Nau Sang yang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur perlahan mulai terlelap, suara adu pedang terdengar cukup keras saat Nau Sang membuka matanya, betapa terkejutnya Nau Sang saat melihat dirinya berdiri di tengah tengah pasukannya sebelumnya.Jleeeeeeeeeeeeeeb.pedang yang menancap dari belakang membuat Nau Sang tersungkur ke tanah, Nau Sang yang melihat siapa yang menusuknya mengernyitkan dahinya dan berusaha bangkit berdiri."Hahaha, beristirahatlah dengan tenang aku akan mewakili mu membawa kemenangan.""Bedebah, aku akan membunuh mu!" Teriak Nau Sang yang langsung membuka matanya.Teriakannya yang sangat keras membuat Nau Sang terengah-engah, Nau Sang mencoba mengatur nafasnya yang tidak beraturan sambil menyandarkan tubuhnya."Ternyata hanya mimpi," gumam Nau Sang memegangi kepalanya."Apa kamu mimpi buruk?" Tanya Aru."Mimpi sangat buruk, mimpi yang menjadi kenyataan sebelum aku memimpikannya," ucap Nau Sang."Tidak heran kamu sampai berteriak," sahut Aru."Walau aku sanga
Nau Sang menghampiri wanita muda yang baru saja mengatakan dirinya adalah saudara wanita muda itu, sang wanita dan para pemuda yang sebelumnya sedang membicarakannya seketika terdiam, mereka tidak menyangka Nau Sang berada di sana saat mereka sedang membicarakannya."Jadi bisa beritahu aku sekarang juga kapan aku memiliki seorang saudari," ucap Nau Sang.Suasana yang semula ramai berubah menjadi sangat hening, wanita muda yang sebelumnya mengaku sebagai saudara Nau Sang hanya bisa menundukkan kepala."Maafkan Aku wakil jenderal, Aku sama sekali tidak bermaksud untuk berbohong," ucap sang wanita yang terlihat ketakutan."Lalu apa maksudnya perkataan mu itu tadi," sahut Nau Sang yang terlihat tidak senang."Sekali lagi maafkan aku," ucap sang wanita."Sudah akan aku lupakan saja untuk kali ini," sahut Nau Sang bersiap pergi."Kalian pasti tahu kalau aku menggantikan Hua, aku tidak sama sepertinya bisa menerima saudara atau pengikut hanya dengan diberi roti berjamur, tapi karena kalian s
Nau Sang yang merasa sangat bosan terpaksa terus menonton pertunjukan sampai akhir, walau sudah melihat semuanya Nau Sang sama sekali tidak berniat memilih salah satu dari mereka termasuk Putri Fu.Setelah pesta berakhir Nau Sang bergegas keluar, Nau Sang yang sudah berpamitan pada Raja langsung pergi menuju kudanya dan ingin segera pergi.Klutak klutak.Suara langkah kuda yang terdengar di belakangnya membuat Nau Sang menghentikan kudanya, Nau Sang sudah bisa menebak siapa yang ada di belakangnya saat ini."Apa yang membuat Jenderal Yutang mengikuti ku," ucap Nau Sang."Kamu menyadarinya?" Tanya Jenderal Yutang."Malah sangat mengherankan jika aku tidak mengetahuinya," ucap Nau Sang."Kalau begitu apa yang Jenderal inginkan dengan mengikuti ku?" Tanya Nau Sang."Sebenarnya ini tidak pantas tapi mau bagaimana lagi aku juga tidak memiliki pilihan," sahut Jenderal Yutang."Para ketua ku bertanya apa kamu masih akan mengajar mereka lagi? Walau kita sudah berbeda tapi kamu yang membantu m
