnya dengan penuh kemarahan. "Kamu ini kan polisi, kenapa harus menyuruh rakyat biasa mempertaruhkan nyawa untuk menemukan sarang mereka? Kalau gigiku nggak kuat, aku sudah mati di dalam sana!"Rider buru-buru menenangkanku. "Pelankan suaramu. Aku juga nggak punya pilihan. Kalau bukan karena kamu, aku harus menyamar berbulan-bulan lagi. Dari awal ketemu kamu, aku tahu kamu cerdas dan berani. Aku nggak salah menilai. Terima kasih, ya."Aku meliriknya dengan kesal sambil mengelap mulutku. "Kalau begitu, kenapa kamu yang menyamar berbulan-bulan nggak cari cara sendiri?"Rider terlihat canggung, lalu mendesah pelan. "
Jacob menyuruh orang-orangnya melepaskan rantai perak di pergelangan tanganku. Aku merangkak naik ke tepi kolam.Kain tipis basah menempel erat di tubuhku, memunculkan bayangan yang samar-samar menggod.a Suara napas para pria di sekitar mulai terdengar lebih berat. Tatapan mereka nyaris menelanku bulat-bulat.Aku menahan senyum di bibir, lalu melangkah mendekati Jacob. Ujung selendang tipis itu bergetar lembut mengikuti setiap gerakanku. Tatapan Jacob mulai redup. Aku tahu, itu adalah tanda dia mulai tergoda."Kita pindah ke sana, ya? Aku mau melayanimu dengan baik," kataku sambil menunjuk ke sofa di sudut ruangan.Namun, Jacob menggeleng, lalu langsung mencengkeram tubuhku di balik kain tipis itu. "Jangan coba-coba main sama aku. Kita lakukan di sini saja."Aku meringis kecil, perasaan sakit bercampur geli menjalar ke seluruh tubuhku. Air mataku menggenang, membuatku tampak begitu lemah dan rapuh.Dikelilingi oleh tatapan banyak orang, aku perlahan-lahan berlutut di hadapan Jacob. Tan
Tangisan dari dalam kolam bergema tiada henti bagaikan neraka. Dengan tangan gemetaran, aku mengeluarkan ponsel dan video call itu masih berlanjut.Di sisi lain, teman sekamarku terlihat ketakutan. Dia menutup mulutnya dan air mata mengalir di wajahnya. Aku menunduk dan mulai mengetik.[ Laporkan ke polisi, selamatk .... ]Namun, sebelum selesai mengetik, seseorang menendangku keras hingga aku terlempar. Dengan susah payah, aku mencoba bangkit. Di depanku, Jacob berdiri bersama beberapa pengawalnya.Ponselku jatuh ke dalam kolam dan langsung mati terkena air."Kenapa kamu nggak mau dengar ucapanku?" Jacob berjongkok, menarik rambutku ke belakang, dan membuat rasa sakit menusuk di kulit kepalaku."Tempat ini ... sebenarnya apa yang terjadi di sini?"Jacob melepaskan genggamannya dan tertawa terbahak-bahak. "Kamu sudah bisa menebaknya, kenapa masih tanya? Kolam ini, tentu saja untuk memelihara 'ikan'.""Lihat, begitu banyak putri duyung ini, semuanya aku pilih dengan hati-hati, menghabis
Aku mendadak kehabisan kata-kata, tidak tahu harus menjawab apa. Wajah Jacob semakin lama semakin muram.Aku menggigit bibirku dengan gugup, pikiranku berputar cepat mencari-cari alasan untuk menjelaskan. Bagaimana kalau kusalahkan saja pria itu?Aku bisa bilang kalau dia mencoba menodaiku. Lagi pula, malam ini sangat gelap. Meskipun ada rekaman CCTV, seharusnya tidak ada yang bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi.Aku menelan ludah, lalu mengangkat kepala dan bersiap untuk bicara. Namun, ponsel Jacob kembali berdering. Dengan wajah kesal, dia mengangkat telepon. Aku samar-samar mendengar beberapa kata seperti "barang baru", "pilihan", dan "masuk kolam", tapi aku tidak mengerti maksudnya.Setelah menutup telepon, Jacob menatapku dalam-dalam dan memerintahkanku untuk tetap di kamar. Tak kusangka, begitu Jacob pergi, manajer toko mengetuk pintu.Aku membuka pintu sedikit dan memandangnya dengan waspada. "Ada perlu apa? Kalau ada urusan, cari saja Jacob. Aku nggak tahu apa-apa."Man
Jacob melepaskanku, lalu membantuku mengenakan pakaian kembali dengan lembut. "Yovita, tunggu aku sebentar. Aku akan segera kembali."Aku mengangguk, tetapi hatiku kacau balau. Aku tahu pasti pria tadi yang sedang membuat keributan. Ketika aku menyelinap kembali tadi, pelayan itu sempat menelepon manajer toko.Kenapa masalah itu belum selesai juga? Apa mungkin manajer mengenaliku dan sekarang sedang memberi tahu Jacob? Jika Jacob mengetahui apa yang terjadi tadi, apakah dia akan memutuskan hubungan denganku? Kalau dia pergi, bagaimana dengan biaya sekolahku nanti?Semakin kupikirkan, semakin panik perasaanku. Jari-jariku gemetar tak terkendali dan keringat dingin terus bercucuran di dahiku. Otakku berpacu mencari alasan untuk menjelaskan semuanya kepada Jacob nanti.Setelah beberapa saat, Jacob akhirnya kembali dengan nada kesal. "Dasar tamu zaman sekarang! Benar-benar menganggap dirinya kayak raja. Saldo kartunya jelas-jelas nggak cukup, malah menyalahkan kita dan bikin keributan di l
