Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 381. Kekuatan Sejati Pedang

Share

381. Kekuatan Sejati Pedang

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 21:32:59

Ledakan energi besar yang terjadi di tengah bentrokan dua pedang legendaris, Pedang Kabut Darah dan Pedang Surgawi, memekakkan telinga dan menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan pepohonan, batu-batu besar, dan tanah di sekitarnya. Suara gemuruh ledakan itu menggema jauh ke lembah, membuat burung-burung beterbangan dan binatang-binatang liar melarikan diri dalam ketakutan.

Rendy terhempas ke tanah, tubuhnya membentur keras tapi ia segera berdiri, darah mengalir dari pelipis dan luka-luka di tubuhnya. Namun, matanya yang bersinar merah tetap menunjukkan tekad baja.

“Aku tidak akan kalah!” serunya, menggenggam Pedang Kabut Darah dengan kedua tangannya. Aura merah pekat menyelimutinya lagi, kali ini membentuk bayangan naga merah yang melingkar di tubuhnya, bersiap melancarkan serangan balasan.

Di sisi lain, Xian Wu berdiri di atas batu besar yang melayang di udara, tampak tak tergoyahkan meskipun ia pun mengeluarkan banyak tenaga untuk menyerang. Pedang Surgawinya kembali terbentu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   382. Grandmaster Sekte Pedang Dewa

    Raungan naga merah yang melesat dari Pedang Kabut Darah mengguncang langit, membuat awan kelabu di atas medan pertarungan terbelah. Suara gemuruh naga seolah menggetarkan tulang setiap orang yang mendengarnya. Bayangan besar naga merah itu mengincar Xian Wu dan Moira dengan kecepatan luar biasa, membawa gelombang energi destruktif yang menghancurkan tanah di bawahnya.Xian Wu mengerutkan kening, tubuhnya melayang ke udara. Dengan cepat ia menciptakan formasi rune talisman berupa energi berbentuk lingkaran raksasa, memancarkan cahaya biru menyilaukan. “Pedang Surgawi, formasi perisai suci!” serunya. Cahaya biru berkumpul menjadi dinding energi yang tampak tak tergoyahkan.Moira tidak tinggal diam. Dengan satu lompatan ke belakang, ia mengangkat kedua tangannya, mengaktifkan pedang emasnya. “Formasi Seribu Cahaya!” teriaknya, memanggil ribuan bilah pedang kecil yang berkilauan, membentuk pola spiral di sekelilingnya. Energi dari formasi itu memusat, mengarah ke naga merah yang meluncur

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   383. Rendy vs Jian Cheng

    Jian Cheng berhenti beberapa langkah dari medan yang hancur, mengangkat satu tangan. Hembusan angin yang sebelumnya hanya mengacak-acak rambut Rendy kini berubah menjadi pusaran angin tajam yang melingkupi tubuh Jian Cheng. Aura pria tua itu terasa seperti gunung yang menekan dada siapa pun yang berada di dekatnya.“Rendy Wang,” ujar Jian Cheng dengan suara rendah, namun setiap kata yang ia ucapkan bergema, “kau telah menggunakan Jade Dragon untuk membuka kekuatan Lembah Roh Kultivator. Kau telah melanggar keseimbangan dunia ini. Sebagai penjaga tatanan, aku tak punya pilihan lain selain menghentikanmu.”Rendy meneguk ludah, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. “Keseimbangan? Yang kalian pedulikan hanya kekuasaan dan kepemilikan! Aku tidak akan menyerahkan Jade Dragon atau kekuatan ini pada orang sepertimu!”Tanpa peringatan, Jian Cheng menjentikkan jarinya. "WUUSSH!" Angin tajam melesat seperti pisau, memotong bebatuan di sekitar Rendy menjadi serpihan kecil. Rendy sempat meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   384. Bantuan Shin Kang

    Rendy berdiri terhuyung-huyung, tangan kanannya yang memegang Pedang Kabut Darah terasa berat, seolah kekuatan Jian Cheng telah menyedot energinya. Wajahnya dipenuhi luka-luka kecil akibat ledakan sebelumnya, namun matanya masih memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. Di sekelilingnya, aura merah dari Pedang Kabut Darah bergetar liar, seperti hembusan nafas naga yang tertahan.“Bocah, kau takkan bisa mengalahkannya sendirian!” Suara berat dan penuh ejekan dari dalam pedang itu menggema di pikiran Rendy. Itu suara Shin Kang, kultivator legendaris yang selama ini tertahan dalam Pedang Kabut Darah.“Kau tahu aku benar. Biarkan aku mengambil alih. Aku akan menunjukkan padanya apa arti kekuatan sejati!”Rendy menggertakkan giginya, dadanya naik turun. “Aku tak butuh bantuanmu, Shin Kang!” teriaknya dalam hati, namun ia tahu kekuatannya mulai memudar. Jian Cheng, dengan aura hitam yang semakin pekat, perlahan berjalan mendekat. Setiap langkahnya membuat tanah retak, tekanan spiritual yang i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   385. Pertarungan Brutal