Tap tap tap.Hima yang berlari pergi langsung berhenti di depan Nau Sang, Hima mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena berlari ke arah Nau Sang."Apa yang membuat mu sampai seperti itu," ucap Nau Sang menatap ke arah Hima yang terlihat sangat gelisah."Tidak heran Banyak wanita yang sangat antusias ketua juga mengizinkan wanita ikut berpartisipasi menjadi prajurit," sahut Hima."Memang apa yang salah Untuk itu?" Tanya Nau Sang yang terlihat masih santai."Selama ini tidak ada wanita yang menjadi prajurit," ucap Hima."Kamu saja yang tidak tahu, banyak prajurit wanita di kerajaan lain mungkin mereka sengaja menyamar, dari pada seperti itu Bukankah lebih bagus jika menyatakan secara langsung jika kita menerima prajurit wanita," sahut Nau Sang."Tapi Raja pasti tidak akan setuju," ucap Hima."Belum tentu, sudahlah jangan mengkhawatirkan itu dan kembali berlatih saja jika sudah membuat persiapan," sahut Nau Sang."Haaaaaah, baik ketua," ucap Hima yang hanya bisa pergi sambil menundu
Delapan ratus orang yang mendaftarkan nama masing-masing di bawa ke bagian dalam markas, mereka yang mengantri sampai berjam-jam terlihat sangat kelelahan mereka tidak berani pergi untuk mencari makan karena takut tidak diterima nantinya.Hima yang sudah membawa daftar prajurit langsung memberikannya ke Nau Sang yang berada di dalam ruangannya, sesampainya di dalam Hima cukup terkejut karena melihat ketuanya yang masih sempat tertidur."Ketua," ucap Hima."Apa sudah selesai?" Tanya Nau Sang membuka matanya."Ini daftar mereka yang sudah mendaftarkan nama," ucap Hima."Berapa banyak?" Tanya Nau Sang."Delapan ratus lebih, ketua periksa saja," ucap Hima sambil menaruh kertas di meja Nau Sang."Nanti saja aku akan melihatnya, sekarang sudah mau malam mereka pasti lapar," sahut Nau Sang."Ketua tenang saja, aku dan yang lainnya sudah mempersiapkannya," ucap Hima."Bagus, kalau begitu sekalian tempat tidur mereka juga," sahut Nau Sang."Sudah kami persiapkan juga," ucap Hima."Bagus, kalia
"Ketua," ucap semua serentak."Ujian tadi untuk menentukan seberapa besar kalian memiliki keberanian, walau di Antara Kalian ada yang ketakutan ada yang merasa jijik dan ada yang biasa saja kalian semua memiliki satu kesamaan," sahut Nau Sang."Kesamaan itu adalah kalian tidak ada yang melarikan diri atau jatuh pingsan, keberanian kalian pantas dihargai," sambung Nau Sang."Dengan ini aku nyatakan kalian di terima, kalian bisa bersiap untuk datang kemari dalam waktu lima hari sebagai prajurit ku, tapi jika lewat dari lima hari ada yang masih belum datang yang tidak datang akan langsung di hapus namanya," ucap Nau Sang lagi."Terima Kasih ketua," sahut semua serentak."Kalian bisa pergi, pergilah dengan teratur dan jangan membuat masalah aku tidak ingin ada berita tersebar jika prajurit baru yang aku terima membuat kekacauan," ucap Nau Sang."Baik ketua," sahut semua.Nau Sang yang sudah menyelesaikan ujian untuk para prajuritnya bergegas kembali ke dalam ruangannya, Nau Sang sama seka
Jenderal Yutang yang meninggalkan markas Nau Sang langsung menuju istana, Jenderal Yutang ingin segera memberitahu Raja Tandua Apa yang dipikirkan oleh Nau Sang, karena apa yang dipikirkan oleh Nau Sang ada benarnya.Dengan langkah tergesa-gesa Jenderal Yutang langsung menuju Ruang Baca Raja Tandua, karena terlalu bersemangat Jenderal Yutang bahkan tidak mengetuk pintu lebih dulu dan langsung masuk ke dalam hingga mengejutkan Raja yang membaca Laporan harian."Apa yang membuat Jenderal Yutang terburu-buru seperti itu sampai tidak mengetuk pintu lebih dulu," ucap Raja Tandua."Maaf atas kelancangan ku Yang mulia Raja tapi yang ingin aku katakan sangat penting," sahut Jender Yutang."Benarkah, kalau begitu katakan lebih dulu biar aku putuskan Apa itu benar-benar penting atau tidak," ucap Raja Tandua."Baik Yang Mulia," sahut Jenderal Yutang."Ini tentang hati Demon yang nantinya akan digunakan untuk syarat perdamaian yang mulia, Sepertinya kita tidak perlu mencari hati untuk kamu bikin
