“Tidak Raul…” Elena menggeleng pelan. “Diego tidak akan pernah tergantikan.” Elena kembali menatap bayinya. Sebulir kristal jatuh ke pipi Juan, bayi itu seperti tahu, ia merengek merespon dan membuka matanya, menatap lurus pada sang bunda. Raul menghela napas dalam, ia menatap Elena yang masih terisak. “Aku mengerti Elena, dan aku tidak akan pernah mengambil atau menggantikan posisi Diego darimu, dan Juan. Namun, aku akan selalu ada untuk kamu dan Juan. Mulai hari ini, kamu dan Juan adalah prioritas hidupku, Itu janjiku, dan kamu bisa memegang janjiku itu.” Elena terdiam, ia hanya memandangi putranya yang kembali tertidur. Mario kembali masuk dan melaporkan kalau jenazah Diego akan segera dimandikan dan dirias. “Elena, aku akan menemanimu jika kamu ingin melihat prosesinya.” Raul berkata sambil mengulurkan tangan, mengambil Juan dari pelukan Elena. Wanita itu mengangguk, ia menyerahkan bayinya pada Raul. Raul kembali meletakkan Juan ke keranjang bayi, lalu menyiapkan kursi roda un
“Nyonya, nyonya, lihat! Berita penting!” seru seorang wanita, seolah mendaptakan harta karun, ia bergegas menemui wanita lain, yang sedang asik menyesap minumannya. “Ah, kamu ini seperti bocah yang baru dapat mainan. Berita apa memangnya? Paling gosip recehan para influenzer dan selebritis.” Wanita itu terkekeh sambil menikmati vodka di gelasnya. “Buat saya dan sebagian orang mungkin ini tidak penting, nyonya. Tapi saya yakin Anda sangat menunggu-nunggu kabar ini,” balas Beatriz tak mau kalah, ia terkekeh sambil mengedipkan matanya. “Berita apa memang yang kutunggu-tunggu, gosip-gosip receh itu tidak cukup menarik perhatianku.” “Ini bukan gosip nyonya, tapi berita penting, bukan hanya di media sosial tapi juga di media-media lainnya.” Emma tertegun, wanita itu menatap Beatriz dengan penasaran. “Ck, cepat katakan Beatriz, jangan bertele-tele.” “Turut berduka cita, atas wafatnya seorang miliarder ternama Diego Eduardo Rodriguez, kemarin siang. Jenazah di semayamkan di kediaman Ro
"Apa yang terjadi dengan Diego... Mengapa kamu tidak mengabarkanku?" Emma merangkul Elena sambil menangis tersedu-sedu. Elena membeku sesaat, ia ragu-ragu untuk merespon sikap Emma. Bukankah wanita itu memang menginginkan kematian Diego? Tapi mengapa dia menangis begitu sedih? Elena menghela napas berat, Mungkin Emma benar-benar merasa kehilangan, karena bagaimanapun, terlepas dari status orang tua mereka, anak sah atau anak haram, tapi tetap dalam diri meteka mengalir darah yang sama, darah sang kakek. Di manapun di dunia ini, dalam suatu keluarga benturan pasti ada. Pertengkaran dalam suatu keluarga bukan hal yang baru, namun pada akhirnya, rasa keterikatan sebagai saudara tetap akan muncul, apalagi disaat-saat perpisahan terakhir. Elena pun mengulurkan tangannya merangkul Emma, ia mengusap-usap punggung wanita yang terlihat sangat sedih itu. “Maafkan jika Diego ada salah, doakan semoga dia beristirahat dengan tenang.” Elena menuntun Emma mendekati jasad Diego. Tangis Emma pun
“Loh, pria itu… Bukankah dia…” Emma berusaha mengingat-ingat pria tampan yang menggendong bayi dengan sangat telaten. Tiba-tiba Emma terperanjat.“Bukankah itu tuan Mendez? Raul Mendez? Lalu mengapa dia di sini? Dan bayi siapa itu? Apa dia sudah menikah?” gumam Emma pelan, diam-diam ia mengambil gambar Raul, lalu mengirimkannya pada Beatriz.[Beatriz, apakah ini benar Raul Mendez mantan suami kamu?] tanya Emma melalui sebuah jejaring chat. Tidak lama kemudian sebuah balasan singkat masuk.[Benar, nyonya. Apa Raul ada di sana? Lalu siapa bayi yang digendongnya?][Itu yang mau aku tanya, apa sekarang Raul sudah menikah?] Emma kembali bertanya.[Setahu aku belum, nyonya. Aku akan segera ke sana untuk memastikan, aku juga sangat rindu untuk bertemu Raul] Beatriz merasa punya kesempatan untuk kembali mendekati Raul.[Bodoh! Jangan coba-coba kamu menampakan diri di sini! Aku akan mengusirmu ke jalanan kalau kau berani-berani menentangku, ingat itu!] Emma mengancam, dia tidak mau rencananya
