Tweeeeeeet.Tweeeeeeet.Terompet dibunyikan tepat setelah Jenderal Yutang dan pasukan memasuki kota, kabar kemenangan Jenderal Yutang yang dilakukan tanpa pertumpahan darah membuat semua warga merasa sangat senang, mereka senang karena anggota keluarga mereka yang menjadi prajurit tidak ada yang mati.Jenderal Yutang membawa Pangeran Kian ke istana untuk menjadi saksi sekaligus membahas perdamaian, Jenderal Yutang tanpa ragu menyeret Hua dan membawanya ke aula istana.Raja dan semua menteri yang berada di aula merasa sangat terkejut melihat wakil Jenderal Hua yang di seret seperti itu, semua bertanya tanya apa yang sudah dibuat wakil jenderal Hua sampai di seret dan dipermalukan."Selamat datang Jenderal Yutang dan Pangeran Kian," ucap Raja Tandua."Terima kasih Yang Mulia Raja," sahut Jenderal Yutang."Sebelum kita bahas yang lainnya kenapa kita tidak membahas apa yang sudah dilakukan oleh wakil jenderal Hua," sahut perdana menteri yang berpihak pada wakil jenderal Hua."Aku tidak ak
Selesai rapat Raja Tandua secara pribadi menghampiri jenderal Yutang yang baru keluar dari penjara, Jenderal Yutang yang melihat Raja Tandua berjalan ke arahnya langsung menundukkan kepalanya.Jenderal Yutang sudah bisa menebak apa tujuan Raja mencarinya, selain akan membicarakan wakil Hua Raja Tandua juga pasti ingin bertanya tentang Nau Sang."Salam Yang Mulia Raja," ucap Jenderal Yutang."Bangunlah, sebenarnya aku datang untuk bertanya padamu tentang ketua yang kamu angkat itu, dia banyak berjasa bukan," sahut Raja Tandua."Benar Yang Mulia, dia yang ku tugaskan mengurus bandit dan mengantar Tuan Putri Fu ke kuil, semua berhasil dilakukannya," ucap Jenderal Yutang."Kenapa dia tidak kamu bawa ke istana, aku ingin bertemu dengannya, sudah seharusnya dia mendapatkan hadiah," sahut Raja Tandua."Baik Yang Mulia, aku akan bawa dia ke istana," ucap Jenderal Yutang.Jenderal Yutang pamit undur diri dan bergegas ke barak para prajurit, Jenderal Yutang ingin memberitahu kabar bahagia itu k
Setibanya di kediaman barunya Nau Sang yang diantar Jenderal Yutang terdiam di depan gerbang, Nau Sang terus memperhatikan Jenderal Yutang yang berjalan pergi meninggalkannya tanpa mengatakan apapun.Melihat Jenderal Yutang yang pergi begitu saja Nau Sang sama sekali tidak merasa bersalah, dirinya sengaja mengatakan semua itu di awal agar nantinya Jenderal Yutang tidak terkejut kalau sebenarnya dirinya menginginkan posisinya sebagai jenderal perang."Sepertinya dia kecewa berat padamu," ucap Aru."Bukan urusan ku," sahut Nau Sang, pandangannya terus melihat ke Jenderal Yutang yang sudah semakin menjauh."Kalau begitu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" Tanya Aru."Karena aku sudah datang kemari dan mengetahui tempatnya aku akan ke markas, aku harus mengambil pasukan ku dan memindahkan mereka," ucap Nau Sang."Bukankah itu berarti kamu mengikuti kembali Jenderal Yutang, aku melihat dia sepertinya juga ke sana," sahut Aru."Aku sengaja, aku sengaja membiarkannya pergi lebih dulu untuk
Nau Sang yang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur perlahan mulai terlelap, suara adu pedang terdengar cukup keras saat Nau Sang membuka matanya, betapa terkejutnya Nau Sang saat melihat dirinya berdiri di tengah tengah pasukannya sebelumnya.Jleeeeeeeeeeeeeeb.pedang yang menancap dari belakang membuat Nau Sang tersungkur ke tanah, Nau Sang yang melihat siapa yang menusuknya mengernyitkan dahinya dan berusaha bangkit berdiri."Hahaha, beristirahatlah dengan tenang aku akan mewakili mu membawa kemenangan.""Bedebah, aku akan membunuh mu!" Teriak Nau Sang yang langsung membuka matanya.Teriakannya yang sangat keras membuat Nau Sang terengah-engah, Nau Sang mencoba mengatur nafasnya yang tidak beraturan sambil menyandarkan tubuhnya."Ternyata hanya mimpi," gumam Nau Sang memegangi kepalanya."Apa kamu mimpi buruk?" Tanya Aru."Mimpi sangat buruk, mimpi yang menjadi kenyataan sebelum aku memimpikannya," ucap Nau Sang."Tidak heran kamu sampai berteriak," sahut Aru."Walau aku sanga