Setelah memperhatikan semuanya dengan sangat teliti Jenderal Yutang sudah mengetahui apa maksud rencana Nau Sang, rencana Nau Sang yang terlihat sederhana pasti bisa mengecoh kerajaan musuh tapi Jenderal Yutqng tidak menyangka Nau Sang akan tetap menghadapi semua sebagai umpan.Walau merasa terbantu dengan rencana Nau Sang tetap saja Jenderal Yutang terus kepikiran perkataan Nau Sang yang ingin jadi jenderal perang sepertinya, Jenderal Yutang penasaran seperti apa rencana Nau Sang nantinya untuk menggantikan posisinya itu.Baaaaaaaam.Jenderal Yutang memukul mejanya sangat keras dan menarik nafas panjang, tidak peduli apa rencana Nau Sang dirinya pasti tidak akan membiarkannya berjalan begitu saja dengan mudah."Benar, sekarang aku harus ke istana, aku harus memberitahu Raja tentang rencana ini," ucap Jenderal Yutang.Gambar yang ada di atas meja langsung diambil dan di bawanya pergi, Jenderal Yutang bergegas menaiki kudanya menuju istana kerajaan.Setibanya di istana Jenderal Yutang
Melewati portal Nau Sang dan Pangeran Fua mendapatkan sorakan besar-besaran dari para warga, rencana Nau Sang yang menempatkan pasukan bantuan di berbagai tempat membuahkan hasil, tanpa rencana Nau Sang para warga yakin kalau mereka pasti sudah mati sekarang."Hidup Jenderal Nau Sang.""Hidup Jenderal Nau Sang.""Hidup Jenderal Nau Sang.""Para warga bersorak untuk mu," ucap Pangeran Fua."Apa Pangeran juga tidak mendengar ada yang juga bersorak untuk mu," sahut Nau Sang."Memang ada tapi tidak sebanyak sorakan untuk mu," ucap Pangeran Fua."Heeeeh, kalau begitu maafkan aku yang mengambil perhatian semua warga," sahut Nau Sang."Hahahaha, Jenderal Nau Sang memang sangat suka bercanda," ucap Pangeran Fua."Kalau begitu aku pergi lebih dulu kembali ke istana," sambung Pangeran Fua yang langsung menunggangi kudanya dengan cepat meninggalkan Nau Sang."Ketua Jain, tugas mu juga sudah selesai kamu b
Tahu dirinya tidak akan bisa menang melawan pasukan yang dibawa oleh Nau Sang Raja Sanwan memutuskan mendatangi pasukannya yang masih terus menyerang, lebih dari setengah pasukannya sudah mati dan hanya menyisakan petarung terkuatnya saja.Menggunakan jubah perang lengkapnya Raja Sanwan mengangkat bendera putih, Raja Sanwan yang hanya berdiri langsung berjalan ke arah Pangeran Fua dan berharap bisa bernegosiasi dengannya."Kamu pasti Pangeran Fua, aku menyerah," ucap Raja Sanwan."Menyerah? Apa Raja Sanwan berpikir hanya dengan kata itu semua akan selesai," sahut Pangeran Fua."Tentu saja tidak, tapi aku di sini sudah tidak memiliki pasukan," ucap Raja Sanwan."Tidak ada lagi yang bisa digunakan untuk melawan pasukan kalian," sambung Raja Sanwan."Tentu saja kami mengetahuinya, Karena tujuan peperangan ini memang untuk menghancurkan kerajaan Namgala sampai ke akarnya," sahut Pangeran Fua."Berhentilah banyak bicara dan l
