Home / Pendekar / Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang / Keberuntungan Tidak Terduga

Share

Keberuntungan Tidak Terduga

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2024-05-02 20:19:39

Pandya bersimpuh dihadapan Rajendra yang sudah sadarkan diri, sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan pelan namun kuat. Itu bentuk peluapan emosinya yang cukup bercampur aduk, namun lebih banyak perasaan lega dan bahagia.

“Bagaimana kondisimu saat ini?” tanya Pandya untuk memastikan keadaan Rajendra.

“Saya merasa badan saya lebih segar dibanding sebelumnya, Pangeran. Terima kasih karena sudah menolong saya, dan tidak meninggalkan saya!” jawab Rajendra sambil merubah posisinya ikut bersimpuh kemudian berlutut menghadap Pandya.

“Itu memang sudah kewajibanku. Kau hanya perlu menjaga tubuhmu lebih baik lagi!” sahut Pandya sambil memegang pundak Rajendra dan memintanya untuk bangun.

Mata Rajendra berkaca-kaca, setelah mendengar jawaban dari Sang Pangeran. Dia sangat bersyukur karena tidak salah memilih pemimpin, dan juga memiliki teman yang tidak jauh berbeda dari seorang saudara.

“Ma-maafkan saya yang sudah membuat kelompok kita kerepotan, Pangeran!” teriak Rajendra yang mulai menangis sese
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sebuah Pilihan

    Suasana hening, membuat ruangan istirahat di salah satu lorong itu menjadi sedikit mencekam. Padahal, cukup banyak orang didalamnya, namun tidak ada yang bersuara sejak beberapa saat tadi. Pandya yang menjadi pusat perhatian dari seluruh pengikutnya yang menunggu penjelasan, hanya termenung memikirkan bagaimana dan darimana dia harus menceritakan hal yang harus dia katakan.Tidak ada yang berani menginterupsi, karena mereka semua tahu jika hal yang ingin disampaikan oleh pemimpin mereka itu merupakan sesuatu yang rumit. Jika tidak, Pandya pasti sudah mengatakannya sejak tadi dan dengan lantang.“Sebenarnya aku ingin memberitahu tentang adanya berita baik dan buruk kepada kalian, tapi aku belum menemukan kata-kata yang tepat agar kalian bisa memahaminya dengan mudah….,” Pandya menggantungkan ucapannya, namun tetap tidak ada yang berani menyela.“Aku akan mengatakan berita baiknya dulu, agar kalian bisa menangkapnya dengan lebih baik…,” Pandya kembali menjeda ucapannya. “Saat ini ada ca

    Last Updated : 2024-05-02
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Tamu Tak Diundang

    “Apa yang kau rencanakan?! Kami tidak ada urusan denganmu!” sahut Pandya dengan tegas.Sosok yang tidak lain adalah Hansa yang sudah berhasil menyusul mereka, membuat Pandya dan para pengikutnya tidak senang. Apalagi, ada yang mengganjal dari kedatangannya yang seorang diri, karena Pandya yakin tidak ada orang lain lagi setelah dia mencoba merasakan keadaan sekitar.“Hahaha…, aku sudah menduga sikapmu akan seperti ini! Apa kau terkejut dengan kehadiranku?” tawa Hansa menggema di seluruh ruangan itu.“Kau tidak diterima disini! Jadi, kalau tidak ada hal penting, lebih baik kau lanjutkan saja perjalanan tanpa mengusik kami!” jawab Pandya dengan nada kasar.Hansa tidak menjawab, dan malah berjalan berkeliling mengamati keadaan di dalam ruangan itu. Dia bersikap seakan tidak pernah mendengar apapun yang Pandya katakan.Pandya bangun dari posisinya, diikuti oleh semua pengikut dan bersikap waspada. Mereka benar-benar tidak tahu, apa rencana Hansa mendatangi mereka seorang diri dan bersikap

