Share

Pilihan Sulit

Penulis: Deschya.77
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-15 09:00:09

Pandya dan seluruh pengikutnya terus menyusuri lorong di dalam makam itu. Hingga mereka berhenti di depan sebuah bongkahan batu besar yang menutupi jalan, dengan ukiran tulisan dan lambang Raja Iblis di atasnya.

Tidak ada jalan lain yang terlihat oleh mereka. Bahkan, Pandya juga tidak menemukan celah dengan penglihatan tajamnya.

'Tidak mungkin jika ini jalan buntu bukan?' tanya Pandya pada Sakra untuk menyanggah pikirannya itu.

'Sepertinya kemungkinan itu sangat kecil. Sejak awal kita sudah diberikan 3 pilihan jalan, jadi seharusnya semua lorong akan sampai di ujung dan hanya rintangannya saja yang berbeda!' jawab Sakra mengutarakan pemikirannya.

'Jika begitu, pasti ada jalan tersembunyi di tempat ini!' sahut Pandya yakin.

Pandya kembali menajamkan pengamatannya, untuk mencari apa saja yang terasa berbeda. Semua pengikutnya juga tidak kalah sibuk, untuk mengecek setiap sudut di sekitar mereka.

ZHIIIING!

Pandya merasakan tenaga dalam dari arah belakang bongkahan batu, saat dirinya tida
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dias Piandi
update nya terlalu lama bosan nunggunya
goodnovel comment avatar
Sonny Tamjid
Nunggu lama keluar cmn sekeceret, cape Brooo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Ramuan Tingkat Tinggi

    Tanpa Pandya sadari, dari arah atas ada seekor ular dengan taring yang mencuat siap menerkamnya. Namun, dengan refleks cepatnya dia berhasil menghunuskan tenaga dalam pada ular itu.CRAAASST!BHUUM!Pandya terdorong beberapa langkah ke belakang, karena ledakan tenaga dalam dari tubuh ular itu. Merasakan adanya aura yang berbeda dari yang dia rasakan saat menyerang ular tadi, membuat Pandya mulai merasakan sedikit kekhawatiran.Pedang dan tenaga dalam tidak bisa digunakan untuk membunuh ular-ular, membuatnya harus memikirkan cara untuk dapat menyelesaikan rintangan itu. Para pengikut Pandya mulai merasakan kekhawatiran yang sama, namun mereka semua percaya jika sang pangeran dapat menemukan cara.Jalur yang akan mereka lewati kini sudah penuh dengan ular, dan kini mereka terkepung di antara ribuan ular itu. Pandya langsung membuat strategi untuk dapat melanjutkan perjalanan mereka, dengan mempertimbangkan tiap kemampuan dari para pengikutnya.“Kalian ingat dengan apa yang kita latih se

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kerjasama Kelompok

    “Ramuan apa yang sebenarnya kau buat? Bagaimana bisa kondisi Rajendra menjadi seperti itu?!” tanya Raka dengan suara meninggi.Chandra tidak bisa menjawabnya, tangan dan dahinya kini dipenuhi dengan keringat dingin. Dia memikirkan apa yang salah dengan ramuan yang telah dibuatnya, karena dia yakin racikannya sudah sesuai dengan kitab yang dia pelajari.Pandya mencoba melakukan segala cara yang dia bisa, agar tubuh Rajendra berhenti bergetar. Walaupun, usahanya sia-sia karena tubuh Rajendra Malah semakin bergetar lebih hebat, dengan aura tubuh yang semakin menggelap.ZHIIIING!Pandya mencoba menyalurkan tenaga dalam miliknya, ke dalam tubuh Raja Indra berkali-kali. Tapi, seperti ada penghalang yang menolak tenaga dalam yang masuk, tangan Pandya terus terpental yang membuatnya semakin frustasi karena tidak bisa melakukan apa-apa.‘Apa tidak ada lagi yang bisa aku lakukan?’ tanya Pandya dalam hati dengan penuh kekesalan.‘Lupakan tenaga dalam, coba kau amati fisik dari murid itu! Aku yak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kontrol Tenaga Dalam Tingkat Lanjut

