Share

Eps 5 : Takdir Harapan

Penulis: Enalus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-19 20:38:28

Yuan menang.

Mata hijaunya nyalang menatap semua orang yang hadir di sana. Semua orang masih tak bisa berkata-kata dengan apa yang baru saja terjadi.

Gao memenggal kepalanya sendiri?

Ada apa ini?

Hanya Bunda Ketua yang masih bisa duduk dengan tenang di atas kursinya tanpa menunjukkan wajah bingung.

“Apa yang kau lakukan Hongli?”

“Apa?” Hongli tersadar dari keterkejutannya ketika ditanya oleh Bunda Ketua.

“Kau seharusnya ke arena mengesahkan anak itu sebagai pemenang pertarungan ini.”

“Aku … aku masih ragu untuk mendekati anak itu…”

“Jangan biarkan dia memperdaya pikiranmu. Maju ke sana dan ucapkan selamat padanya sebelum dia marah.”

Hongli beranjak menuju ke tengah arena. Sayangnya Yuan sudah lebih dulu meninggalkan tempat itu pergi ke ruangan tempat di mana dia pingsan sebelumnya. Mata penonton masih mengekor anak muda itu seraya merasakan aura bahaya dari tubuhnya perlahan menjauh.

Di dalam ruangan yang penuh dengan batu kristal hijau, Yuan duduk di atas batu yang paling besar dari semuanya. Ia melepaskan baju yang penuh tersimbah oleh darah. Bahunya nyeri akibat tusukan dari Gao tadi. Sesekali merintih kesakitan ketika digerakkan.

“Yuan, kau tidak apa-apa?” Kepala Fengyin muncul dari balik pintu dengan perasaan ragu. Dia masih agak takut untuk mendekati kekasihnya, tapi rasa khawatir berhasil membuatnya berinisiatif mengecek keadaan Yuan.

“...”

Pangeran itu masih bergeming menekan luka di bahu dengan bajunya. Perlahan Fengyin melangkah masuk ke dalam ruangan dengan langkah ringan hampir tanpa suara.

“Ini.”

“Apa itu?”

“Hongli berpesan kepadaku untuk menyerahkan tanaman obat ini padamu. Katanya tanaman ini mujarab untuk menyembuhkan luka dari tusukan Gao tadi.”

“Kenapa bukan dia sendiri yang menyerahkannya padaku?”

“Soal itu … setelah apa yang terjadi di arena tadi, banyak yang tidak mengerti. Aku pun juga sama. Bahkan setelah pertandingan selesai banyak yang masih takut untuk bertemu denganmu secara langsung.”

“Termasuk dirimu?”

“Aku lebih merasa khawatir padamu daripada takut.”

Yuan mengambil tanaman obat dari tangan Fengyin, “argh! Rasanya perih sekali.”

Fengyin merobek sedikit ujung gaunnya sebagai perban untuk diikatkan ke bahu Yuan. Dalam sekejap luka itu berhenti mengeluarkan darah tertutup rapi dengan balutan kain dari sang kekasih.

“Terima kasih,” cetus Yuan memalingkan wajah menyembunyikan ekspresinya.

“Jangan sungkan, luka sekecil ini jauh lebih baik dibandingkan kehilangan nyawa. Aku benar-benar tidak siap jika sampai harus kehilanganmu dalam pertandingan tadi.”

“Aku tidak punya pilihan.”

“Aku tahu….”

Ada perasaan hangat yang muncul di tengah ketegangan atas apa yang telah terjadi pada mereka berdua. Dari kemarin mereka berlari dari maut yang coba mengejar, kali ini mereka bisa bernapas lega.

Tok! Tok! Tok!

“Yuan, Fengyin, kalian diminta untuk menghadap Bunda Ketua sekarang.”

Keduanya bertatapan untuk sesaat, “baik, kami akan ke sana sebentar lagi,” tukas Fengyin.

Lima menit kemudian mereka sudah berada di depan ruangan tempat singgasana Bunda Ketua berada. Suara Hongli menggelegar sampai keluar ruangan.

