Dalam perumahan mewah Nirvana Hills yang berada di perbukitan asri tak jauh dari pusat Kota Chindo, Jessy perlahan mendekatkan tubuhnya yang basah ke punggung Rendy, kulitnya yang hangat beradu dengan dinginnya marmer kamar mandi. Aroma wewangian dari sabun mahal bercampur dengan aroma sensual yang semakin memanaskan udara. Jessy semakin berani, tangannya menggesek lembut tetapi tegas ke arah yang selama ini hanya berani diimpikan. Rendy, sang Naga Perang, berdiri diam, tetapi sentuhan Jessy mulai mengusik kendali batinnya. Meskipun ia adalah pria yang terbiasa memimpin dengan ketegasan, di hadapan Jessy, semua batasan mulai kabur."Bagaimana kalau kita sudahi mandi ini?" bisik Jessy, bibirnya hampir menyentuh telinga Rendy. Nafas hangat Jessy menyusuri tengkuknya, membuat denyut gairah dalam tubuh Rendy melonjak. Hatinya teraduk antara keinginan yang semakin besar dan keraguan yang samar.Rendy mengangguk tanpa kata, lalu dengan satu gerakan kuat, dia mengangkat tubuh Jessy ke peluka
Di bawah sinar matahari yang memantul dari bodi-bodi mobil super mewah yang berderet rapi di sirkuit, sebuah GT-R Black Edition memasuki pelataran parkir dengan gemuruh mesin yang menggetarkan. Klub Super Car, tempat paling eksklusif di Kota Chindo, terkenal tidak hanya karena koleksi mobil-mobil mahalnya, tapi juga karena seleksi ketat yang diberlakukan pada setiap calon anggota. Bahkan mereka yang memiliki kekayaan luar biasa tak bisa serta-merta bergabung tanpa rekomendasi dari anggota terdahulu.Saat Jessy keluar dari Aston Valkyrie-nya, mata para anggota langsung tertuju padanya. Mobil yang langka dan berkelas, dipadukan dengan kehadiran Jessy yang dikenal sebagai primadona di kalangan klub, membuatnya menjadi pusat perhatian.Adrian Zhou, pemimpin muda Klub Super Car, menghampiri dengan senyum penuh percaya diri. “Nona Jessy... apa angin hari ini yang membawamu ke sini?” tanyanya dengan nada akrab namun penuh wibawa. Adrian, pengusaha yang telah mengangkat perusahaannya menjadi
Adrian dengan penuh percaya diri memasuki arena sirkuit, duduk di balik kemudi F 812 Superfast-nya, mobil dengan logo kuda hitam Italia yang menjadi kebanggaannya. Mesin meraung kencang, mengeluarkan suara yang menandakan kekuatannya yang tak main-main. Dengan kecepatan maksimum mencapai 454 km/jam, Adrian yakin tidak ada mobil yang mampu menandingi “Si Merah” miliknya. Dia memandang Rendy dengan tatapan meremehkan saat pria itu mengendarai G-TR Black Edition miliknya menuju garis start."Menyerah saja! Kamu tidak akan mampu mengejarku dengan mobil itu!" ejek Adrian dengan suara keras, berusaha menunjukkan dominasinya.Jessy, yang berada di sisi lintasan, hanya menggeleng dan tersenyum sinis. "Jangan terlalu sombong, Adrian. Dylan sangat mahir mengemudi Super Car. Kamu akan terkejut melihatnya nanti," ucap Jessy, matanya berkilat penuh keyakinan pada Rendy.Adrian tertawa terbahak-bahak, melirik Jessy seolah ingin mengesankan gadis itu dengan kepercayaan dirinya. "Tidak ada yang bisa