Jleeeeeeeeb.Jleeeeeeeeeb.Ayunan pedang dan hujanan anak panah terus mengarah ke kedua pasukan yang bertempur sekuat tenaga, Nau Sang yang sangat mempercayai para pasukannya tidak melihat ke belakang, Nau Sang bahkan tidak melihat ke arah Pangeran Fua yang bertarung berjauhan darinya.Wheeeeeeeeeeesss.Treeeeeeeeeeeeeeng.Treeeeeeeeeeeeeeng.Nau Sang yang hanya menyerang menggunakan kekuatan kultivasinya masih bisa ditangkis oleh jenderal Ran, jenderal Ran aendiri mantan adiknya di kehidupan sebelumnya hampir semua yang dikuasainya juga dikuasai adiknya."Apa ini? Kenapa setiap gerakan mu hampir sama dengannya?" Tanya jenderal Ran sambil terus mengayunkan pedangnya."Apa kamu teringat dengan seseorang yang sudah kamu khianati? Seseorang yang sudah banyak berkorban untuk mu tapi kamu bunuh dengan tanganmu sendiri," ucap Nau Sang."Siapa kamu sebenarnya?" Tanya jenderal Ran."Seperti yang kamu d
Sang wanita hanya diam dan menatap Nau Sang dari balik topi penutup wajahnya, sebenarnya sang wanita bukan bermaksud memata-matai Nau Sang, dirinya hanya ingin memberikan sesuatu sebelum Nau Sang pergi.Tapi karena Nau Sang penasaran dengan wajahnya dirinya tidak memiliki pilihan selain memperlihatkannya, lagipula wanita itu yakin Nau Sang tidak akan tahu siapa dirinya."Kalau begitu aku akan memperlihatkan wajah ku dengan senang hati," ucap sang wanita yang langsung membuka topinya.Deg.Nau Sang menatap wajah wanita itu tanpa berkedip, Nau Sanh yakin dirinya tidak mengenal wanita itu tapi tidak tahu kenapa Nau Sang seperti merasa wanita itu tidak asing."Apa kamu puas," ucap sang wanita."Aneh, Aku yakin tidak mengenalmu tapi kenapa... ." Nau Sang tidak melanjutkan perkataannya."Kenapa apa? Sudahlah tidak perlu kamu khawatirkan, Sebenarnya aku hanya ingin memberikan mu ini, ambillah," sahut sang wanita melemparkan kantong yang diambilnya dari balik bajunya."Buka saja nanti, itu ak
Surat sudah dibaca oleh Raja Tandua dan semua tepat seperti yang dilaporkan penasehat Yutang yang sebelumnya menemui Nau Sang, untung saja semua persiapan Nau Sang sudah selesai dan hanya tinggal berangkat saja."Penasehat Yutang menurut mu apa yang dilakukannya saat ini semua sangat tepat?" Tanya Raja Tandua."Tentu saja Yang Mulia, semua sudah dipikirkannya dengan sangat matang dan dia memikirkannya jauh-jauh hari hingga terbuat lah persiapan seperti saat ini," ucap penasehat Yutang."Menurutmu kesalahannya yang membebaskan tahanan apa bisa diselesaikan hanya karena persiapannya ini?" tanya Raja Tandua lagi."Jika dia berhasil membawa kemenangan tentu saja kesalahan itu sudah seharusnya dimaafkan apalagi dia melakukan semua itu juga demi kerajaan ini," ucap penasehat Yutang."Dan menurutku seharusnya dia mendapatkan hadiah yang besar jika berhasil," sambung penasehat Yutang."Baiklah, aku mengerti sekarang kita hanya perlu menunggu hasilnya saja," sahut Raja Tandua."Tidak juga Yang
Penasehat Yutang yang baru datang langsung duduk di depan Nau Sang, penasehat Yutang menatap Nau Sang yang terlihat sangat santai seperti peperangan yang sebentar lagi terjadi bukan masalah besar baginya."Apa aku membuat mu menunggu lama?" Tanya penasehat Yutang."Lumayan," ucap Nau Sang."Jadi apa yang membuat mu ingin bertemu dengan Yang Mulia Raja, apa ada masalah dalam persiapan mu?" Tanya penasehat Yutang."Apa aku terlihat seperti orang yang sedang dalam masalah sekarang?" Tanya Nau Sang balik."Tentu saja tidak," ucap penasehat Yutang."Sebenarnya kedatanganku kemari karena ingin memberitahu persiapanku semua sudah selesai dan surat peperangan juga akan dikirim besok, di dalam surat itu juga tidak tertera tanggal mereka akan menyerang, tapi seperti yang sudah kukatakan sedari awal semua akan dimulai dua hari setelah surat dikirim," sahut Nau Sang."Aku ingin memberitahu pada yang mulia karena aku juga membutuhkan surat kepergian, sekaligus meminta pasukan Raja bersiap jika saj