    Shin Kang, yang kini menguasai tubuh Rendy, melangkah maju dengan aura keangkuhan yang membakar sekelilingnya. Mata merah menyala itu menatap Jian Cheng seperti seorang predator yang sudah memastikan mangsanya tak punya jalan keluar. Aura Pedang Kabut Darah merajalela, membelah udara dengan panas yang membuat tanah di bawahnya retak.“Kau terlihat cemas, Jian Cheng,” kata Shin Kang dengan suara dalam yang menggema. “Bukankah kau ingin merasakan kekuatan Pedang Kabut Darah yang sebenarnya? Sekarang kau mendapatkannya.”Jian Cheng tidak menjawab. Ia menarik napas panjang, menenangkan pikirannya. Pedang peraknya memancarkan aura dingin yang berlawanan dengan aura panas Shin Kang, menciptakan benturan energi yang membuat medan pertempuran terasa seperti badai kecil.“Kekuatan besar seperti itu selalu datang dengan harga yang harus dibayar,” kata Jian Cheng akhirnya. “Dan kau, Shin Kang, adalah harga yang terlalu mahal untuk dibayar dunia.”Shin Kang tertawa keras. “Cukup bicara, kultivato

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Kebangkitan Naga Perang   386. Kemenangan Mutlak

    Debu dan puing-puing bergolak di udara sebelum perlahan-lahan mereda, memperlihatkan sosok yang berdiri tegak di tengah medan pertempuran. Itu adalah Rendy. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Matanya yang sebelumnya menyala merah di bawah kendali Shin Kang kini telah kembali ke warna aslinya, tetapi kilauan yang terpancar darinya lebih tajam, lebih menakutkan. Aura yang menyelimutinya bukan hanya mengintimidasi, tetapi juga membawa kesan ketenangan yang berbahaya—seakan dua jiwa dalam dirinya telah mencapai kesepakatan yang mengerikan.Di tanah, Jian Cheng tersungkur dengan pedang peraknya yang patah menjadi dua. Napasnya tersengal, matanya dipenuhi kewaspadaan saat menatap Rendy, seolah melihat sosok yang berbeda dari sebelumnya. Jari-jarinya gemetar ketika mencoba menyangga tubuhnya agar tetap tegak.Dari balik pepohonan yang jauh, suara langkah kaki cepat bergema. Tak lama, sekumpulan pria berseragam putih dengan emblem pedang di dada mereka muncul. Mereka adalah anggota Sekte Pedang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Kebangkitan Naga Perang   387. Menemui Jessy Liu

    Rendy berdiri di tengah reruntuhan, tatapannya menyapu medan yang porak-poranda akibat pertarungan sengit melawan Sekte Pedang Dewa. Udara masih dipenuhi aroma besi dari darah yang tertumpah, dan tanah di sekelilingnya penuh dengan retakan serta serpihan batu yang berserakan. Ia menghela napas panjang, menyadari bahwa tempat ini bukan lagi wilayah yang bisa ia tinggali. Paradise Hill terasa semakin jauh, seakan dunia yang dulu ia kenal semakin memudar di balik kabut realitas yang berubah.Ia mengepalkan tangan, menyadari satu hal—agar bisa keluar dari dunia aneh ini, ia harus menuntaskan misinya. Zhang Wei masih hidup, dan selama pria itu bernapas, jalan keluar akan tetap tertutup baginya. Tidak ada pilihan lain, ia harus menghabisinya.Namun, di sela pikirannya yang dipenuhi rencana perburuan, sebuah ingatan melintas dalam benaknya. Jessy Liu. Wanita itu pernah menatapnya dengan penuh keterkejutan di Z-Mart, seolah mengenalinya dari kehidupan lain. Bahkan, ia melindungi Rendy dari hi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Kebangkitan Naga Perang   388. Kegelapan Negeri Langit