Nau Sang menghampiri wanita muda yang baru saja mengatakan dirinya adalah saudara wanita muda itu, sang wanita dan para pemuda yang sebelumnya sedang membicarakannya seketika terdiam, mereka tidak menyangka Nau Sang berada di sana saat mereka sedang membicarakannya."Jadi bisa beritahu aku sekarang juga kapan aku memiliki seorang saudari," ucap Nau Sang.Suasana yang semula ramai berubah menjadi sangat hening, wanita muda yang sebelumnya mengaku sebagai saudara Nau Sang hanya bisa menundukkan kepala."Maafkan Aku wakil jenderal, Aku sama sekali tidak bermaksud untuk berbohong," ucap sang wanita yang terlihat ketakutan."Lalu apa maksudnya perkataan mu itu tadi," sahut Nau Sang yang terlihat tidak senang."Sekali lagi maafkan aku," ucap sang wanita."Sudah akan aku lupakan saja untuk kali ini," sahut Nau Sang bersiap pergi."Kalian pasti tahu kalau aku menggantikan Hua, aku tidak sama sepertinya bisa menerima saudara atau pengikut hanya dengan diberi roti berjamur, tapi karena kalian s
Nau Sang yang merasa sangat bosan terpaksa terus menonton pertunjukan sampai akhir, walau sudah melihat semuanya Nau Sang sama sekali tidak berniat memilih salah satu dari mereka termasuk Putri Fu.Setelah pesta berakhir Nau Sang bergegas keluar, Nau Sang yang sudah berpamitan pada Raja langsung pergi menuju kudanya dan ingin segera pergi.Klutak klutak.Suara langkah kuda yang terdengar di belakangnya membuat Nau Sang menghentikan kudanya, Nau Sang sudah bisa menebak siapa yang ada di belakangnya saat ini."Apa yang membuat Jenderal Yutang mengikuti ku," ucap Nau Sang."Kamu menyadarinya?" Tanya Jenderal Yutang."Malah sangat mengherankan jika aku tidak mengetahuinya," ucap Nau Sang."Kalau begitu apa yang Jenderal inginkan dengan mengikuti ku?" Tanya Nau Sang."Sebenarnya ini tidak pantas tapi mau bagaimana lagi aku juga tidak memiliki pilihan," sahut Jenderal Yutang."Para ketua ku bertanya apa kamu masih akan mengajar mereka lagi? Walau kita sudah berbeda tapi kamu yang membantu m
Tap tap tap.Hima yang berlari pergi langsung berhenti di depan Nau Sang, Hima mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena berlari ke arah Nau Sang."Apa yang membuat mu sampai seperti itu," ucap Nau Sang menatap ke arah Hima yang terlihat sangat gelisah."Tidak heran Banyak wanita yang sangat antusias ketua juga mengizinkan wanita ikut berpartisipasi menjadi prajurit," sahut Hima."Memang apa yang salah Untuk itu?" Tanya Nau Sang yang terlihat masih santai."Selama ini tidak ada wanita yang menjadi prajurit," ucap Hima."Kamu saja yang tidak tahu, banyak prajurit wanita di kerajaan lain mungkin mereka sengaja menyamar, dari pada seperti itu Bukankah lebih bagus jika menyatakan secara langsung jika kita menerima prajurit wanita," sahut Nau Sang."Tapi Raja pasti tidak akan setuju," ucap Hima."Belum tentu, sudahlah jangan mengkhawatirkan itu dan kembali berlatih saja jika sudah membuat persiapan," sahut Nau Sang."Haaaaaah, baik ketua," ucap Hima yang hanya bisa pergi sambil menundu
Delapan ratus orang yang mendaftarkan nama masing-masing di bawa ke bagian dalam markas, mereka yang mengantri sampai berjam-jam terlihat sangat kelelahan mereka tidak berani pergi untuk mencari makan karena takut tidak diterima nantinya.Hima yang sudah membawa daftar prajurit langsung memberikannya ke Nau Sang yang berada di dalam ruangannya, sesampainya di dalam Hima cukup terkejut karena melihat ketuanya yang masih sempat tertidur."Ketua," ucap Hima."Apa sudah selesai?" Tanya Nau Sang membuka matanya."Ini daftar mereka yang sudah mendaftarkan nama," ucap Hima."Berapa banyak?" Tanya Nau Sang."Delapan ratus lebih, ketua periksa saja," ucap Hima sambil menaruh kertas di meja Nau Sang."Nanti saja aku akan melihatnya, sekarang sudah mau malam mereka pasti lapar," sahut Nau Sang."Ketua tenang saja, aku dan yang lainnya sudah mempersiapkannya," ucap Hima."Bagus, kalau begitu sekalian tempat tidur mereka juga," sahut Nau Sang."Sudah kami persiapkan juga," ucap Hima."Bagus, kalia