“Bukankah pertandingan tadi sudah menjelaskan semuanya? Kenapa Bunda masih memiliki keraguan terhadapnya?”

Bunda Ketua termenung di atas singgasana berpikir keras, “Sejujurnya aku hendak mempercayai anak itu sebagaimana kau percaya sama dia, tapi entah kenapa firasatku berkata lain.”

“Kenapa begitu?”

“Anak ini berbahaya, Hongli. Masa depannya berkabut, aku tidak bisa memprediksinya. Kekuatan anak ini … entah kenapa aku merasa familiar. Aku yakin aku pernah mendengarnya disuatu tempat. Jika kita tidak bisa mengendalikannya, dia akan menjadi bencana bagi kita.”

“Kalau begitu bimbing dia. Kita bantu dia menjadi dirinya yang seharusnya, seorang penyelamat.”

“Kau membutuhkan kekuatan untuk mengendalikan kekuatan. Apakah kau punya? Jika tidak, anak ini bisa menjadi pisau bermata dua.”

Suara gemuruh dari hadirin yang ada di dalam ruangan tiba-tiba muncul dari arah belakang. Banyak yang menghardik Yuan dan Fengyin ketika mereka masuk untuk menghadap Bunda Ketua.

“Dasar monster, tega sekali kau membunuh Gao!”

“Dia adalah orang terhormat, bisa-bisanya kau membunuh dia!”

“Tidak punya hati, manusia permukaan semuanya memang kejam.”

Itulah cibiran yang Yuan terima selama dalam perjalanan.

Tak bisa dipungkiri, hati bocah itu kembali terbakar mendengar semua kalimat pedas yang masuk ke telinganya. Makin lama makin ramai suara yang mengolok-ngolok dia.

Tiba-tiba Yuan berhenti.

Suara kerumunan langsung senyap kembali merasakan aura berbahaya dari bocah itu. Intimidasi dari kehadirannya benar-benar menekan.

Secara perlahan, pangeran yang tersulut amarah itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Mata hijaunya tajam sekali seperti hendak membunuh. Hongli segera sadar apa yang terjadi, dengan cepat dia berjalan menerobos kerumunan berusaha mencegah apa yang bisa dicegah sebelum terlambat.

Beruntung ada Fengyin, dia adalah Satu-satunya orang yang berani menatap mata monster itu. Gadis itu menggelengkan kepala dengan lembut sebelum Yuan hendak berbuat sesuatu yang salah. Berkat itu, Yuan yang sudah tersulut amarahnya ini bisa mengontrol diri dengan bantuan emosional dari pacarnya. 

Hongli mengelus dada. Yuan berhenti mengeluarkan aura berbahayanya. Sembari membantu membukakan jalan, mereka bertiga menghadap Bunda Ketua.

“Yuan Qiancheng, aku ucapkan selamat atas kemenanganmu dalam duel tadi.” Bunda Ketua berkata dari singgasananya.

“Berjanjilah untuk menepati janjimu,” cetus Yuan.

“Tentu saja. Dengan ini kau dan pasanganmu kami terima dalam kelompok kami. Selamat datang di suku Ner’iatu.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 6 : Dia yang Menjijing Surga

    “Tadinya aku pikir mereka akan menyajikan tubuh Gao untuk makan malam,” umpat Yuan pada kekasihnya, “aku tidak menyangka akan ada pemakaman di tempat seperti ini.”Hongli menilik jenaka pada bocah itu, “kau masih mengira kami ini kanibal rupanya?”“Memangnya kalian bukan?”“Tentu saja bukan. Jangankan makan daging, selama hidup di dalam tanah hanya sayuran dan jamur yang bisa kami konsumsi sehari-hari. Sesekali kami muak makan itu-itu saja, karena itu terkadang ada sebagian dari kami keluar ke permukaan untuk mencari ayam atau burung yang tersesat di hutan. Tapi biasanya banyak yang tak kembali setelah pergi keluar.”“Kenapa?”“Tentu saja karena dibunuh oleh orang-orang permukaan atas perintah sang raja. Dan karena itu kami sangat benci kepada ayahmu.”“...”Proses pemakaman Gao tak lama kemudian selesai. Makamnya berada tepat di depan air terjun bawah tanah. Air terjun bak kristal menderu dari atas mengalir kian mendalam ke bawah bumi. Udara agak lembab karena cipratan dari embun beni

