Petugas lelang kembali berdiri di podium. Kali ini, dia membawa sebuah tas kecil berwarna hitam legam dengan desain sederhana, namun memancarkan aura misterius yang membuat semua mata terpaku padanya."Artefak berikutnya adalah Tas Ruang Hampa. Artefak ini memungkinkan Anda menyimpan barang dalam jumlah besar, termasuk barang kultivasi langka, tanpa menambah berat atau mengubah bentuk tas. Harganya dimulai dari satu miliar, dengan kelipatan minimal seratus juta."Riuh bisikan langsung memenuhi ruangan. Semua tahu bahwa tas ini sangat langka dan praktis, cocok untuk perjalanan panjang atau menyembunyikan barang berharga."Ini akan lebih sulit dari tadi," gumam Rendy. "Semua orang di ruangan ini pasti ingin tas itu.""Kau yakin masih ingin menawarnya?" tanya Selina dengan nada cemas."Tidak ada pilihan lain," jawab Rendy tegas.Tiba-tiba suara pertama datang dari seorang pria jangkung berpakaian serba putih, lengkap dengan jubah yang berkibar seperti angin selalu mengikutinya. "Satu set
Setelah serangkaian lelang yang mendebarkan, suara petugas lelang kembali menggema, menandakan dimulainya puncak acara. "Hadirin sekalian, kita kini memasuki sesi lelang artefak kuno. Barang pertama yang ditawarkan adalah Tungku Alkemis Kuno!"Para peserta VIP yang sebelumnya tenang mendadak penuh antusiasme. Tungku itu diletakkan di tengah podium, terlihat megah meski usianya tampak sangat tua. Ukiran rumit berbentuk naga melilit tubuh tungku, sementara aura spiritual samar memancar dari permukaannya."Tungku ini konon berasal dari era Raja Alkemis Pertama dan dapat digunakan untuk membuat pil-pil yang sangat kuat, termasuk Pil Kultivator Tingkat Tinggi yang dapat membantu Anda menerobos batas level kultivasi. Barang ini dibuka dengan harga dasar dua miliar! Kelipatan penawaran minimal dua ratus juta."Rendy menatap tungku itu dengan mata berbinar. "Ini adalah kunci untuk meningkatkan kultivasiku. Jika aku bisa memenangkannya, aku bisa mempercepat latihanku hingga melampaui lawan-law
Setelah sesi lelang Tungku Alkemis yang mendebarkan, petugas lelang kembali ke podium dengan senyum misterius. Di belakangnya, dua asisten membawa sebuah kotak panjang berukir emas, dengan segel spiritual yang memancar terang. Aura tajam terasa menyelimuti seluruh ruangan, membuat beberapa peserta menahan napas."Para hadirin sekalian, barang berikutnya adalah salah satu artefak kuno paling legendaris, Pedang Pembunuh Naga!" suara petugas lelang menggema, membuat ruangan mendadak ramai dengan bisikan.Dia melanjutkan, "Pedang ini konon ditempa oleh pandai besi agung yang menggunakan darah naga sebagai katalisnya. Selain memiliki kekuatan serangan yang dahsyat, pedang ini juga memiliki kemampuan untuk menghancurkan formasi spiritual dan pelindung Qi. Harga awal adalah lima miliar, dengan kelipatan penawaran minimal setengah miliar."Para peserta langsung terlihat antusias. Ini bukan hanya pedang biasa, melainkan simbol kekuatan dan otoritas.Rendy melirik Lucinda, yang diam-diam mengan
Setelah Pedang Pembunuh Naga berhasil dimenangkan, suasana di Balai Lelang Lotus Biru belum juga mereda. Para peserta masih terlihat waspada, dan beberapa bahkan saling memandang dengan penuh perhitungan.Petugas lelang kembali ke podium dengan sebuah kotak kristal kecil di tangannya. Di dalamnya terdapat pil bulat berwarna emas dengan pola seperti akar pohon kuno. Aroma spiritual yang sangat kuat menyebar ke seluruh ruangan, membuat para kultivator langsung terpaku."Barang berikutnya adalah Pil Seribu Tahun, sebuah artefak langka yang hanya dapat dibuat oleh Alkemis Peringkat Suci. Pil ini mampu meningkatkan ranah kultivasi hingga satu tingkat penuh bagi pengguna, asalkan tubuh mereka mampu menahan energi spiritualnya. Harganya dibuka dengan tiga miliar, dengan kelipatan penawaran minimal tiga ratus juta!"Riuh rendah langsung memenuhi ruangan. Pil ini adalah harta karun yang diidamkan setiap kultivator, terutama mereka yang merasa terhambat dalam perjalanan kultivasi.Rendy melirik
