Mantan manajer Vincen menatap tak percaya saat melihat Black Card yang dipegang Vincen. Wajahnya pucat pasi dan matanya terbelalak. Sementara itu, Veronica langsung merangkul lengan Vincen dengan penuh kemenangan. "Beginilah seharusnya lelaki," puji Veronica sambil mengejek pria yang sebelumnya merendahkan Vincen. Mantan manajer tersebut terlihat gelagapan, "Tidak, tidak mungkin, itu pasti bukan Black Card milikmu, bukan?" ujarnya dengan nada penuh penyangkalan. Vincen hanya tersenyum tipis dan santai, mendekat ke mantan manajernya dengan langkah pasti. "Berhentilah berbicara omong kosong, atau kau ingin istri-mu tahu tentang informasi yang seharusnya tidak dia ketahui?" ancam Vincen sambil menatap mantan manajernya dengan tatapan dingin. Keringat dingin mulai mengucur di wajah mantan manajer tersebut, dia tersentak mundur ketakutan. Dia tak menyangka Vincen kini telah berubah menjadi sosok yang begitu berbeda dan berpengar
Setelah sampai di apartemenn, Vincen melangkah keluar dari mobil. "Terima kasih untuk hari ini, Vin," ucap Veronica lembut dari dalam mobil, matanya bersinar penuh kebahagiaan.Vincen menghadap Veronica dan tersenyum hangat, kedua matanya menatap penuh kelembutan. "Seharusnya aku yang berterima kasih. Hati-hati di jalan," ujar Vincen dengan suara yang penuh keikhlasan, tak ada sedikit pun rasa penyesalan telah menghabiskan waktunya untuk menemani Veronica. Veronica mengangguk pelan, cahaya harapan muncul di matanya yang bersinar. Dia lalu menoleh kepada sopirnya dan berkata. "Kita langsung pulang saja." Sopir mengangguk mobil pun bergerak perlahan, meninggalkan Vincen di depan apartemennya. Vincen menghela napas panjang, merasakan lelah yang mulai merayap di tubuhnya. Dia mempercepat langkahnya menuju apartemennya, berharap bisa segera beristirahat setelah seharian menghabiskan waktu bersama Veronica. Namun, begitu sampai di depan pintu apartemennya, Vincen terkejut melihat Solom
Sementara itu, Jessica baru saja tiba di rumahnya dengan langkah gembira dan hati berbunga-bunga. Dari pintu masuk, ia terdengar bersenandung dengan riang. John dan Helena, orang tua Jessica, yang sedang duduk santai di ruang tamu, menoleh ke arah putri satu-satunya itu, terkejut dengan semangat yang tak biasa darinya."Anak Ibu sepertinya bahagia sekali," tegur Helena dengan senyum lebar, merasakan kebahagiaan yang memancar dari wajah sang anak.Mendengar suara ibunya, Jessica menoleh dan menghampiri kedua orang tuanya. Wajahnya yang berseri-seri membuat orang tua Jessica semakin penasaran dengan apa yang membuat anak mereka begitu gembira. Jessica duduk di samping ibunya, menatap wajah kedua orang tuanya dengan mata berbinar."Ayah, Ibu, akhirnya aku berhasil mendapatkan nomor telepon penyelamat ku!" ungkap Jessica dengan semangat, hampir tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.Wajah John dan Helena saling beradu pandang, me
Keesokan paginya, Vincen baru saja akan berangkat bekerja ketika ponselnya berdering. Dia melihat nomor asing di layar dan mengerutkan keningnya, penasaran siapa yang menelepon. Dengan ragu, Vincen mengangkat panggilan tersebut. "Halo....""Datanglah ke alamat yang aku berikan, jika ingin melihat sesuatu yang menarik tentang keluargamu," ujar suara di seberang sana dengan nada menggoda. Vincen yang mengetahui bahwa ini pasti berkaitan dengan konflik keluarga dan pebisnis yang mengincar kekuasaan kakeknya. Dia tahu harus segera bertindak untuk menghentikan mereka. "Mengapa aku harus percaya padamu?" tanya Vincen dengan berani tatapannya tampak sangat tajam. "Percaya atau tidak, terserah kamu. Tapi aku yakin, kamu tidak ingin melewatkan kesempatan ini," sahut suara tersebut sebelum menutup panggilan. Vincen merenung sejenak, mempertimbangkan apa yang harus dia lakukan. Namun, dia tahu bahwa jika dia tidak menghadapi mereka, konflik ini akan terus berlanjut dan membahayakan kelua