    “Kuncinya adalah kerjasama kelompok, apa kalian pernah mendengar jika tenaga dalam bisa digunakan untuk membuat tubuh kita melayang?” tanya Pandya pada para pengikutnya.“Di Ajaran Angin Padepokan Abinawa, kita sering membuat tubuh melayang menggunakan angin. Tapi, saya sendiri belum pernah mendengar penggunakan tenaga dalam, tanpa menyalurkannya melalui jurus meringankan tubuh,” jawab Atreya menanggapi pertanyaan Pandya.“Di Ajaran Air Padepokan Darshwana juga sama, kita menyalurkannya melalui air. Tapi, jika kita gunakan itu untuk membawa Rajendra selama perjalanan, bukankah akan ada goncangan yang akan membuat pemulihannya terganggu?” timpal Inaya menyuarakan pemikirannya.Murid-murid yang lain hanya saling pandang, karena mereka semua belum pernah melihat bahkan mendengar tentang hal yang dibicarakan oleh Pandya. Namun, lain halnya dengan Pandya yang tersenyum dengan penuh semangat, seakan dirinya menemukan hal baru untuk dia coba.‘Bukankah ini saatnya bagiku, untuk mencoba mempr

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Asal Raja Iblis

    TAP TAP TAPSuara langkah kaki dengan kecepatan yang cukup cepat dari puluhan orang, menggema di sepanjang lorong. Di tengah gerombolan itu, ada Pandya yang sedang fokus mengontrol tenaga dalamnya sambil menggunakan jurus meringankan tubuh seperti yang lainnya.Setelah mereka berlari cukup lama, Pandya beserta kelompoknya belum mendapatkan rintangan yang berarti. Hanya beberapa jebakan, yang cukup mudah diatasi oleh para pengikutnya.Gerakan yang mereka lakukan, bahkan terasa satu irama. Walaupun, mereka secara bergantian menyalurkan tenaga dalam mereka pada Pandya.“Apa kalian masih baik-baik saja?!” tanya Pandya di sela-sela perhatiannya untuk mengontrol kekuatan.“Sepertinya beberapa anggota sudah mulai kehabisan tenaga dalamnya, bagaimana ini Pangeran?” jawab Dipta mewakili.Pandya melihat sekitar, sambil mengamati keadaan masih memungkinkan untuk mereka singgah atau tidak. Namun, baru saja Pandya akan memutuskan untuk singgah, di depan mereka terlihat sebuah pintu masuk ke dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Aliran Energi Tuan Catra

    'Ingatan apa? Apa kau yakin dengan ingatanmu itu?’ tanya Pandya tidak yakin.Dari tatapannya terlihat sangat penasaran dengan ingatan yang dimaksud Sakra, tapi dia berusaha menekannya agar tidak kembali kecewa setelah berharap. Sebenarnya alasan utama Pandya ingin segera menyelesaikan ujian ini, hanya karena dia melihat para pengikutnya mulai memaksakan keterbatasan mereka. Apalagi, hingga sekarang dia belum menemukan cara lain membawa Rajendra tanpa membebankan tenaga dalam dan tanggung jawabnya pada para pengikutnya itu.'Aku ingat, waktu itu keadaan sangat kacau. Hampir seluruh pendekar tingkat akhir, bersengkongkol untuk mencoba mengalahkan Tuan Catra. Kami selalu terpojok di setiap jalan manapun yang kami pilih, walaupun ingatanku samar tapi suasana itu benar-benar membekas untukku. Sepertinya tanpa aku rincikan, kau pasti tau seberapa dahsyat efek yang ditimbulkan!’ cerita Sakra dengan suara rendahnya.Pandya hanya mengangguk-anggukkan kepala untuk menjawab ucapan Sakra. Dia bah