    Last Updated : 2024-05-03
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kesepakatan

    “Apa maksudmu berkata seperti itu?!” tanya Pandya yang merasa curiga ada hal yang disembunyikan oleh Hansa.“Kau tidak mengira hanya informasi itu saja yang akan aku berikan, bukan? Aku yakin kau tidak akan menerima tawaranku jika hanya informasi itu yang kau dapatkan!” jawab Hansa sambil tersenyum miring.Pandya menggertakkan gigi untuk menahan rasa kesalnya. Dia merasa seperti sedang dipermainkan oleh Hansa sejak awal, dan itu membuatnya merasa malas meladeni setiap ucapan Hansa.Rasa penasarannya sudah tidak seperti awal tadi, dan membuat logikanya berjalan.“Informasi apa lagi yang akan kau berikan?! Ini akan menjadi penentu untuk kesepakatan kita!” sahut Pandya dengan tatapan memicing.“Huh, kau tidak seru sama sekali!” dengus Hansa. “Aku mendengar sebelum ini, Dipta telah mempelajari ilmu sihir tingkat tinggi dan berhasil mengembangkannya. Aku tahu kemampuanmu kini sudah jauh berkembang, tapi apa kau yakin bisa melindungi seluruh pengikutmu dari serangannya?!” jelas Hansa dengan

    Last Updated : 2024-05-05
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kecewa Dan Bahagia

    DRAAP! DRAAP! DRAAP!Suara langkah kaki Pandya dan para pengikutnya yang berlari sepanjang lorong, terdengar menggema dengan cukup lantang. Mereka tidak menggunakan jurus meringankan tubuh, untuk menghemat tenaga dalam yang sebelumnya sudah cukup terkuras.Tidak jauh mereka berlari, langkah mereka langsung terhenti saat di depan mereka sudah terlihat lorong yang bercabang seperti yang diucapkan oleh Hansa. Dan Hansa pun sudah bersemedi di depan lorong-lorong itu karena datang terlebih dahulu. Dirinya yang tidak perlu menghemat tenaga, langsung menggunakan jurus meringankan tubuh tanpa merasa sungkan sedikitpun.“Kenapa kalian lama sekali?! Aku sudah bosan sejak tadi menunggu kalian!” kesal Hansa sambil berdiri dari posisi semedinya.“Bukankah kamu sendiri yang ingin menunggu?! Jadi, jangan mengoceh kan hal yang kamu lakukan atas keinginanmu sendiri!” jawab Pandya langsung membuat Hansa terdiam.Pandya mulai meraba tanah di sekitarnya, untuk merasakan energi dari setiap lorong itu. Tot

    Last Updated : 2024-05-06
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kebebasan Sakra

    ‘Kau bisa lakukan apapun yang kau mau! Lagipula, kau sudah sangat lama tersegel dan hanya berada di sampingku setelahnya, kau berhak untuk menikmati kebebasannya!’ ucap Pandya dengan yakin.Sakra terdiam, dia tidak menyangka jika Pandya sangat memikirkannya. Padahal, dia kira memang sudah kewajibannya untuk melindungi Pandya, tanpa bisa berharap timbal balik sedikitpun. Tapi, pada akhirnya dia bisa mendapatkan kebebasan yang belum pernah dia rasakan.'Bukan berarti aku tidak berat untuk melepasmu. Tapi, aku juga tidak ingin menahanmu hanya karena keegoisanku. Aku sudah sangat bersyukur kau sudah selalu melindungiku hingga saat ini!’ lanjut Pandya bersungguh-sungguh karena tidak mendapat respon dari Sakra.'Aku tahu kau tidak akan mudah melepaskan ku!’ sahut Sakra percaya diri. ‘Tapi, kau tetap mau membebaskan aku. Aku tidak tahu harus berkata apa!’Suara Sakra mulai bergetar. Mungkin jika Sakra adalah manusia, saat ini dirinya sudah menangis karena terharu. Tapi, mengingat gengsinya y