Deru mesin G-TR Black Edition yang hitam mengilap baru saja berhenti, dan Naga Perang keluar dari kokpit mobilnya dengan anggun.. Jessy, yang berdiri di dekat garis finis, menyambutnya dengan senyum penuh kekaguman, suaranya terdengar ringan namun penuh hormat. “Ketua, tadi di lintasan... luar biasa!” ucapnya, masih terpukau oleh kecepatan dan ketepatan gerakan Naga Perang di atas aspal sirkuit. Rendy menoleh dengan senyum yang sekilas, tangannya masih mengendalikan kemudi saat mobilnya melaju pelan berdampingan dengan Aston Valkyrie milik Jessy. "Kamu nggak coba balapan juga? Seru loh!" tanyanya santai, nada suaranya menantang dengan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan. Jessy mendengus ringan, matanya melirik sekilas ke arah lintasan yang mulai sepi. "Tadinya aku mau adu cepat sama Ketua... tapi tak disangka Adrian sombong banget, menantangmu kayak begitu. Bahkan nggak kasih selamat sama sekali. Tak tahu aturan!" Suaranya tertahan, tapi jelas terasa amarah yang terselubung di
Sekitar Arena Sirkuit Kota Chindo terasa bergetar oleh ketegangan yang tak terucap. Mata Jessy berkilat dengan amarah yang sulit dikendalikan, suaranya menggema seperti petir. "Aku yang akan meladenimu, perempuan brengsek!" teriaknya, penuh dendam yang sudah lama ia pendam. Selina, di sisi lain, hanya tertawa mengejek. Senyum miring menghiasi bibirnya yang merah, semakin memanaskan suasana."Begini sikap seorang CEO? Seharusnya kamu sudah diganti sejak dulu oleh Naga Perang!" ucap Selina sambil menatap Jessy dengan tatapan penuh penghinaan, seolah setiap kata adalah pisau yang diarahkan padanya.Amarah Jessy semakin mendidih, tetapi Naga Perang telah melarangnya untuk terlibat. Namun, bagaimana mungkin dia bisa diam saja menghadapi Selina, wanita eksotik yang begitu angkuh? Wanita ini, dengan segala pesonanya, seolah sengaja ingin menginjak harga dirinya. Jessy menggertakkan giginya, kemarahan menguasai nalarnya.Rendy, dengan tatapan yang begitu tajam dan dingin, mengeluarkan kata-ka
Selina menekan pedal gas dalam-dalam, memaksimalkan kecepatan Aventador SVJ-nya yang mengaum keras di lintasan lurus. Tikungan tajam berikutnya ia hadapi dengan ketenangan yang berbahaya. Mobilnya hampir menempel di dinding sirkuit, menambah dramatis setiap manuvernya. Dalam benaknya, kemenangan sudah hampir dalam genggaman. Namun, ia tak boleh meremehkan Jessy.Jessy, dengan kontrol yang luar biasa, tetap menjaga jarak. Bukan karena ia tertinggal, tetapi karena ia tahu kapan saat yang tepat untuk menyerang. Setiap langkah Selina dia analisis dengan hati-hati, mencari celah yang bisa dieksploitasi. Aston Valkyrie-nya meluncur dengan anggun, namun penuh kekuatan. Dalam setiap tikungan, Jessy menunjukkan presisi yang membuat para penonton terpukau.Wajah Jessy tampak santai, tanpa ketegangaan yang biasa menghinggapi pembalap di lintasan yang super cepat ini.Selina menggertakkan giginya. "Jessy memang kuat," pikirnya, namun ia tak mau kalah. "Aku harus memenangkan ini. Naga Perang harus
Selina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari rasa marah dan frustrasi. Mata eksotisnya bersinar penuh kebencian, tapi juga ada rasa sakit yang jelas terlihat di sana. Ia menatap Jessy, dan mulai berbicara dengan nada yang pelan tapi penuh emosi."Beberapa tahun lalu, aku adalah seseorang yang berbeda. Aku datang dari keluarga yang cukup terpandang, menjalani kehidupan yang tenang di luar negeri di Negeri Cakrawala. Namun, aku memutuskan untuk kembali ke Khatulistiwa untuk memulai sesuatu yang baru—membangun masa depan di dunia bisnis. Saat itulah aku pertama kali mendengar nama Naga Perang."Selina berhenti sejenak, memutar kembali kenangan yang membawanya pada titik ini. Jessy, meskipun sudah bersiap untuk mendengar jawaban, tetap terjaga dengan tatapan penuh perhatian, tak ingin melewatkan satu detail pun."Dia adalah legenda," lanjut Selina. "Di dunia bisnis, Naga Perang adalah sosok yang dikagumi banyak orang, termasuk aku. Aku ingin menjadi seperti dia—kuat,