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Keberuntungan Tidak Terduga

    Pandya bersimpuh dihadapan Rajendra yang sudah sadarkan diri, sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan pelan namun kuat. Itu bentuk peluapan emosinya yang cukup bercampur aduk, namun lebih banyak perasaan lega dan bahagia.“Bagaimana kondisimu saat ini?” tanya Pandya untuk memastikan keadaan Rajendra.“Saya merasa badan saya lebih segar dibanding sebelumnya, Pangeran. Terima kasih karena sudah menolong saya, dan tidak meninggalkan saya!” jawab Rajendra sambil merubah posisinya ikut bersimpuh kemudian berlutut menghadap Pandya.“Itu memang sudah kewajibanku. Kau hanya perlu menjaga tubuhmu lebih baik lagi!” sahut Pandya sambil memegang pundak Rajendra dan memintanya untuk bangun.Mata Rajendra berkaca-kaca, setelah mendengar jawaban dari Sang Pangeran. Dia sangat bersyukur karena tidak salah memilih pemimpin, dan juga memiliki teman yang tidak jauh berbeda dari seorang saudara.“Ma-maafkan saya yang sudah membuat kelompok kita kerepotan, Pangeran!” teriak Rajendra yang mulai menangis sese

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sebuah Pilihan

    Suasana hening, membuat ruangan istirahat di salah satu lorong itu menjadi sedikit mencekam. Padahal, cukup banyak orang didalamnya, namun tidak ada yang bersuara sejak beberapa saat tadi. Pandya yang menjadi pusat perhatian dari seluruh pengikutnya yang menunggu penjelasan, hanya termenung memikirkan bagaimana dan darimana dia harus menceritakan hal yang harus dia katakan.Tidak ada yang berani menginterupsi, karena mereka semua tahu jika hal yang ingin disampaikan oleh pemimpin mereka itu merupakan sesuatu yang rumit. Jika tidak, Pandya pasti sudah mengatakannya sejak tadi dan dengan lantang.“Sebenarnya aku ingin memberitahu tentang adanya berita baik dan buruk kepada kalian, tapi aku belum menemukan kata-kata yang tepat agar kalian bisa memahaminya dengan mudah….,” Pandya menggantungkan ucapannya, namun tetap tidak ada yang berani menyela.“Aku akan mengatakan berita baiknya dulu, agar kalian bisa menangkapnya dengan lebih baik…,” Pandya kembali menjeda ucapannya. “Saat ini ada ca

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Tamu Tak Diundang

    “Apa yang kau rencanakan?! Kami tidak ada urusan denganmu!” sahut Pandya dengan tegas.Sosok yang tidak lain adalah Hansa yang sudah berhasil menyusul mereka, membuat Pandya dan para pengikutnya tidak senang. Apalagi, ada yang mengganjal dari kedatangannya yang seorang diri, karena Pandya yakin tidak ada orang lain lagi setelah dia mencoba merasakan keadaan sekitar.“Hahaha…, aku sudah menduga sikapmu akan seperti ini! Apa kau terkejut dengan kehadiranku?” tawa Hansa menggema di seluruh ruangan itu.“Kau tidak diterima disini! Jadi, kalau tidak ada hal penting, lebih baik kau lanjutkan saja perjalanan tanpa mengusik kami!” jawab Pandya dengan nada kasar.Hansa tidak menjawab, dan malah berjalan berkeliling mengamati keadaan di dalam ruangan itu. Dia bersikap seakan tidak pernah mendengar apapun yang Pandya katakan.Pandya bangun dari posisinya, diikuti oleh semua pengikut dan bersikap waspada. Mereka benar-benar tidak tahu, apa rencana Hansa mendatangi mereka seorang diri dan bersikap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03