“Apa maksud Anda, nyonya? Dan apa Anda mempunyai bukti atas ucapan Anda itu?” Raul balik bertanya, kata-katanya tenang, namun tajam.“Bukti apa, tuan Mendez? Semua sudah jelas, kan? Keluarga Mendez tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keluarga Rodriguez. Dengan dinikahinya mantan istri Anda itu oleh Diego, martabatnya akan naik, dan Anda akan berpikir dia akan mewarisi harta Rodriguez. Lalu Anda mendekati Diego, yang Anda tahu punya penyakit mematikan, jadi saat Diego mati Anda akan mengambil kembali mantan istri Anda. Dengan begitu Anda akan mendapatkan keuntungan dua kali lpat. Perempuan itu, dan juga harta Rodriguez. Tapi Anda lupa, itu tidak akan terjadi, karena saya tidak akan membiarkannya.”Emma berkata dengan tajam dan sinis, namun Raul hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.“Ck,ck, hebat sekali prediksi Anda nyonya. Tapi sayang itu hanya prediksi kotor, buah dari hati yang busuk.” Raul merespon dengan santai, namun kata-katanya cukup menusuk.“Halah, janga
Tiba-tiba Emma teringat ucapan bibi Inez tadi, ‘Juan, siapa itu? Dan apa hubungannya dengan perempuan kampung itu?’ Emma membathin, diam-diam, ia menatap Elena yang terlihat tak berdaya, rasa penasaran terus menyergap, namun dia berusaha memendamnya.Setelah tiba di kediaman Rodriguez, Elena segera masuk ke kamar utama, ia termenung sendirian. Ruangan itu biasanya hangat dengan sambutan Diego setiap kali dia masuk, namun kini terasa sepi dan dingin.Perlahan Elena melangkah, ia mengedarkan pandangannya, semua masih sama. Tempat tidur besar tempat dia bercengkrama dan memadu kasih, lemari besar, meja dan sebuah kursi roda milik Diego.Perlahan Elena mendekati kursi roda kosong itu, ditatapnya lekat-lekat kursi roda kokoh dengan desaign dan perlengkapan modern. Elena memejamkan mata, Diego sedang tersenyum padanya.“Sayang, kemarilah.” Diego memanggil Elena dan meminta wanita itu duduk di atas kursi roda bersamanya, saat kursi roda itu baru pertama datang.“Diego, apa ini … tidak apa-a
“Mau ke mana tuan Mendez? Sepertinya terburu-buru sekali. Umm, saya lihat kalian ke luar dari kamar utama? Apa yang kalian lakukan di sana?” tanya Emma sinis.“Oh, nyonya Emma. Ini ibu saya, nyonya Victoria Mendez, kebetulan ibu saya berteman baik dengan nyonya Rodriguez, jadi tadi saya menemani ibu saya bertemu nyonya Rodriguez, untuk berpamitan.” Raul menjawab ramah dan diplomatis.“Hahaha, jangan bersandiwara di depan saya, tuan Mendez. Tentu saja kalian bertiga berteman dan berhubungan dekat, karena kalian satu komplotan. Mantan suami, mantan ibu mertua dan mantan menantu, berkomplot untuk mengakali harta Rodriguez.”“Jangan sembarangan bicara, nyonya! Apa maksud Anda berkomplot untuk mengakali harta Rodriguez? Keluarga Mendez memang tidak sebesar keluarga Rodriguez, tapi keluarga Mendez juga salah satu keluarga terpandang dan terhormat di kota ini. Kami tidak butuh harta Rodriguez atau harta siapapun, karena kami pun memiliki harta yang tidak akan habis dimakan tujuh turunan!”Ny
“Saya di sini, nyonya Emma.” Entah dari mana datangnya tiba-tiba Mario sudah berdiri di belakang Emma. Wanita itu segera berbalik dan menatap Mario dengan sengit.“Bagus! Sekarang suruh orang-orangmu itu untuk minggir, aku mau masuk!” perintah Emma sambil meletakkan tangannya di pinggang.“Ada keperluan apa Anda ingin masuk ke kamar utama, nyonya Emma?” Mario balik bertanya, wajahnya tetap tenang.“Itu bukan urusanmu Mario! Aku ingatkan tempatmu, kamu hanya pesuruh Diego, sekarang Diego sudah tidak ada, jadi kamu tidak berhak melarang-larang aku, karena kamu bukan siapa-siapa!”“Anda benar, saya memang bukan siapa-siapa, saya hanya pesuruh tuan saya. Tapi, bukan berarti Anda bisa seenaknya, nyonya Emma. Saya mendapatkan mandat penuh dari tuan Diego untuk mengatur kediaman ini dan seluruh aset-aset keluarga Rodriguez, sampai diputuskannya hak dan ahli waris yang sah.”“Bagus, kalau begitu. Segera panggil kuasa hukum Rodriguez untuk pembagian harta warisan Rodriguez,” tuntut Emma.“Maaf
“Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na
Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena
“Tidak…! Hentikan!!” Elena berteriak histeris, ia tak tahan melihat Mia disiksa seperti itu. Tubuh Elena bergetar ketakutan. “Hentikan Emma, lepaskan Mia, dia tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Urusanmu adalah denganku.”“Hmm, bagus. Sekarang cepat tanda tangani berkas-berkas itu, atau kau akan melihat perempuan tua itu mati.”“Baiklah Emma, aku akan turuti keinginanmu, tapi lepaskan Mia, biarkan dia pergi.” Elena mencoba mengajukan persyaratan.“Apa?” Emma bertanya sambil mendekati Elena, “kamu mau mencoba mengelabuiku hah? Setelah dilepas perempuan tua itu akan mencari bantuan, itu kan rencanamu, kamu pikir aku bodoh!”“Tidak, Emma. Aku sungguh-sungguh akan memenuhi keinginanmu, aku akan menandatangani berkas-berkas ini. Aku hanya tidak ingin ada korban dalam masalah ini.” Elena berkata dengan kesungguhan pada kata-katanya, perlahan ia melihat pada Mia yang sudah tidak berdaya.“Lihatlah, Mia sudah terluka dan tidak berdaya begitu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa, mau car
“Apa maksudmu, Emma? Dan apa yang kamu inginkan?” Elena bertanya dengan tenang, meskipun dia sudah bisa meraba apa yang diinginkan Emma.Demi melihat ketenangan sikap Elena, Emma menjadi gusar, ia mendekati Elena lalu dengan geram menarik rambut wanita itu hingga Elena merasa kesakitan, ia memejamkan mata dan mengigit bibirnya menahan rasa sakit. Namun ia tidak berteriak, sebisa mungkin ia menahannya dan berusaha untuk tenang.“Jangan pura-pura lugu, aku tahu meskipun kamu perempuan kampung tapi kalau soal harta kamu tidak bodoh. Itu sebabnya kamu mau menikahi lelaki lumpuh yang sudah mau mati, sehingga bisa menguasai seluruh harta Rodriguez.” Emma berkata berang.“Bukan begitu, Emma. Sedikitpun aku tidak ada keinginan menguasai harta Rodriguez.” Elena berkata pelan, ia terdiam sesaat lalu menatap Emma dengan kesungguhan di matanya. “Begini saja Emma, aku akan memberikan bagianku padamu. Aku hanya akan mendampingi putraku hingga dewasa, setelah itu aku akan mengelola milik keluargaku
Malam terus merangkak hingga kegelapan menyelimuti sekeliling, hanya lampu-lampu jalan dan juga lampu-lampu dari celah jendela setiap bangunan yang menjadi pemandangan malam itu. Raul dan rombongannya mengambil jalan pintas sehingga tidak melalui jalan utama kota. Untungnya, Raul dulu aktif melakukan kegiatan outdoor, sehingga dia hapal setiap sudut wilayah kota itu.Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka pun tiba di daerah yang di tuju. Raul menghentikan mobilnya diikuti mobil-mobil lain di belakangnya. Raul segera turun, begitu pun Mario dan Miguel. Mereka mengamati sekeliling tempat itu.Miguel kembali melihat map di ponselnya, dan memang titiknya sangat tepat. “Di arah sana lokasinya, tuan.” Migu menunjuk arah sesuai petunjuk peta. Raul dan Mario mengamati arah yang ditunjuk Miguel.“Yah benar, di sana ada bangunan yang terpisah dengan bangunan lainnya, tempatnya terpencil, kalau tidak salah dulu dipakai sebagai istal untuk menyimpan kuda, tapi sepertinya sud