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 7 : Tradisi Ner'iatu

    Dalam acara makan itu ada tanggungjawab yang secara tak langsung diserahkan Hongli kepada Yuan. Tapi anehnya, sang pangeran malah sempat tersenyum licik mendengar semua perkataan Hongli barusan. Fengyin memperhatikan belahan jiwanya dengan seksama mengartikan semua makna yang tersirat dalam gerak-gerik milik Yuan, berusaha memahami apa yang sedang dipikirkannya.“Nah, sekarang karena kau telah resmi menjadi bagian dari kami, kau harus belajar bagaimana cara hidup dengan gaya Ner’iatu.” Hongli menjelaskan dengan piring yang sudah kosong di tangan, “pertama, mengenai gaya bertarung dan bertahan hidup, aku akan mengajarimu cara bertarung seperti yang dilakukan Gao saat melawanmu tadi. Tapi pertama, kau harus punya pisau hitam dulu.”“Di mana aku bisa mendapatkan pisau itu?”Hongli menggeleng, “kau tidak akan mendapatkannya. Kau harus membuatnya.”“Aku belum pernah menempa satu besi pun dalam hidupku.”“Tenang saja, Doanghai adalah salah satu pandai besi terbaik di sini. Dia bisa mengajar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 8 : Tradisi Ner'iatu (bagian 2)

    Dalam ledakan yang mengguncang seluruh ruangan, sebuah belati tanpa gagang yang belum terbentuk sempurna terlempar ke udara menancap tepat di depan kaki Yuan. Belati itu berwarna hijau terang bersinar dalam kegelapan. Warna hitam dan corak-corak hijau yang berkesinambungan menjadi hiasan tersendiri memberikan keunikan pada pisau itu.“Kau seharusnya tidak mencampurkan batu hijau dengan Kraiman.” Hongli dan Doanghai kelabakan membenahi bekas ledakan dari tungku api.“Kenapa tidak?” Tanya Yuan sembari menggamit belati itu dari lantai.“Batu hijau itu kami menyebutnya Gogonit, sangat tidak cocok untuk dijadikan peralatan. Dengan mencampurkan Gogonit dan Kraiman, pisau itu tidak sekeras pisau yang biasa kami gunakan. Tidakkah kau lihat dia juga menjadi lebih lentur dari pisauku ini?”Bocah itu mengecek kekerasan pisaunya. Memang benar sedikit lebih lembut dari pisau milik Hongli. Tapi, begitu dalam genggaman Yuan, pisau itu bergetar mengeluarkan suara dengung ringan. Dia coba tebas ke kiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 9 : Frekuensi

    Suasana dingin yang menegangkan menyelimuti dua individu yang duduk berhadapan di ruang sempit berdinding batu. Obor di sudut ruangan berderak menari-nari dalam bayangan, menciptakan kesan tidak nyaman bagi mata. Hanya mereka berdua yang ada di sini—Bunda Ketua dan Yuan—dan ketegangan antara keduanya hampir bisa dirasakan.Bunda Ketua memeriksa pedang hijau milik Yuan dengan sentuhan yang penuh penilaian. Pisau itu bergetar seolah ingin kembali ke tangan pemiliknya.“Pisau ini benar-benar unik,” ujarnya dengan nada dingin.“Pisau itu milikku.”“Tidak, Yuan. Kau tahu tradisi kami. Setiap orang harus membuat pisau mereka sendiri, bukannya memaksa orang lain melakukannya untukmu. Apakah ini caramu menghargai kami?”“Aku tidak memaksa Doanghai untuk membuatkan pisauku.”“Kau pikir aku tidak sadar dengan apa yang kau lakukan padanya? Hanya karena aku buta, bukan berarti aku tidak bisa melihat seutuhnya.”Yuan hanya diam, tidak memberi jawaban.“Kami menyelamatkanmu dari kerajaan yang mengin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 10 : Dendam Dalam Kembang Api