    Last Updated : 2024-05-09
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Monster Lorong

    Tawaran Hansa membuat Dipta cukup terkejut, dan membuatnya menaikkan alis sambil balas menatap Hansa. Mereka tidak sadar banyak pasang mata yang sedang melihat interaksi mereka, walaupun tidak ada yang tahu apa yang sedang mereka bahas saat ini.“Taruhan apa yang kau maksud?!” tanya Dipta setelah Hansa menarik wajahnya dan sedikit menjauh dari Dipta.“Kau bilang, kalau kau percaya dengan kemampuan Pandya bukan? Kau harus melawan Pandya, tanpa memberitahu taruhan kita pada siapapun!” jawab Hansa dengan santai.“Maksudnya, aku harus menyerang Pangeran Pandya? Bukankah itu jelas, aku yang akan tewas?!” tanya Dipta yang masih bingung dengan jawaban Hansa.“Itulah taruhan yang aku maksud! Pandya akan melawan hingga kau tewas, atau mengalah agar kau selamat!” jelas Hansa dengan penuh semangat.Dipta meletakkan kitab yang dibawanya tadi, kemudian meletakkannya di bawah dengan masih beralaskan sebuah potongan kain. Dia menatap tajam ke arah Hansa, untuk mencoba mencari tahu hal apa yang seben

    Last Updated : 2024-05-14
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Batu Mana Merah

    Para murid Ajaran Sihir mulai membuat perisai sesuai arahan Pandya, sambil melindungi murid Ajaran Ramuan yang membawa para murid yang cidera menuju tempat yang aman. Untungnya, area lorong dengan tanah dan bebatuan kristal itu tidak terlalu panjang untuk dilewati.Namun, tetap saja tidak akan mudah untuk mereka melewatinya begitu saja. Mengingat monster-monster itu seperti tidak ada habisnya terus berdatangan, dan menyerang secara bersamaan. Seperti hewan buas yang harus darah, mereka menyerang dengan gigi taring yang mencuat keluar dan air liur yang terus menetes.PAAATS!CRAAAST!SHROOOT!Suara tebasan tidak ada hentinya, hingga Pandya menyadari adanya kejanggalan dari jumlah monster yang tidak berkurang. Bahkan, darah yang berceceran baru dia sadari jika warnanya bukan merah melainkan hijau gelap. Pencahayaan dari bebatuan kristal membuat mereka tertipu sejak awal, bahkan Pandya tidak bisa melihat dari mana para monster itu datang.Pandya mencoba berkomunikasi dengan Atreya, untuk

    Last Updated : 2024-05-24
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pola Aliran

    Setelah beristirahat beberapa saat, dan murid yang terluka sudah kembali pulih. Kelompok Pandya mulai melanjutkan perjalanan mereka, dengan Pandya yang memimpin di depan dan Hansa berada paling belakang.Secara tidak langsung, Pandya sudah mulai mempercayakan penjagaan di barisan belakang pada Hansa. Bukan tanpa alasan dia melakukan hal itu, karena terakhir kali peran Hansa dalam membunuh para monster cukup banyak membantu sehingga korban tidak terlalu banyak.Perjalanan berikutnya kini berjalan dengan cukup tenang, Pandya juga tidak merasakan adanya tenaga lain yang mendekat ke arah mereka. Dan itu berarti taktik mereka untuk mengecoh Danar sudah berhasil, jadi dia tidak perlu memikirkan pertarungan yang tidak diperlukan.Setelah perjalanan panjang mereka, pada akhirnya mereka menemukan secercah harapan. Pandya dan gerombolannya melihat ujung lorong yang sudah tidak jauh didepan mereka. Dengan langkah yang dipercepat, mereka sampai di ujung lorong itu dalam waktu singkat.Kini dihad