    Langit di Negeri Langit tampak seolah-olah dilukis oleh tangan dewa. Awan-awan putih lembut melayang di bawah cakrawala emas, memantulkan cahaya matahari yang berpendar-pendar seperti kristal. Pohon-pohon surgawi yang menjulang tinggi, dengan daun-daun bercahaya biru dan perak, berdesir perlahan di tengah angin Qi yang mengalir tanpa henti. Energi Qi di Negeri Langit tidak seperti di dunia fana—ia tampak hidup, memancar dalam bentuk aliran warna-warni yang bisa dilihat dan dirasakan oleh siapa pun yang berdiri di sana.Setiap nafas yang diambil di Negeri Langit seperti menyerap kekuatan alam semesta. Udara terasa segar, namun penuh dengan kekuatan yang hampir menekan. Kultivator yang cukup beruntung berada di tempat ini dapat merasakan tubuh mereka dipenuhi energi, seolah-olah setiap pori-pori mereka membuka untuk menyerap Qi yang melimpah.Di tengah keindahan Negeri Langit, sebuah tempat berdiri kontras dengan kemegahan sekitarnya—Kuburan Pedang Spiritual. Sebuah wilayah terlarang ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Kebangkitan Naga Perang    389. Perebutan Jade Dragon

    Di puncak altar hitam Kuburan Pedang Spiritual, Zhang Wei berdiri dengan tatapan penuh ambisi. Aura hitam di sekelilingnya semakin pekat, membentuk siluet-siluet pedang yang melayang dan berputar cepat seperti topan. Setiap hembusan angin dari pusaran itu membawa rasa dingin menusuk, seolah-olah mengisyaratkan kehancuran yang akan segera datang.“Rendy Wang,” gumam Zhang Wei dengan senyuman tipis. “Kau bisa menyembunyikan dirimu, tetapi aku akan menemukannya. Dan saat itu terjadi, kau tidak akan punya jalan keluar.”Tiba-tiba, dari kejauhan, seorang utusan dari Sekte Pedang Dewa berlutut di hadapan Zhang Wei. “Tuan Zhang Wei, kami telah menemukan jejak Rendy Wang di Negeri Fana. Ia terlihat terakhir kali di Paradise Hill.”Zhang Wei menyeringai lebar. “Bagus. Kirim para kultivator elit kita untuk mengepungnya. Aku ingin dia terkepung tanpa celah.”Utusan itu mengangguk, lalu menghilang dalam sekejap, membawa pesan kehancuran bagi Rendy Wang.Di Paradise Hill, Rendy berdiri di depan te

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   453. Formasi Kutub Es Keempat

    Rendy melangkah mantap ke dalam wilayah beku Formasi Kutub Es Keempat. Saat ia melintasi ambang batas, udara pun berubah drastis. Dulu, dingin hanya terasa menusuk kulit; kini, suhu menggigit hingga menembus tulang, seolah setiap partikel udara menghantam sumsumnya. Setiap butir salju yang jatuh bukan lagi sekadar kelembutan yang menenangkan, melainkan pecahan es tajam yang berkilauan di bawah cahaya redup, menari liar seolah menantang keberaniannya.Langkah demi langkah, Rendy mendengar deru gemuruh yang semakin mendekat. Matanya menyapu cakrawala, dan di balik tirai kabut es, dinding-dinding beku mulai bergerak perlahan, seolah hidup dan ingin menuntut nyawanya. “Ini bukan lagi pertarungan biasa,” gumamnya dalam hati, “ini adalah medan perang yang bernyawa.”Tak lama kemudian, tanah di depannya bergejolak. Pilar-pilar es mencuat tiba-tiba, menyerang dengan kejam dan hampir meremukkan kakinya. "Bangsat!” teriak Rendy sambil melompat ke samping. Namun, tak hanya itu yang menunggunya—

  • Kebangkitan Naga Perang   452. Menaklukan Formasi Kutub Es Ketiga

    Angin berputar makin kencang, menciptakan pusaran es yang berputar liar di sekeliling mereka. Rendy tetap berdiri tegap, matanya tajam menatap sosok terakhir yang kini berdiri di hadapannya. Pria tanpa senjata itu mengangkat tangannya, dan dengan satu gerakan halus, formasi es di sekitarnya mulai bergerak, membentuk tombak-tombak runcing yang melayang di udara, siap menghujam ke arah Rendy kapan saja."Kau memang berbeda dari yang lain," ucapnya, nada suaranya masih setenang sebelumnya. "Tapi apakah bara kecil itu cukup untuk menghadapi kehampaan ini?"Rendy tidak menjawab. Ia hanya menarik napas dalam, merasakan aliran panas yang mengalir dalam tubuhnya. Tidak ada lagi nyala api yang membakar, tidak ada semburan liar yang menghanguskan. Yang ada hanyalah kehangatan yang menyatu dengan dirinya, mengalir dalam setiap gerakan dan nafasnya.Dalam sekejap, tombak-tombak es itu meluncur ke arahnya dengan kecepatan yang mengerikan. Rendy melompat ke samping, tubuhnya berputar di udara, meng