    Fengyin, Hongli, dan Doanghai berlari kembali ke dalam Tanur, napas mereka terengah-engah dan ekspresi mereka menunjukkan kepanikan yang jelas. Sesampainya di dalam, mereka mendapati ruangan itu kosong melompong. Hanya ada mesin tempa yang rusak di sana.“Yuan! Apa kau di sini?” teriak Fengyin, suaranya bergetar penuh kecemasan.Hening. Tak ada jawaban sama sekali.“Dia sepertinya tidak ada di sini. Doanghai, kita berdua telah berada di sini sepanjang waktu memperbaiki mesin itu. Aku rasa aku pasti akan tahu jika dia datang menyelinap di belakangku.” “Ya, aura kehadiran anak itu sangat kuat. Mustahil dia bisa keluar masuk tempat ini tanpa kami lihat,” jawab Doanghai, napasnya masih berat dari usaha mengejar.“Kalau begitu, di mana dia sekarang?”“Fengyin? Kemana kau pergi?” seru Hongli, tampak panik, berusaha mengejar langkah cepat gadis itu yang tiba-tiba menghilang.Tenaga anak muda memang tidak bisa ditandingi oleh orang dewasa yang mencoba mengejarnya. Fengyin melesat melewati sem

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 11 : Malam Perayaan Tragedi

    “Apa yang kalian berdua lakukan di perbatasan malam-malam begini? Pestanya ada di sebelah sana,” kata salah satu prajurit dengan nada menegaskan, tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan.Yuan dan Fengyin berdiri membeku, terjebak dalam situasi yang berbahaya. Setiap langkah yang salah bisa berarti kematian bagi mereka.“Tunggu sebentar, apakah kalian warga Wuyan?”“Iya, benar!” jawab Fengyin tanpa berpikir panjang.“Tapi, pakaian kalian? Jorok sekali. Kenapa terlihat begitu compang-camping?”“Ma-maaf, kami adalah anak yatim yang hidup di jalanan. Hanya ini pakaian yang bisa kami kenakan saat ini,” Fengyin menjelaskan dengan suara bergetar.“Bohong! Kami baru saja membebaskan kerajaan ini dari para pengkhianat. Tak mungkin gelandangan dari Wuyan bisa sampai sini. Kalian pasti warga kerajaan Qingce yang selamat dari penyerangan!”“Cepat tangkap mereka berdua!”Tanpa pilihan lain, Yuan melepaskan aura gelap yang mengancam dari tubuhnya. Kedua prajurit itu terdiam, tampak ketakutan dan tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 12 : Malam yang Terbelah

    Yuan, Fengyin, dan seorang wanita asing dari Ner’iatu terpojok di tengah hutan yang gelap. Tanpa senjata atau bantuan, mereka berdiri di hadapan sekelompok prajurit yang mengancam. Tubuh mereka semua gemetar ketakutan, hanya Yuan yang berpikir keras untuk melawan.“Kalian punya dua pilihan,” kata prajurit berbadan paling besar dengan suara mengancam, “ikut kami dengan sukarela atau dengan paksa.”“Fengyin, bersiaplah,” kata Yuan, matanya bersinar tajam. “Kita hanya bisa melawan sampai titik darah penghabisan.”Brak!Sebuah pisau hitam dari Ner’iatu menyusup ke zirah prajurit berbadan besar itu dari belakang.“Argh!” Pria itu terhuyung dan jatuh ke depan, tak bisa bergerak.“Hongli! Doanghai!” seru Fengyin penuh syukur.Menyaksikan kematian temannya dalam sekejap, dua prajurit lainnya segera berbalik menyerang Hongli dan Doanghai. Suara logam bertemu logam menggema nyaring di malam yang tenang.Pisau hitam itu dengan mudah menembus perisai prajurit Wuyan. Baju zirah yang terbuat dari b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 13 : Ujian Satu Minggu