“Bagaimana kalau kita menjebak Emma.” Miguel mengemukakan pendapatnya. “Maksudnya menjebak bagaimana, tuan Miguel?” tanya Mario tertarik.Miguel menghela napas lalu melihat pada Clara, “Kita akan mencari tahu di mana keberadaan Emma melalui nyonya Clara.”“A-apa? Maksudnya bagaimana, tuan?” tanya Clara bingung sekaligus khawatir, “kalau tuan meminta saya menanyakan Emma di mana, pasti dia tidak akan memberitahu, yang ada malah akan curiga kepada saya.”“Tidak, saya tidak akan meminta nyonya menanyakan di mana lokasi Emma,” sahut Migu sambil mengeluarkan ponselnya. “Tapi kita akan melacak keberadaan Emma melalui nomor teleponnya.”“Apa itu efektif, Migu?” tanya Raul penasaran.“Selama lokasinya akurat, maka akan sangat efektif, tuan. Yang penting ponsel sasaran harus aktif dan untuk memastikan kita bisa meminta nyonya Clara menelepon Emma.”Raul mengangguk mengerti, begitu pun Mario dan yang lainnya. “Vela, tolong pinjamkan aku laptopmu, supaya kita bisa melihat peta lebih leluasa diba
“Kamu, apa kamu yang menculik kakakku?” tanya Chavela penuh emosi, ia mendekati Clara dan menarik serta mencengkram lengannya. Clara hanya menunduk dan tidak berusaha melawan. “Bukankah kamu memang menginginkan Elena celaka sehingga kamu bisa merebut harta Rodriguez? “Nona, jaga sikap Anda, jangan menuduh tanpa bukti. Beginikah cara orang-orang terhormat memperlakukan tamu?” Lucy mendekati Chavela, namun Vela tetap tidak melepaskan cengkramannya.“Perempuan ini sudah jelas jahat. Beberapa waktu lalu dia telah memanipulasi data putranya sendiri dan hendak mengelabui kakakku!”“Di sebuah sidang pengadilan pun ada kesempatan bagi tersangka untuk melakukan pembelaan. Apakah Anda yang terhormat akan melakukan hukum rimba?” Lucy menjawab lantang.“Ah persetan! Cepat katakan di mana kakakku?” seru Chavela geram.“Kami tidak tahu di mana nyonya Rodriguez, tapi maksud kedataangan kami adalah baik, untuk memberikan informasi yang akan sangat penting buat kalian.”“Ahm, Vela. Tolong lepaskan Cl
“S-siapa kalian?” tanya Mia tergagap, namun dia berusaha untuk tenang. Sedangkan Elena terlihat ketakutan, wajahnya seketika pucat, ia memegang tangan Mia erat.Mia menghela napas, berusaha mengumpulkan keberaniannya, dia menatap kedua orang yang menghadangnya itu. “Minggirlah, jangan menghalangi jalan kami. Apa yang kalian inginkan? Kami tidak ada urusan dengan kalian.”Mia berkata dengan lantang, namun kedua orang bertopeng itu tidak berkata apa-apa, mereka saling menoleh satu sama lain, lalu salah seorang dari mereka menenglengkan kepalanya yang direspon anggukan oleh rekannya.Detik berikutnya kedua orang itu melangkah maju sehingga tak ada jarak diantara mereka. Mia refleks mundur sambil menarik Elena, namun kedua lelaki bertopeng itu bergerak lebih cepat, menarik tangan Mia dan Elena. Belum sempat Elena dan Mia bereaksi, kedua pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku mereka dan dengan gerakan cepat mendekap mulut dan hidung kedua wanita di depan mereka. Mia dan Elena berusaha mer
“Tuan Mendez…” Clara bergumam lirih, ia ingat saat peristiwa terakhir di kediaman Rodriguez dan baru mengetahui hubungan baik antara Raul Mendez dan Luis. “Tuan Mendez? Siapa dia?” tanya Lucy penasaran.“Dia adalah sahabat Luis sekaligus sahabat mendiang Diego. Dan tuan Raul Mendez juga sekarang adalah kekasih Elena, mantan istri Diego.”“Wow, tokoh yang penting dan tepat, yang bisa membantumu mendapatkan maaf dari mantan suamimu, agar dia menarik tuntutannya dan mengizinkanmu bertemu Hugo.” Lucy mengomentari dengan antusias, namun Clara hanya menghela napas sambil menggeleng. “Aku tidak yakin tuan Mendez mau membantu, dan jika dia maupun aku nggak yakin juga Luis mau memaafkan aku.”“Belum tentu juga, yang terpenting tunjukan kesungguhan dan rasa penyesalanmu, minta bantuan tuan Mendez untuk membujuk Luis, atau…”“Atau apa Lucy? Usulanmu sungguh sesuatu yang sepertinya tidak mungkin, mereka sudah tahu perlakuanku yang hendak menipu mereka.”“Hmh, kamu tuh belum apa-apa sudah menyer