  • Kebangkitan Naga Perang   451. Pertarungan Strategi

    Alih-alih melepaskan semburan api besar seperti yang biasa ia lakukan, Rendy memejamkan mata. Napasnya tertarik dalam-dalam, dada naik dan turun seirama dengan denyut nadi yang semakin membara. Di dalam pikirannya, nyala api bukan lagi letusan liar yang menghanguskan segalanya, melainkan bara yang mengendap tenang, meresap ke dalam otot-ototnya, menjalar ke tulang dan mengisi setiap pori-pori kulitnya dengan panas yang tak tertahankan. Saat kelopak matanya terbuka kembali, pandangannya jernih dan tajam. Udara di sekelilingnya bergetar, tidak lagi karena kobaran api, tetapi karena gelombang panas yang keluar dari tubuhnya sendiri. Tanah di bawah kakinya menghangat, udara di sekitarnya beriak seperti fatamorgana di atas gurun pasir. Rendy merasakan sesuatu yang berbeda—sebuah kekuatan yang lebih terkendali, lebih dalam, dan lebih dahsyat dari sebelumnya. Tanpa ragu, ia menerjang ke depan. Gerakannya nyaris tak terlihat, seperti bayangan yang melesat dalam sekejap. Kecepatan itu bukan

  • Kebangkitan Naga Perang   450. Formasi Kutub Es Ketiga

    Rendy melangkah mantap ke dalam pusaran badai es yang berputar liar di belakangnya. Setiap pijakan kakinya menghasilkan bunyi berderak, merambat ke seluruh permukaan es yang retak seperti suara tulang yang patah. Angin dingin menampar wajahnya dengan kasar, membekukan tiap tarikan napas yang keluar dari bibirnya. Butiran salju yang tajam seperti pecahan kaca menari di udara, menyayat kulitnya hingga perih. Namun, di balik semua itu, tekadnya tetap membara.Di hadapannya, Formasi Kutub Es Ketiga berdiri menjulang, dinding-dindingnya yang runcing seolah hendak menusuk langit kelam. Bayangannya yang megah dan menyeramkan menebarkan aura dingin yang membuat dada Rendy terasa sesak. Setiap langkah yang ia ambil semakin menegaskan keberadaannya di tempat terlarang ini. Suara samar bergema di udara, entah dari mana asalnya, seolah ada sesuatu yang mengamati setiap gerak-geriknya dengan mata tak terlihat.Saat ujung kakinya melewati batas wilayah beku itu, tanah di bawahnya mendadak memancark

  • Kebangkitan Naga Perang   449. Formasi Kutub Es Kedua

    Rendy menarik napas dalam-dalam, udara dingin menusuk paru-parunya, sementara matanya yang tajam menyapu badai salju yang mengamuk di sekelilingnya. Setiap butir salju yang beterbangan seakan menceritakan ancaman, namun tekadnya tak tergoyahkan. Setelah berhasil menaklukkan prajurit es pertama yang menyerang dengan keberanian setara badai itu, ia melangkah ke dalam kegelapan beku Formasi Kutub Es Tujuh Langkah. Angin mengaum lebih liar, menyembunyikan jebakan mematikan di balik tirai putih yang terus berputar.Saat langkah pertamanya menuju formasi kedua, tanah di bawahnya tiba-tiba bergetar hebat, mengirimkan getaran menakutkan ke seluruh tubuhnya. Tanah itu runtuh, menciptakan celah besar seakan ingin menelannya hidup-hidup. Dengan refleks instan, Rendy melompat ke samping, namun matanya menangkap gerakan kilat ... dinding es raksasa melesat dari bawah dan atas, berusaha menjepitnya dalam pelukan maut."Sial!" teriak Rendy, suara yang tertiup angin seolah menyatu dengan rintihan bad