    “Apa?” Fengyin dan Yuan menganga tak percaya dengan apa yang baru saja diungkapkan Hongli.“Kami baru saja diterima di sini. Aku sampai harus membunuh Gao di dalam duel, apa itu tidak ada artinya?” Yuan komplain merasa tak dihargai sama sekali.“Bunda Ketua menganggap kalian, terutama kau Yuan, adalah pembawa masalah bagi Ner’iatu.”“Tapi bukankah kau sendiri bilang kalau aku ini orang yang diramalkan? Bagaimana jika itu benar tapi aku malah meninggalkan kalian?”“Aku tadi sempat menyinggung soal itu. Tapi melihat dari apa yang telah terjadi selama satu hari ini, dia mulai ragu apakah kau orang yang memang ditakdirkan menjadi Saniyala atau bukan.”“Bagaimana denganmu, apakah kau percaya?”“Dengan segenap jiwa ragaku, aku percaya kalau kau adalah seorang utusan yang diramalkan.”“Kalau begitu, apakah tidak ada cara lain untuk meyakinkan Bunda Ketua?”“Aku sempat membuat kesepakatan dengannya.”“Kesepakatan?”“Satu minggu, dia memberimu waktu satu minggu untuk bisa membuktikan kalau kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17

Bab terbaru

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Pengumuman!

    Untuk beberapa hari ke depan cerita ini akan berhenti update untuk sementara dikarenakan akan ada perbaikan alur cerita.Begitu semuanya sudah diperbaiki, ceritanya akan kembali berlanjut.Pantengin terus ya :D

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 54 : Manusia Bom

    Malam hari yang gelap, memancarkan hawa dingin dari rembulan biru tertutup setengah paras oleh awan. Distrik Qingchong menjadi sunyi dan sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan sosial. Yuan dan kawan-kawan menyelinap dari satu tempat ke tempat lain dalam bayangan kegelapan. Mereka bertujuh berusaha berkamuflase sebisa mungkin agar tak ketahuan oleh siapapun, terutama oleh mereka para prajurit yang sedang berpatroli.“Kalian mencium sesuatu?” Tanya Tangfei pada yang lain.“Iya, ini bau bensin. Pastinya bukan cuma aku yang mencium ini dari tadi di sepanjang jalan.” Jelas Hongli.“Hati-hati saja jangan sampai ketahuan oleh para pasukan yang sedang berjaga,” kata Yuan.Mereka melanjutkan merayap menyusuri kegelapan di belakang bangunan distrik Qingchong. Makin lama bau bensin kian menyengat, namun hidup mereka semua perlahan bisa beradaptasi. Bau bensin ini sudah tidak mengganggu bagi hidung mereka lagi.Dalam jarak seratus meter lebih, balai kota tempat di mana anak dan istri milik Xueyi d

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 53 : Sambutan Untuk Kaisar Wuyan

    Pada keesokan harinya, sebuah rombongan prajurit Wuyan berjajar rapi di jalanan berbatu yang menuju ke Bing Qing. Matahari pagi memancarkan cahaya keemasan, menyinari kereta yang diangkut oleh dua kuda hitam berkilat. Kereta itu terlihat megah dengan ukiran-ukiran rumit pada kayunya dan hiasan bendera kebesaran Wuyan yang berkibar anggun di sepanjang jalan. Semua prajurit, mengenakan armor logam berwarna hijau yang mengkilap, meningkatkan kewaspadaan di atas kuda mereka, berbaris dengan disiplin menuju kerajaan dagang internasional. Ternyata, rumor mengenai Kaisar Wuyan hendak berkunjung ke Bing Qing bukanlah isapan jempol belaka. Kereta yang diangkut oleh dua kuda berwarna hitam pekat itu bergerak dengan tenang, roda kereta yang terbuat dari kayu kokoh berderak lembut di atas jalan yang ditutupi lapisan debu halus. Di dalam kereta, sosok yang sangat penting sedang berada, menambah aura misterius pada perjalanan tersebut.Yuan dan kawan-kawan sedang bersembunyi di dalam hutan jauh d