Melihat semuanya sudah saling akrab Nau Sang tersenyum sendiri, saat Nau Sang datang semua langsung bangkit dan berbaris rapi tanpa ada yang berani berbicara.Nau Sang yang hanya diam menatap semua prajurit bantuan menarik nafas pelan, sekarang sudah waktunya memberitahu mereka di mana tata letak mereka dalam pertempuran besar nanti."Bukankah jika seperti ini semua terlihat bagus," ucap Nau Sang"Tapi aku datang bukan hanya ingin mengatakan itu," sambung Nau Sang."Apa kalian semua sudah siap menghadapi pertempuran besar?" Tanya Nau Sang."Siap jenderal," sahut semua serentak."Bagus, kalau begitu aku akan memberitahu apa yang bisa kalian lakukan," ucap Nau Sang."Kalian semua akan berada di kota dan di desa-desa terdekat, kalian semua berjaga dari serangan pengalihan kerajaan Namgala," sambung Nau Sang."Tunggu Jenderal apa kami akan jadi umpan?" Tanya ketua Kie."Hahahahahaha, jadi apa itu yang kalian pikirkan tentangku," sahut Nau Sang yang malah tertawa."Maafkan aku jenderal," u
Tap tap tap.Tap tap tap.Masing masing tiga ratus dari tujuh kerajaan telah sampai dengan satu ketua masing masing, semua beristirahat di markas lama prajurit Nau Sanh yang memang cukup besar.Selain prajurit tujuh kerajaan perwakilan kerajaan Bodax mengirim salah ketua prajuritnya, ketua Jain datang membawa racun yang dijanjikan Raja Man.Ketua Jain mendatangi Nau Sang yang saat ini berada di kediamannya, walau ketua Jain datang lebih dulu dirinya memilih menemui Nau Sang terakhir seperti yang dilakukannya saat ini. Penjaga Nau Sang yang tidak mengetahui siapa ketua Jain menjadi waspada, mereka meminta ketua Jain menunggu karena mereka masih harus memberitahu Nau Sang lebih dulu.Salah satu penjaga yang masuk ke dalam bergegas mengetuk pintu kamar Nau Sang, Walau saat ini penjaga itu tahu Nau Sang pasti sangat sibuk karena baru pulang dari mengurus pasukan bantuan yang datang.Tok tok tok."Permisi Tuan, ada yang datang dan sedang menunggu anda di luar," ucap penjaga dari luar.Men
Mendengar itu Nau Sang terlihat tenang dan berjalan semakin mendekat ke arah para warga, Nau Sang berdiri di tengah-tengah mereka dan membuka baju agar semua bisa melihatnya dengan jelas."Itu benar-benar bekas cambukan," ucap salah satu warga."Raja Tandua benar-benar sudah keterlaluan, padahal jenderal melakukan semua demi kerajaan Tapi masih saja menerima hukuman cambuk," sahut warga lainnya yang terlihat sangat marah."Aku tidak akan mengatakan kalau aku tidak menerima hukuman cambuk tapi kalian salah paham," ucap Nau Sang."Hukuman cambuk ini kudapat karena keinginanku sendiri, hukuman cambuk ini bukti kesetiaanku pada kerajaan Tarum," sambung Nau Sang."Aku tahu kalian pasti akan bertanya-tanya kenapa aku sampai melakukan semua itu, peperangan besar tidak lama lagi akan terjadi tapi kalian tenang saja kalian semua akan aman karena aku sendiri yang akan maju ke barisan paling depan menyerang kerajaan lawan, walaupun aku mati di medan perang nanti aku akan setia dengan kerajaan Ta