  • Kebangkitan Naga Perang   448. Prajurit Es

    Angin menderu tanpa ampun, menerjang wajah Rendy dengan suhu yang menusuk, seakan ribuan jarum es menyusup ke dalam kulitnya. Di sekelilingnya, salju menari liar, berputar-putar membentuk pusaran putih yang seakan ingin menelan segala sesuatu yang berada di lintasan badai. Di tengah kekacauan itu, dua sosok prajurit es meluncur bak bayangan, melangkah tanpa jejak di atas permukaan salju yang telah membeku kaku.Rendy, yang tengah berlari menyusuri medan yang terselimuti badai, tiba-tiba mengayunkan tubuhnya ke samping. Tepat di saat itulah, sebuah pedang es berkilauan meluncur mendekat, hampir saja menyapu bahunya dengan kecepatan yang mematikan. Udara di sekitar pedang itu bergetar, menampakkan efek membekukan yang menyeramkan pada setiap hal yang disentuhnya."Dekat sekali!" seru Rendy dengan nada terkejut, namun ia tak sempat mengeluh. Dalam satu gerakan refleks, ia memutar badannya dan melayangkan tendangan ke arah bayang-bayang prajurit itu. Namun, tendangannya hanya menyentuh ke

  • Kebangkitan Naga Perang   447. Formasi Kutub Es

    Di balik tirai salju tebal yang menutupi setiap sudut Pegunungan Es Abadi, dunia terlihat seperti lukisan sunyi yang menyimpan keindahan dan kematian sekaligus. Namun, Rendy, dengan tatapan waspada dan langkah yang terukur, tahu bahwa di balik pesona dingin itu tersimpan jebakan mematikan yang dirancang oleh Keluarga Besar Bai. Setiap langkah yang diambilnya terasa bagai melangkah di atas kristal pecah; dingin yang menusuk hingga ke dalam tulang, diiringi oleh ketidakpastian medan yang licin dan berbahaya. Angin kencang menyusup lewat celah-celah antara puncak gunung, mendesis seperti bisikan kematian. Butiran es kecil yang tersapu angin menghantam wajahnya, meninggalkan rasa perih yang membakar, sementara jubah hitamnya menari liar di tengah pusaran salju, kontras dengan hamparan putih yang tak berujung. Rendy menatap sekeliling dengan mata tajam, menyusuri setiap bayangan dan jejak samar yang tertutup salju. Tiba-tiba, ia berhenti. Di bawah langkahnya, ada sebuah bekas jejak yang

  • Kebangkitan Naga Perang   446. Keluarga Besar Terakhir

    Rendy melangkah mantap ke utara, angin dingin menerpa wajahnya, membawa serta butiran salju yang berkilauan di bawah cahaya rembulan. Hembusan napasnya mengepul, seiring dengan tekad yang semakin menguat di dalam dadanya. Ia harus menemui Keluarga Besar Bai secara langsung. Tiga kultivator Bai yang ia biarkan hidup telah menyampaikan pesannya, tetapi ia ragu pesan itu cukup kuat untuk menghentikan mereka."Aku harus memastikan mereka tidak menggangguku saat berhadapan dengan Zhang Wen," gumamnya, kedua matanya menatap lurus ke depan, penuh determinasi.Dalam perjalanannya, Rendy menyadari satu hal: ia telah melewatkan kesempatan menanyakan keberadaan ayahnya kepada Keluarga Xie dan Zhao. Pertarungan sengit dengan mereka telah menyita seluruh perhatiannya, dan kini, hanya Keluarga Besar Bai yang mungkin memiliki jawaban.Pegunungan Es Abadi membentang di hadapannya, rumah bagi Keluarga Besar Bai. Sebuah perkampungan luas tersembunyi di balik lapisan pertahanan berlapis, dengan formasi

  • Kebangkitan Naga Perang   445. Akhir Keluarga Besar Zhao

    Rendy Wang berdiri tegak di antara puing-puing kediaman keluarga Zhao. Angin malam berdesir, membawa aroma debu dan darah yang masih hangat. Kedua pedangnya—Pedang Kabut Darah dan Pedang Penakluk Iblis—berkilauan tajam di bawah cahaya bulan. Di hadapannya, Zhao Tiangxin menatap tajam, jubah patriarknya berkibar ditiup energi qi yang bergetar di sekelilingnya."Naga Perang!" suara Zhao Tiangxin bergema seperti guntur. "Aku akan menunjukkan padamu mengapa aku disebut sebagai Patriark Zhao!"Tangannya terangkat tinggi, telapak tangannya bersinar emas. Dengan satu gerakan sigil tangan, ia menarik energi langit dan bumi. "Formasi Penghancur Langit!"Awan di atas mereka bergolak, berputar membentuk pusaran yang menyedot kekuatan dari sekelilingnya. Udara bergetar, dan dalam sekejap, ratusan tombak qi berwarna emas terbentuk di langit, melayang dengan ujungnya mengarah lurus ke tubuh Rendy.Rendy mengangkat satu alis. "Begitu? Kau pikir formasi ini bisa menghentikanku?"Dengan satu hentakan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status