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 52 : Tawaran Berdarah Jenderal Zhao

    Yuan coba membaca surat yang ada di tangan pamannya. Bunyinya:“Jika kau mau anak dan istrimu selamat, temui kami di balai kota distrik Qingchong. Bawa tiga orang terbaik bersamamu. Kami akan menyambut kalian.Tertanda: Xu Yanzhi.”Semua orang sepakat siapa yang harus pergi ke tempat itu malam ini. Xueyi, Yuan dan Hongli.Ketiganya tanpa pikir panjang berlari menuju tempat yang dijanjikan dalam gelap malam. Sementara Tangfei dan yang lainnya mengawasi dari kejauhan.Begitu tiba, empat prajurit sudah menunggu di pintu masuk.. Xueyi langsung disambut oleh Xu Yanzhi.“Selamat datang, wahai samurai dan kawan-kawan. Akhirnya kau datang.”“Dimana anak dan istriku?”Pria berpakaian emas itu menggeser diri dari pintu, memperlihatkan pemandangan mengerikan di dalam ruangan Lian dan dua anaknya sedang diikat pada sebuah tiang. Mulut mereka disumpal dengan kain yang membuat mereka tak bisa berbicara.Teriakan mereka tak terdengar, tapi ekspresi mereka menunjukkan ketakutan.Xueyi mengerang pelan

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 51 : Emas dan Rahasia

    Yuan bergerak dengan hati-hati, matanya meneliti setiap sudut lemari di ruangan. Dia hampir saja mengambil lencana terakhir ketika sebuah bayangan di cermin menarik perhatiannya. Sosok Guozhi, tampak jelas berdiri di tengah pesta bersama beberapa rekannya.“Guozhi!” bisik Yuan, matanya membesar. “Lihat, itu Guozhi!”Dia memberi isyarat pada Hongli, yang tengah tenggelam dalam kegembiraan pesta, dikelilingi oleh tiga wanita cantik dengan minuman di tangan. Hongli tampak tersenyum kikuk, pikirannya melayang jauh dari situasi sekitar.“Sial, pria ini terlalu mabuk untuk sadar!” pikir Yuan, cemas.Guozhi, yang sedang mengambil minuman, mengamati pria besar di sofa dengan tatapan tajam. “Rasanya aku kenal kau….”Hongli tersenyum lebar, masih setengah teler. “Ah, aku dikenal banyak orang. Menjadi selebriti sepertiku memang melelahkan, hahaha!”Guozhi tertawa ringan, “Hahaha, aku paham rasanya. Aku juga sering merasa tak nyaman dikenali di sini.”Yuan mengamati dari jauh dengan penuh kekhawa

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 50 : Pencurian di Kota yang Hancur

    Yuan memperhatikan pamannya berdiri di depan pintu dalam keadaan yang tak bisa ditebak. Mukanya nyaris tak berekspresi sama sekali, namun senar yang keluar dari tubuhnya menggeliat penuh kemarahan. Penuh dendam. Penuh ambisi. Dan setitik rasa sedih. Hanya Yuan dengan mata ajaibnya yang bisa melihat apa yang dirasakan oleh Xueyi.“Kau tidak apa-apa, Paman?” Yuan bertanya sambil menepuk pundaknya dari belakang.“Yeah, aku baik-baik saja,” jawab Xueyi dengan senyum terpaksa yang sulit disembunyikan.“Berapa banyak sisa uang yang kau punya sekarang?”“Tidak banyak. Mungkin hanya cukup untuk satu atau dua hari ke depan.”“Baiklah, karena kita nampaknya tak ada lagi yang bisa dilakukan di Bing Qing, ada yang mau pergi ke Wuyan?”“Apa yang akan kita lakukan di sana?” tanya Hongli,“Banyak hal. Kita bisa mengecek bagaimana perkembangan situasi di sana. Dan juga, merampas beberapa koin emas dari prajurit di sana.”Xueyi nampak setuju dengan rencana itu. Tangfei, Zhenwu, Dwei, dan Xiao juga ter