Jessy melangkah dengan anggun dan penuh keyakinan menuju Hotel Sirkuit, tempat di mana Naga Perang beristirahat. Lokasinya berdekatan dengan sirkuit balapan yang gemerlap, dipenuhi para elit kota dengan supercar mereka yang berkilau di bawah sinar lampu neon. Kehangatan malam itu menggema dengan suara mesin dan tawa orang-orang kaya, namun Jessy terfokus pada satu misi: mengatur pertemuan antara Naga Perang dan Selina.Namun, begitu ia membuka pintu kamar hotel yang megah, semua keyakinan di dadanya runtuh. Rendy, yang selama ini selalu bekerja selaras dengannya, tiba-tiba menolak keras usul Jessy untuk bertemu dengan Selina. Matanya menyala dengan kemarahan yang terpendam. “Sudah kubilang, aku tidak kenal dengan gadis bernama Selina itu,” katanya, suaranya serak namun tegas, penuh kekuasaan yang selama ini menggetarkan lawan dan kawan. “Apa kau berani mengatur pertemuanku tanpa izinku? Apa kau lupa siapa aku?” Rendy, si Naga Perang, mengarahkan tatapan dinginnya padanya, membuat Jess
Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Rendy melesat ke depan seperti kilatan petir yang menyambar langit. Pedang Penakluk Iblis di tangannya bergetar, memancarkan cahaya merah menyala yang menebarkan hawa kematian di sekelilingnya. Dalam satu tebasan, gelombang energi memancar deras, menggetarkan udara dan menciptakan pusaran angin yang menghantam para praktisi keluarga Zhao dengan kekuatan dahsyat."Kalian yang mencari kematian kalian sendiri! Aku telah memberi kalian kesempatan untuk hidup! Kini, kesempatan itu telah hilang!" teriak Rendy yang bergerak dengan sangat cepat sehingga tidak kelihatan oleh mata biasa.Wuuusssh!Clash!Jeritan kesakitan menggema saat beberapa dari mereka terpental ke belakang, menghantam dinding dengan keras hingga retakan besar terbentuk di sekitarnya. Sementara itu, yang lain bahkan tak sempat menghindar—hanya ada kilatan merah yang membelah tubuh mereka, meninggalkan sisa-sisa tubuh yang jatuh dengan suara berdebum ke tanah."Apa ini? Dasar iblis! Ti
Malam itu, kediaman Keluarga Besar Zhao dipenuhi ketegangan yang merayap di setiap sudut benteng megah mereka. Cahaya lentera berkelap-kelip, memantulkan bayangan tajam dari para kultivator dan praktisi bela diri yang berjaga. Mata mereka tajam, napas tertahan, tangan menggenggam erat senjata seolah bersiap menghadapi bahaya yang sewaktu-waktu bisa menerjang.Di tengah ruang utama yang dipenuhi aroma dupa, seorang pria tua duduk di singgasananya dengan tenang. Rambut dan janggut putihnya tergerai panjang, namun tubuhnya yang bercahaya menunjukkan bahwa usia bukanlah batasan bagi kekuatannya. Zhao Tiangxin, pemimpin Keluarga Besar Zhao, menatap tajam ke arah seorang pengintai yang baru saja kembali dari misi penyelidikan."Siapa yang cukup kejam menghancurkan Keluarga Besar Xie?" Suaranya berat, penuh wibawa, bergema di seluruh ruangan.Kultivator pengintai itu menelan ludah sebelum menjawab, tubuhnya sedikit gemetar. "Lapor, Tuan Besar! Pembunuh Patriark Xie adalah seorang pemuda yang