Setelah kembali ke kamar, aku segera melepas pakaian dan pergi mandi. Bau ikan dari kolam begitu menyengat, aku harus segera menghilangkannya sebelum Jacob kembali. Setelah kejadian tadi, pikiranku kini benar-benar jernih. Syukurlah, tidak ada hal yang terjadi dan aku masih menjaga kesucianku.Tak lama kemudian, Jacob pulang. Melihat kamar yang sudah kusiapkan dengan penuh perhatian, Jacob terlihat sangat terharu. Dia memegang wajahku dan menciumku dengan lembut."Di telepon kamu memaksaku buru-buru pulang. Sebenarnya, hadiah apa yang sudah kamu siapkan untukku?"Aku menundukkan kepala, tak tahu harus menjawab apa. Efek obat yang kusiapkan untuk meningkatkan suasana sudah hilang. Pakaian seksi yang kusiapkan juga basah kuyup di kolam ikan tadi.Mana ada lagi hadiah yang bisa kuberikan?Namun, suasana hati Jacob tampaknya sedang baik. Melihatku tak menjawab, dia mengira aku hanya malu. Dia tersenyum kecil dan tidak bertanya lebih jauh lagi.Kemudian, dia mulai membuka jubah mandiku. Jar
Pria itu kesal karena urusannya diganggu. Sambil menggerutu, dia mengambil kartu dan menyerahkannya. Khawatir aku kabur, dia memelukku erat di dalam dekapannya.Aku meringkuk dalam pelukannya dan tidak berani mengangkat kepala karena takut ada yang mengenaliku. Sambil mereka sibuk menggesek kartu, aku melirik ke sekeliling.Sepertinya di sini ada lebih dari satu pelayan. Jika terjadi keributan, identitasku pasti akan terbongkar. Kalau itu terjadi, meskipun aku bisa mempertahankan harga diriku, aku tetap tidak akan bisa menjelaskannya.Jika masalah ini sampai memengaruhi hubunganku dengan Jacob, itu akan menjadi kerugian besar. Sepertinya hari ini aku benar-benar tidak bisa lolos.Dalam keputusasaan, aku mulai menyusun rencana di dalam hati. Yang terpenting sekarang adalah menjaga reputasi agar tidak ada yang mengenaliku. Jika itu berarti harus menyerah pada pria ini, maka biarlah itu terjadi.Lagi pula, dengan perkembangan medis saat ini, selaput dara bisa diperbaiki. Ini hanya sekali
Sesuatu yang panas menekan di pintu masuk, membuatku panik dan memohon dengan suara bergetar. "Tolong, jangan, kamu nggak boleh melakukan ini padaku. Pacarku nggak akan melepaskanmu!"Pria itu sangat kuat. Dia menahan kedua kakiku yang terus meronta sambil berkata, "Kamu sudah duduk di kolam ikan, masih pura-pura polos? Bersikaplah manis dan biarkan aku puas sebentar, nanti aku beri tip untukmu."Pria itu menunduk sambil bergerak ke kiri dan ke kanan, sementara aku menolak sekuat tenaga dan pikiranku mulai sedikit lebih jernih. Keperawananku harus kuberikan pada Jacob. Bagaimanapun, aku tidak boleh kehilangan kesucianku oleh pria lain!Namun, pria itu menahanku begitu kuat hingga aku tak bisa lepas. Aku merasa putus asa, otakku berputar cepat mencari cara.Jika aku berteriak minta tolong sekarang, pasti akan menarik perhatian orang lain. Pada saat itu, aku akan kesulitan menjelaskan situasinya. Lebih baik menenangkannya dan berpura-pura setuju untuk pindah ke tempat yang sepi, lalu men
Jari-jarinya bergerak dengan cepat, membuatku bahkan tak bisa bicara dengan jelas. Aku hanya bisa menunduk dan mengeluarkan suara tertahan sambil menatapnya dengan mata berkaca-kaca.Efek obat di dalam tubuhku sudah mencapai puncaknya. Ditambah dengan gerakannya, rasanya aku hampir meleleh di tangannya.Di dalam hati, aku sangat menolak. Namun, tubuhku dikendalikan oleh efek obat. Dengan napas memburu, aku merobek pakaian pria itu.Pria itu menyadari reaksiku tidak wajar, lalu membelai pipiku dan berkata dengan penuh perasaan, "Tubuhmu panas sekali, kamu minum obat ya? Di sini memang mainnya cukup liar ya. Jangan takut, Kakak akan membantumu."Setelah berkata demikian, dia mengangkatku keluar dari kolam.Aku buru-buru menutupi wajahku. Mata pria itu bahkan sampai memerah melihatku dan membawaku ke tempat yang lebih terpencil. Dia meletakkanku di atas rerumputan di samping kolam. Seketika, aku tersadar karena terkejut.'Nggak boleh di sini. Gimana kalau Jacob sampai melihatnya?'Aku ber