Seva Clarkson dan ayahnya berdiri dengan angkuh di samping Baron, memandangi Vincen dengan tatapan yang menilai. Seva tersenyum sinis saat melihat Vincen. Sedangkan ayahnya, seorang pria paruh baya berwibawa, hanya menatap diam-diam."Hoooh, kebetulan yang sangat bagus, ternyata kau cucu Pak tua Clark?" Seva menyeringai ke arah Vincen, merasa senang atas penemuan barunya. "Setidaknya kini aku tahu, tidak perlu ragu untuk melangkah ke depan."Noel, yang berdiri di samping Vincen, memandang Seva dan ayahnya dengan amarah yang membara.Ekspresi wajahnya menunjukkan betapa marahnya dia, namun sebelum ia sempat mengeluarkan kata-kata, Vincen memotong ucapannya."Sepertinya kamu tidak mengerti dengan peringatanku kemarin, Seva Clarkson?" ujar Vincen dengan tenang, namun suaranya tegas dan penuh otoritas. Matanya menatap Seva dan ayahnya dengan tajam, menunjukkan bahwa ia tidak takut pada mereka berdua. Seva terkekeh, langkahnya semakin percaya diri menatap Vincen. Ekspresi wajahnya beruba
Dalam sekejap, tubuh Noel terhempas dengan keras, menabrak dinding akibat pukulan dahsyat Baron. Rasa sakit yang begitu hebat mendera seluruh tubuhnya, terutama di bagian punggung dan dada yang terasa seperti dihancurkan. Noel meringis kesakitan, tangannya menggapai wajahnya untuk menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Lihatlah, kau masih seperti dulu, Noel. Sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," ucap Baron dengan tatapan sinis yang menusuk. Senyum jahatnya membuat Noel semakin membakar amarah dan keinginan untuk membuktikan bahwa dia bisa mengalahkan Baron. Noel menggertakkan giginya, menahan rasa sakit dan amarah yang memuncak. Dia menatap tajam Baron dengan mata yang berkobar, menunjukkan tekad yang tidak bisa dihancurkan oleh siapapun. Dengan perlahan, Noel menghentakkan tangan besinya ke tanah, mengumpulkan kekuatan yang tersisa dalam tubuhnya untuk bangkit berdiri kembali. "Hoooh, kau masih bisa berdiri ternyata," ejek Baron dengan na
Kekuatan Vincen dan Baron tampak sama kuatnya, mereka saling menyerang satu sama lain dengan kecepatan luar biasa.SwuzzDuar! Duar!Vincen dan Baron terhempas bersamaan saat pukulan mereka saling mengenai satu sama lain, hingga keduanya terhempas kebelakang menabrak dinding.Vincen bergegas berdiri, dia menatap Baron dengan seksama. "Kekuatan yang luar biasa, bahkan kecepatannya hampir melampaui kecepatanku," gumamnya dalam hati sambil mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya.Baron juga tampak mengalami hal serupa dengan Vincen. "Darimana bocah ini mempelajari teknik pernapasan alam? Apakah dia murid Solomon?" gumam Baron dalam hati merasa Vincen lawan yang tangguh.Keduanya memasang kuda-kuda secara bersamaan, mereka berdua kemudian melesat dengan cepat ke arah satu sama lain.SwuzzGelombang angin tercipta saat hentakan kaki keduanya melesat begitu cepat. Menerbangkan debu-debu yang ada disekitar mereka.Duak! Duak!Pukulan dan tendangan mereka saling beradu lagi, keduanya m
Vincen berjalan cepat, membuka pintu ruangan kerja Kakeknya dengan tiba-tiba. Tanpa menunggu, Vincen langsung menghampiri mereka berdua, wajahnya penuh kekhawatiran. "Apa kalian mengenal orang-orang itu?" tanya Vincen dengan nada penuh penekanan, ingin segera memastikan kebenaran. Sebastian tampak gugup, menundukkan kepalanya, dan tidak berani menjawab pertanyaan Vincen. Sementara itu, Pak Tua Clark menghela napas panjang sebelum membuka suara. "Sebastian, tinggalkan kita berdua," perintahnya dengan nada yang tegas namun lembut. "Baik tuan besar," jawab Sebastian patuh. Dengan langkah ragu, ia meninggalkan ruangan tersebut, menutup pintu di belakangnya. Setelah Sebastian telah meninggalkan ruangan, hanya Vincen dan kakeknya yang tersisa. Vincen segera bertanya dengan rasa ingin tahu yang mendalam. "Jelaskan semuanya Kek, siapa orang-orang yang memiliki kekuatan luar biasa dan siapa keluarga Clarkson!"