Rendy Wang berdiri tegap, tubuhnya dikelilingi aura merah dan emas yang berkobar liar, seolah mencerminkan amarah yang membakar dalam dirinya. Luka di bahunya menghangat, darah menetes perlahan, tetapi tatapannya tetap dingin, penuh determinasi.Xie Wu Jie, terhuyung di atas tanah yang retak, mencengkeram dadanya yang kini tercabik oleh tebasan Pedang Penakluk Iblis. Napasnya berat, tetapi di balik wajahnya yang penuh luka, senyum tipis terukir. "Kau pikir ini sudah berakhir?" suaranya parau, tapi penuh kepastian.Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar hebat. Gelombang energi hitam membuncah dari tubuh Xie Wu Jie, menyelimuti langit malam yang semakin kelam. Bayangan-bayangan pekat menjulur dari tanah, berputar-putar seperti tentakel yang mencari mangsa."Roh Pembalasan... Bangkitlah!"Teriakan Xie Wu Jie menggema, dan dari balik bayangan, sesosok entitas raksasa mulai terbentuk. Wujudnya menyerupai iblis bertaring dengan mata merah menyala dan tanduk berliku. Udara menjadi semak
Langit malam membentang kelam, hanya dihiasi bulan pucat yang menggantung dingin di antara gumpalan awan gelap. Udara terasa berat, dipenuhi ketegangan yang nyaris tak tertahankan. Energi bertabrakan di udara, menggetarkan tanah dan membuat dedaunan berdesir liar seakan gemetar ketakutan. Aroma besi yang samar tercium, bercampur dengan hawa panas dari pertarungan yang akan segera meletus.Rendy Wang berdiri dengan kedua kakinya tertanam kokoh di tanah yang mulai retak akibat tekanan kekuatan mereka. Kedua tangannya menggenggam senjata masing-masing—Pedang Kabut Darah yang memancarkan aura merah pekat di tangan kiri, dan Pedang Penakluk Iblis yang berpendar keemasan di tangan kanan. Matanya menyala tajam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Xie Wu Jie melangkah maju, auranya semakin pekat, seperti kabut hitam yang siap melahap segala yang mendekat. Ia memegang tombak hitam dengan ukiran naga yang melilit sepanjang gagangnya, sementara tangan satunya menggenggam tong
Angin malam berembus liar, menggugurkan dedaunan kering yang beterbangan di antara dua sosok yang berdiri berhadapan. Mata Rendy Wang menyala tajam, kilatan emas berpendar di irisnya, sementara Xie Wu Jie berdiri tegap dengan senyum meremehkan. Tidak tampak rasa takut sedikit pun terhadap Naga Perang padahal Rendy telah berhasil menghancurkan segel kunonya yaitu Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit yang membuat kediaman Keluarga Xie terbuka untuk umum.Tanpa aba-aba, Rendy mengayunkan Pedang Penakluk Iblisnya. Kilatan keemasan membelah udara, meledak ke arah lawannya seperti ombak yang mengamuk. Gelombang energi yang ia lepaskan begitu kuat hingga tanah di bawahnya retak, menciptakan pola pecahan yang berpusat di kakinya.Namun, Xie Wu Jie tetap bergeming. Dengan satu tangan, ia membentuk segel aneh di udara, menciptakan perisai energi transparan yang menyerap serangan itu seakan tidak berarti."Hah!" Xie Wu Jie terkekeh meremehkan. "Pedangmu memang legendaris, tapi kekuatanmu masih belum
Langkah Rendy menggema di sepanjang jalan berbatu menuju kediaman Keluarga Xie. Setiap derap kakinya terasa berat, namun tak ada keraguan dalam sorot matanya. Cahaya bulan menggantung pucat di langit, memantulkan bayangan tubuhnya yang berlumuran darah—bukan darahnya, melainkan darah para lawan yang telah ia tumbangkan. Aroma anyir masih melekat di bajunya yang terkoyak, namun itu tak menghambat langkahnya.Udara malam dipenuhi kesunyian yang menyesakkan, seolah alam pun menahan napas, menyaksikan kehadiran seorang lelaki yang datang membawa badai. Di halaman luas kediaman Xie, bayangan manusia mulai bergerak. Satu per satu, para praktisi bela diri Keluarga Xie bermunculan dari kegelapan, mengenakan jubah hitam bersulam lambang keluarga mereka. Mata mereka, penuh dengan kilatan kebencian yang telah mengendap bertahun-tahun, menatapnya tanpa sedikit pun rasa gentar.Seorang lelaki bertubuh tegap melangkah ke depan, wajahnya dipenuhi bekas luka yang menandakan pengalaman tempurnya. Suar