    Last Updated : 2024-06-24

Latest chapter

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sang Pewaris

    Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Jurus Seribu Pedang

    Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Serangan Kedua

    SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertempuran

    “Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menggagalkan Penyerbuan

    “Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perbantuan Tanpa Tawaran

    “Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perubahan Rencana

    “Aaarrghhh! Kenapa kau memukulku Sakra!” teriak Pandya setelah mengerang cukup keras.PLAK! PLAK! PLAK!Bukannya menjawab, Sakra kembali memukuli Pandya namun dengan lebih pelan dibandingkan pukulan pertama. Sedangkan Akandra yang melihat itu, hanya tersenyum tipis dengan tatapan hangat.“Aku kira kau akan mati begitu saja! Kenapa kau mengabaikan retakan itu?!” teriak Sakra setelah puas memukuli Pandya.“Aku tidak akan mati semudah itu!” jawab Pandya sambil kembali menyeringai dengan memperlihatkan deretan giginya.“Kau tahu, tubuhmu sudah hampir meledak! Mungkin, jika terlambat sedikit lagi kau akan menjadi arang!” teriak Sakra yang kembali kesal karena jawaban Pandya yang begitu santaiPandya hanya terkekeh kecil, saat melihat reaksi Sakra yang seperti cacing kepanasan. Namun, tidak lama sudut matanya akhirnya menyadari kehadiran seseorang diantara mereka.Akandra yang menatap mereka sejak tadi, masih tersenyum penuh arti kearah Pandya yang akhirnya menyadari keberadaannya. Pandya

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Membuka Segel

    Akandra langsung menghampiri tubuh Pandya yang tergeletak, tanpa menyadari sebuah pedang sedang melayang di hadapannya. Sambil membangunkan sebagian tubuh Pandya dan menyandarkannya di bahunya, Akandra mencoba memeriksa tubuh Pandya dengan tenaga dalamnya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pandya?! Kenapa tenaga dalammu berantakan seperti ini?!” tanya Akandra tanpa berharap mendapat balasan.“Sepertinya, itu karena efek tenaga dari Batu Ratnaraj yang disegel dalam tubuhnya retak!” sahut Sakra yang membuat Akandra terkejut, dan tanpa sadar menarik tubuh Pandya menjauh.“Ba–bagaimana pe–pedang bisa berbicara?!” teriak Akandra terbata dengan suara tercekat.Akandra berusaha untuk meyakinkan diri jika pendengarannya tadi tidaklah salah, dengan mengorek telinganya. Dirinya juga mengucek matanya, untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan hanya halusinasinya saja.“Akulah yang mengirimkan pola sihir pelacak itu padamu!” ucap Sakra kesal karena melihat reaksi Akandra yang seperti melihat hantu.

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertolongan

    Sakra mencoba memasukkan energinya untuk membantu Pandya, namun sayangnya semua usahanya tidak membuahkan hasil. Pandya benar-benar sudah tidak sadarkan diri, dengan suhu tubuh yang semakin panas.PLAK! PLAK!Pandya mencoba menampar pipi Pandya dengan badan pedangnya, sambil memanggil-manggil Pandya dengan suara lantang. Namun, Pandya sama sekali tidak memberikan respon.“Apa yang harus aku lakukan?! Bahkan, tidak ada yang mengetahui posisi kami saat ini?” ucap Sakra pada diri sendiri, karena panik dengan kondisi Pandya yang semakin memburuk.ZHIIING!Sakra mencoba memasukkan energinya kembali, sembari mencari penyebab utama kondisi Pandya seperti itu. Dan saat energinya mencapai pusat tubuh Pandya, Sakra menemukan celah di dalam energi Batu Ratnaraj yang di segel sebelumnya.‘Mungkinkah retakan itu muncul saat Pandya tidak sadarkan diri dan muncul cahaya pada tubuhnya?!” pikir Sakra sambil memikirkan cara agar bisa menyelamatkan Pandya.Saat dirinya hendak kembali memukuli Pandya agar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status