Bab terbaru

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sang Pewaris

    Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Jurus Seribu Pedang

    Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Serangan Kedua

    SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertempuran

    “Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menggagalkan Penyerbuan

    “Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perbantuan Tanpa Tawaran

    “Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perubahan Rencana

    “Aaarrghhh! Kenapa kau memukulku Sakra!” teriak Pandya setelah mengerang cukup keras.PLAK! PLAK! PLAK!Bukannya menjawab, Sakra kembali memukuli Pandya namun dengan lebih pelan dibandingkan pukulan pertama. Sedangkan Akandra yang melihat itu, hanya tersenyum tipis dengan tatapan hangat.“Aku kira kau akan mati begitu saja! Kenapa kau mengabaikan retakan itu?!” teriak Sakra setelah puas memukuli Pandya.“Aku tidak akan mati semudah itu!” jawab Pandya sambil kembali menyeringai dengan memperlihatkan deretan giginya.“Kau tahu, tubuhmu sudah hampir meledak! Mungkin, jika terlambat sedikit lagi kau akan menjadi arang!” teriak Sakra yang kembali kesal karena jawaban Pandya yang begitu santaiPandya hanya terkekeh kecil, saat melihat reaksi Sakra yang seperti cacing kepanasan. Namun, tidak lama sudut matanya akhirnya menyadari kehadiran seseorang diantara mereka.Akandra yang menatap mereka sejak tadi, masih tersenyum penuh arti kearah Pandya yang akhirnya menyadari keberadaannya. Pandya

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Membuka Segel

    Akandra langsung menghampiri tubuh Pandya yang tergeletak, tanpa menyadari sebuah pedang sedang melayang di hadapannya. Sambil membangunkan sebagian tubuh Pandya dan menyandarkannya di bahunya, Akandra mencoba memeriksa tubuh Pandya dengan tenaga dalamnya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pandya?! Kenapa tenaga dalammu berantakan seperti ini?!” tanya Akandra tanpa berharap mendapat balasan.“Sepertinya, itu karena efek tenaga dari Batu Ratnaraj yang disegel dalam tubuhnya retak!” sahut Sakra yang membuat Akandra terkejut, dan tanpa sadar menarik tubuh Pandya menjauh.“Ba–bagaimana pe–pedang bisa berbicara?!” teriak Akandra terbata dengan suara tercekat.Akandra berusaha untuk meyakinkan diri jika pendengarannya tadi tidaklah salah, dengan mengorek telinganya. Dirinya juga mengucek matanya, untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan hanya halusinasinya saja.“Akulah yang mengirimkan pola sihir pelacak itu padamu!” ucap Sakra kesal karena melihat reaksi Akandra yang seperti melihat hantu.

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertolongan

    Sakra mencoba memasukkan energinya untuk membantu Pandya, namun sayangnya semua usahanya tidak membuahkan hasil. Pandya benar-benar sudah tidak sadarkan diri, dengan suhu tubuh yang semakin panas.PLAK! PLAK!Pandya mencoba menampar pipi Pandya dengan badan pedangnya, sambil memanggil-manggil Pandya dengan suara lantang. Namun, Pandya sama sekali tidak memberikan respon.“Apa yang harus aku lakukan?! Bahkan, tidak ada yang mengetahui posisi kami saat ini?” ucap Sakra pada diri sendiri, karena panik dengan kondisi Pandya yang semakin memburuk.ZHIIING!Sakra mencoba memasukkan energinya kembali, sembari mencari penyebab utama kondisi Pandya seperti itu. Dan saat energinya mencapai pusat tubuh Pandya, Sakra menemukan celah di dalam energi Batu Ratnaraj yang di segel sebelumnya.‘Mungkinkah retakan itu muncul saat Pandya tidak sadarkan diri dan muncul cahaya pada tubuhnya?!” pikir Sakra sambil memikirkan cara agar bisa menyelamatkan Pandya.Saat dirinya hendak kembali memukuli Pandya agar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status