Langit malam tampak seperti sobekan tinta hitam yang dilumuri cahaya merah menyala. Pusaran energi iblis berputar di atas kepala Rendy, menciptakan tekanan dahsyat yang membuat tanah di sekitarnya retak dan bergetar. Dari dalam pusaran itu, tujuh sosok berjubah gelap turun perlahan, tubuh mereka diselimuti kabut pekat yang berdenyut dengan kekuatan jahat.Mata mereka bersinar merah seperti bara neraka, menatap Rendy dengan pandangan yang penuh kebencian. Setiap langkah mereka meninggalkan bekas hitam di tanah, seolah bumi sendiri menolak keberadaan mereka. Angin berdesir, membawa aroma darah dan kematian."Kami adalah Penjaga Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit," suara salah satu dari mereka bergema, seakan berasal dari kedalaman jurang tak berdasar. "Jika kau ingin menghancurkan formasi ini, kau harus melewati kami lebih dulu."Rendy menggenggam pedangnya erat, merasakan energi spiritualnya berputar liar di dalam meridian. Jubahnya berkibar diterpa badai energi yang berkecamuk. Dari keja
Guardian mengangkat wajahnya, menatap langit yang kini berdenyut dengan energi gelap. Cahaya ungu berputar-putar di atas mereka, membentuk lingkaran raksasa dengan simbol-simbol kuno yang berpendar di setiap sisinya. Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit mulai aktif sepenuhnya.Rendy mengeratkan genggamannya pada pedang, tubuhnya masih dipenuhi luka dari bentrokan sebelumnya. Namun, semangatnya tidak redup sedikit pun. Sebaliknya, auranya semakin menggelegar, menyelimuti sekelilingnya dengan tekanan luar biasa. Ia menatap Guardian dengan penuh keteguhan."Jika aku tidak menghancurkan formasi ini sekarang, kehancuran akan menelan dunia ini," gumamnya.Guardian berdiri perlahan, tubuhnya gemetar karena luka yang ia derita. Namun, tatapan matanya masih menyala dengan tekad. "Kau memang luar biasa, Rendy. Tapi aku belum mengeluarkan seluruh kekuatanku."Sekelebat, Guardian mengangkat kedua tangannya ke atas. Energi hitam berputar di sekelilingnya, membentuk pusaran yang semakin membesar. Dari p
Kilatan energi saling beradu di udara, menciptakan letupan-letupan yang mengguncang bumi. Rendy merasakan tekanan yang luar biasa dari serangan Guardian, namun ia tidak mundur. Mata tajamnya terus mengunci pergerakan lawan, mencari celah di balik serbuan yang brutal.Guardian mengangkat tangannya, membentuk lingkaran dengan aura kegelapan yang berputar cepat di telapak tangannya. Dari pusat pusaran itu, sebuah tombak raksasa tercipta, dipenuhi energi hitam yang menyala liar. Dengan satu gerakan, ia melesatkan tombak itu ke arah Rendy.Rendy melompat ke belakang, namun kecepatan tombak itu jauh di luar dugaannya. Ia memutar tubuh di udara, mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan. Saat bilah pedang bertemu dengan tombak hitam, ledakan besar terjadi. Energi liar menghambur ke segala arah, meretakkan tanah dan menghancurkan batu-batu besar di sekitar mereka.Dari balik ledakan, Guardian telah kembali menyerang. Ia menembus kepulan asap dengan kecepatan mengerikan, menciptakan bayan