Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 333. Hadiah Dari Presiden

Share

333. Hadiah Dari Presiden

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-01-05 15:41:03

Setelah aura Giok Naga Merah mereda dan keadaan balai lelang kembali stabil, Rendy mendekati meja pembayaran yang terletak di sudut ruangan. Pegawai balai lelang, seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi dan ekspresi profesional, menyambutnya dengan senyuman formal.

Walaupun terjadi kehancuran yang cukup besar di Balai Lelang Lotus Biru, pihak penyelenggara tidak meminta ganti rugi atas kerusakan balai lelang karena sudah diasuransikan.

“Selamat atas kemenangan Anda dalam lelang, Tuan Rendy,” katanya sambil menyerahkan dokumen yang harus ditandatangani. “Apakah Anda ingin membayar menggunakan transfer bank atau metode lainnya?”

“Transfer bank,” jawab Rendy sambil menandatangani dokumen tersebut. Ia mengirimkan pembayaran untuk Giok Naga Merah dan Tungku Alkemis Kuno tanpa ragu. Setelah selesai, petugas itu mengangguk dan memberikan tanda terima.

“Barang Anda akan dibawa sendiri atau diantar?” tanyanya.

"Giok Naga Merah akan aku bawa sendiri. Untuk Tungku Alkemis Kuno, segera antar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   334. Serangan Malam

    Malam di Resort Matahari Senja berlanjut dengan tenang, atau setidaknya demikian tampaknya. Rendy tengah duduk di ruang tamu vila pribadinya, mempelajari aura yang terpancar dari Tungku Alkemis Kuno. Sementara itu, Giok Naga Merah disegel rapat dalam kotak pelindung yang diletakkan di sudut ruangan. Selina duduk di kursi dekat jendela, matanya tajam mengamati lingkungan sekitar meski terlihat santai. Cincin Dimensi dan Pedang Pembunuh Naga sudah disimpan Rendy di dalam Tas Ruang Hampa. “Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres,” ujar Selina tiba-tiba, menghentikan keheningan. Rendy mengangkat pandangannya. “Apa maksudmu?” “Sejak kita meninggalkan balai lelang, aku bisa merasakan energi aneh yang terus mengintai. Sepertinya seseorang tidak senang dengan kemenanganmu.” Sebelum Rendy sempat menjawab, aura kuat tiba-tiba menyelimuti seluruh vila. Angin kencang menerpa, menggetarkan kaca jendela. Selina segera berdiri, siaga, sementara Rendy memasang ekspresi dingin yang penuh kewaspad

    Last Updated : 2025-01-05
  • Kebangkitan Naga Perang   335. Menerobos Markas Serikat Mata Iblis

    Markas Serikat Mata Iblis, sebuah bangunan megah namun gelap di tengah distrik bawah tanah Kota Metropolis, berdiri seperti benteng misterius. Cahaya remang dari lentera-lentera merah menyinari pintu masuknya yang dijaga oleh beberapa kultivator bertampang garang. Namun, malam itu, penjagaan mereka terbukti tak berarti. Dengan satu dorongan tangan, Rendy menghancurkan pintu kayu besar yang menjadi penghalang utama. Suara gemuruh pintu yang hancur menarik perhatian seluruh penghuni markas. Para penjaga langsung mengepungnya, tapi Rendy hanya menatap mereka dengan tatapan tajam. “Aku di sini untuk Viktor,” ucapnya dingin. “Siapa pun yang menghalangi akan bernasib sama seperti pintu itu.” Para penjaga ragu sejenak, tapi pemimpin mereka menghunuskan pedangnya. “Bunuh dia!” Dengan cepat, pertarungan pecah. Rendy mengaktifkan kekuatan Pedang Pembunuh Naga, membuat para penjaga tidak berkutik. Angin tajam menyapu ruangan, menjatuhkan beberapa penjaga. Lantai bergetar di bawah pengaruh ke