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 49 : Rahasia Xueyi

    “Ayah?!” teriak Yuan dan teman-temannya dengan kaget.Pintu rumah terbuka, dan seorang wanita muda muncul. Rambutnya yang lurus sebahu tergerai di atas gaun biru sederhana yang tampak mewah jika dibandingkan dengan tetangga di sekitar rumah.“Xueyi, akhirnya kau pulang juga. Selamat datang,” ucap wanita itu dengan senyuman ramah.Teman-teman Xueyi dari Ner’iatu masih kebingungan, tidak bisa mengikuti apa yang sedang terjadi. “Hai Sayang, aku membawa tamu. Kenalkan, ini adalah Lian Hua, istriku, dan dua anak ini adalah anakku,” kata Xueyi, memperkenalkan keluarganya.Yuan, dengan mulut yang masih menganga, mencoba mencerna kenyataan bahwa paman mereka memiliki istri dan anak. “Apa yang terjadi? Sejak kapan ini terjadi? Bagaimana ini bisa terjadi?”“Halo semuanya, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja. Mari masuk,” kata Lian Hua, tuan rumah yang baik hati, sambil mengundang mereka masuk.Di dalam rumah, suasananya tampak normal dan sederhana, namun tertata rapi dan nyaman. Meja makan

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 48 : Sisa Dari Perang

    Teriakan tangisan bayi Trondallo di ruangan Bunda Ketua semakin kencang. Wang Jing, yang bertugas menggantikan tugas Fengyin merasa kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Kedua bayi itu tidak mau diam.“Ada apa dengan mereka?” tanya Yuan kepada Wang Jing.“Saniyala, aku juga tidak tahu. Tiba-tiba mereka menangis tanpa alasan yang jelas. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”Yuan memeriksa kedua bayi dengan cermat. Dengan mata hijaunya, ia bisa merasakan ketidaknyamanan yang dialami bayi-bayi tersebut.“Mereka sakit. Suhu tubuh mereka jauh lebih tinggi dari biasanya.”“Sakit? Penyakit apa yang bisa mengganggu bayi Trondallo?” tanya Wang Jing.“Ini lebih kepada sakit psikis,” jawab Yuan. “Mereka tampaknya terganggu oleh kepergian Fengyin.”Enlai menambahkan, “Mungkin mereka merasakan apa yang dirasakan Fengyin saat ini?”“Jika benar, berarti Fengyin dalam keadaan yang sangat buruk di penjara Bing Qing.”Tiba-tiba, tanah bergetar hebat. Seekor ular raksasa muncul dari dalam tanah, mengangk

  • Kebangkitan Pendekar Utusan Surga   Eps 47 : Harta Rampasan Perang

    Brak!!!“Argh!”Belum sempat kapten dan pasukannya merayakan kemenangan, pisau Yuan sudah menusuk punggungnya sampai menembus dada melalui zirah besi. Suara pria itu bungkam dengan darah menggumpal di mulut, menyekat tenggorokan.“Si-siapa kau….”Tanya sang kapten dengan sisa nyawa yang ada.Dari balik topengnya, Yuan berkata, “aku adalah sang penebus dosa. Begitu bertemu dengan Tuhan di akhirat, katakan padanya aku sedang berusaha menjalankan tugas darinya.”“Ugh!”Pisau ditarik dengan gerakan tajam dari tubuh kapten, diikuti dengan jatuhnya beberapa prajurit yang tersisa dihabisi oleh anggota tim Yuan yang lain. Dengan begini, Saniyala secara tidak langsung mengklaim kemenangannya. Dia berdiri sendirian di tengah mayat pasukan dari dua kerajaan, tampak seperti penguasa medan perang.Melihat bocah itu, Hongli dan yang lainnya merasakan aura mengerikan yang menyelimuti Yuan. Mulutnya tidak pernah berhenti tersenyum, seolah menikmati setiap kematian yang berserakan di bawah kakinya. Na

DMCA.com Protection Status