    Last Updated : 2025-01-05
  • Kebangkitan Naga Perang   336. Duke Alastair

    Malam di Resort Matahari Senja terasa lebih tenang daripada hari sebelumnya, tetapi Rendy tahu ini hanya sementara. Setelah mendengar nama Duke Alastair dari Viktor, ia sadar bahwa ancaman yang sebenarnya telah mendekat.Di dalam Resort Matahari Senja Rendy duduk bersama Selina dan Lucinda, yang telah ia undang untuk membahas rencana mereka. Sebuah peta besar terhampar di meja di depan mereka, menunjukkan lokasi Khatulistiwa, wilayah kekuasaan Duke Alastair.“Duke Alastair bukan hanya seorang kultivator kuat,” kata Lucinda, menyentuh salah satu bagian peta. “Dia juga seorang politisi licik dengan banyak koneksi. Jika dia benar-benar mengincar Giok Naga Merah, kita harus berhati-hati. Ini bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga strategi.”“Dia sudah menunjukkan bahwa dia tidak segan-segan menggunakan cara kotor,” tambah Selina sambil melipat tangannya. “Menyerang Tuan Muda dengan kultivator bayaran adalah bukti nyatanya.”Rendy mengangguk, tatapannya tajam. “Aku tidak peduli dengan ke

    Last Updated : 2025-01-05
  • Kebangkitan Naga Perang   337. Forbidden Valley

    Di perbatasan antara Negara Cakrawala dan Negara Khatulistiwa, dua jalur utama menjadi saksi bisu perjalanan para pemberani. Kepulauan Tropis, dengan benteng laut yang tak tergoyahkan, menjadi jalur pertama. Namun, di sisi lain, ada lembah sempit yang hampir dilupakan waktu. Lembah Khatulistiwa itu menjulang dengan tebing-tebing setinggi langit, tanahnya tandus, jalurnya begitu sulit hingga pengawasan diabaikan, seolah medan itu sendiri menjadi penjaga.Namun malam itu, di bawah sorot bulan yang pucat bagai wajah hantu, Rendy, Selina, dan Lucinda menatap lembah tersebut dari atas tebing. Kabut tipis menyelimuti dasar lembah, menambah aura misterius.“Medannya memang berat,” gumam Lucinda, matanya tajam menelusuri rute di depan. “Tapi ini jalan terbaik untuk menyelinap tanpa terdeteksi.”Rendy mendesah, mengencangkan pegangan pada Pedang Elixir di pinggangnya. “Duke Alastair pasti tidak menyangka kita akan mengambil jalur ini. Jika kita cepat, kita bisa sampai ke markasnya sebelum dia

    Last Updated : 2025-01-06
  • Kebangkitan Naga Perang   338. Kultivasi Kegelapan

    Saat mereka melangkah memasuki hutan tropis Khatulistiwa, suasana berubah drastis. Udara terasa lembap dan hangat, dipenuhi aroma tanah basah dan dedaunan yang rimbun. Burung-burung eksotis berkicau di kejauhan, sementara cahaya matahari yang redup menyelinap melalui celah-celah kanopi hutan.“Wilayah ini indah, tapi juga penuh jebakan,” kata Lucinda sambil memperhatikan jejak-jejak samar di tanah. “Pasukan Alastair pasti tidak jauh dari sini.”Rendy mengangguk, tatapannya tajam. “Kita perlu tempat untuk menyusun strategi. Tidak ada ruang untuk kesalahan.”Mereka menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik semak belukar. Setelah memastikan bahwa tempat itu aman, mereka masuk dan mulai berdiskusi.“Duke Alastair memiliki kekuatan militer dan pasukan kultivator yang tidak bisa diremehkan,” Selina membuka pembicaraan. “Tapi dia juga licik. Jika dia tahu kita datang, dia pasti sudah mempersiapkan jebakan.”“Kita harus mengejutkannya,” tambah Lucinda. “Menurut mata-mata yang aku k

    Last Updated : 2025-01-06
  • Kebangkitan Naga Perang   339. Sekte Bayangan Jiwa

    Rendy meninggalkan Benteng Keabadian dengan langkah mantap. Selina dan Lucinda berjalan di sisinya, diam namun waspada. Alastair yang terluka parah tak akan mampu mengejarnya, tetapi kata-kata terakhirnya menggema dalam benak mereka.“Master Qian dari Sekte Bayangan Jiwa…” gumam Selina, wajahnya memancarkan kekhawatiran. “Nama itu sudah lama tidak terdengar, tapi reputasinya seperti bayangan yang terus menghantui.”Lucinda mengangguk. “Sekte Bayangan Jiwa dikenal karena keahlian mereka dalam seni kegelapan. Jika Master Qian benar-benar terlibat, maka ini jauh lebih berbahaya dari yang kita kira.”Rendy berhenti sejenak, memandang ke arah cakrawala yang mulai memerah. “Kita tidak punya pilihan selain menghadapi mereka. Giok Naga Merah ini terlalu berharga untuk jatuh ke tangan orang-orang seperti itu.”“Lalu apa rencanamu?” tanya Lucinda sambil menyilangkan tangan, ekspresinya serius.“Kita harus menemukan lebih banyak informasi tentang Sekte Bayangan Jiwa,” jawab Rendy. “Dan untuk itu

    Last Updated : 2025-01-06
  • Kebangkitan Naga Perang   340. Naga Merah Beraksi

    Perjalanan menuju Kepulauan Tropis membawa Rendy, Selina, dan Lucinda melewati lautan berwarna biru kehijauan dan pulau-pulau kecil yang tampak seperti surga tropis. Namun, keindahan ini hanya menjadi latar belakang bagi ketegangan yang terus membangun di antara mereka.Kepulauan Tropis terkenal dengan keindahannya, tetapi juga dengan rahasia gelap yang tersembunyi di dalam hutan lebat dan gua-gua terjal. Di salah satu pulau terpencil, mereka akhirnya menemukan jejak Sekte Bayangan Jiwa.Rendy sempat berpikir untuk minta bantuan Kristin tapi akhirnya diurungkan niatnya karena ia tahu Kristin di masa ini sebenarnya berada di pihak yang mana di masa ini.“Ini bukan markas biasa,” gumam Selina sambil memandang sebuah gua besar yang dihiasi dengan ukiran mistis. Aura gelap memancar dari dalam, membuat udara di sekitarnya terasa berat.“Master Qian sudah menunggumu,” kata Lucinda, menatap Rendy. “Dia pasti tahu kita akan datang.”Rendy mengangguk, menggenggam erat Pedang Elixirnya. “Semaki

    Last Updated : 2025-01-06
  • Kebangkitan Naga Perang   341. Rahasia Giok Naga Merah

    Di bawah langit senja yang menyala jingga, Rendy duduk di tepi infinity pool Resort Matahari Senja, menatap Giok Naga Merah di tangannya. Permata itu berkilauan dengan cahaya merah pekat yang tampak hidup, seolah ada sesuatu yang menatap balik dari dalam."Giok ini seperti makhluk hidup," gumam Rendy pada dirinya sendiri, menggenggamnya dengan hati-hati. Aura hangat dan penuh kekuatan mengalir melalui tubuhnya, membawa sensasi yang sulit dijelaskan—kekuatan, tetapi juga ancaman.Lucinda sudah kembali ke istananya, mengemban tugas sebagai Presiden Negara Cakrawala. Selina, seperti biasa, sibuk dengan bisnisnya yang berkembang pesat. Namun, Rendy tahu perjalanan ini adalah miliknya sendiri.Keputusan Rendy sudah bulat. Untuk memahami rahasia Giok Naga Merah, ia harus pergi ke Lembah Roh Kultivator, tempat yang dikatakan memiliki kekuatan spiritual yang tak tertandingi. Lembah ini berada jauh di pegunungan terpencil, sebuah tempat di mana energi Qi murni melimpah, tetapi juga penuh denga

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   515. Menghancurkan The Killer

    The Killer berdiri di tengah medan, darah hitam menetes dari lengannya, menodai tanah Negeri Malam yang retak. Untuk pertama kalinya dalam berabad-abad, ia merasakan tekanan—bukan dari satu musuh, tapi dari kekuatan bersatu.Jessy menggenggam erat pedang lebarnya yang bergetar karena energi spiritual. Napasnya berat, tapi matanya penuh keyakinan. Di sisi lain, Renata mengaktifkan mode serangan penuh dari Nova-Core, tubuhnya dilapisi armor spiritual tipis berkilau biru muda. Kupu-kupu logam di belakangnya mulai berubah, mengepakkan sayap berbentuk bilah tajam, siap menghujani The Killer kapan saja.Sementara itu, Rendy, walau masih berlutut dan tubuhnya gemetar, membuka matanya perlahan. Cahaya keemasan samar mulai berkedip di dalam irisnya — tanda bahwa sebagian kecil energi Naga Perang mulai bangkit kembali.The Killer menggeram rendah, suaranya seperti dua dimensi bertabrakan.“Aku... tidak akan berakhir di sini...”Dengan satu gerakan memutar, tubuhnya membelah menjadi sepuluh baya

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status