Setelah Pil Seribu Tahun berhasil dimenangkan, suasana di Balai Lelang Lotus Biru menjadi semakin tegang. Semua orang tahu bahwa puncak acara sudah tiba. Giok Naga Merah akan segera dilelang, dan seluruh peserta yang hadir, baik bangsawan, kultivator, maupun kolektor, bersiap untuk perang penawaran besar-besaran.Petugas lelang berjalan dengan langkah penuh percaya diri. Di tangannya, sebuah kotak kayu hitam berukir naga yang terbuat dari kayu langka. Ketika dia membukanya, cahaya merah menyala langsung memenuhi ruangan, memancarkan aura yang megah sekaligus menekan."Para hadirin sekalian, ini adalah puncak acara kita malam ini! Giok Naga Merah, artefak legendaris yang dipercaya memiliki energi spiritual yang sangat besar. Artefak ini tidak hanya mampu memperkuat Qi pengguna, tetapi juga memiliki kekuatan misterius untuk memanipulasi formasi dan membuka portal dimensi tersembunyi. Harganya dibuka dengan lima puluh miliar, dengan kelipatan minimal lima miliar!"Ruangan mendadak hening
Saat tangan Rendy mendekati Giok Naga Merah, sebuah dorongan energi yang dahsyat tiba-tiba meledak dari batu itu, memaksa semua orang di ruangan mundur. Aura merahnya mengamuk, menciptakan angin badai kecil di dalam balai lelang. “Rendy! Jangan ceroboh!” teriak Lucinda sambil membentangkan tangannya, menciptakan penghalang Qi yang melindungi dirinya dan Lyra. Rendy menggertakkan giginya, berusaha melawan tekanan yang seolah mencoba menundukkannya. Matanya menatap tajam ke arah Giok itu, lalu ia berteriak, “Aku tidak akan kalah darimu!” Dia mulai memusatkan Qi-nya, menciptakan medan energi yang melawan aura Giok. Benturan energi antara keduanya membuat lantai bergetar, sementara tamu lain yang masih di dalam balai lari tunggang langgang. Namun, di tengah kekacauan itu, salah satu kultivator bayangan melihat peluang. Dengan kecepatan luar biasa, ia melompat ke podium, mencoba merebut Giok Naga Merah dari Rendy. “Jangan berani-berani!” bentak Lyra sambil melontarkan serangan ki
Setelah aura Giok Naga Merah mereda dan keadaan balai lelang kembali stabil, Rendy mendekati meja pembayaran yang terletak di sudut ruangan. Pegawai balai lelang, seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi dan ekspresi profesional, menyambutnya dengan senyuman formal.Walaupun terjadi kehancuran yang cukup besar di Balai Lelang Lotus Biru, pihak penyelenggara tidak meminta ganti rugi atas kerusakan balai lelang karena sudah diasuransikan.“Selamat atas kemenangan Anda dalam lelang, Tuan Rendy,” katanya sambil menyerahkan dokumen yang harus ditandatangani. “Apakah Anda ingin membayar menggunakan transfer bank atau metode lainnya?”“Transfer bank,” jawab Rendy sambil menandatangani dokumen tersebut. Ia mengirimkan pembayaran untuk Giok Naga Merah dan Tungku Alkemis Kuno tanpa ragu. Setelah selesai, petugas itu mengangguk dan memberikan tanda terima.“Barang Anda akan dibawa sendiri atau diantar?” tanyanya."Giok Naga Merah akan aku bawa sendiri. Untuk Tungku Alkemis Kuno, segera antar
Malam di Resort Matahari Senja berlanjut dengan tenang, atau setidaknya demikian tampaknya. Rendy tengah duduk di ruang tamu vila pribadinya, mempelajari aura yang terpancar dari Tungku Alkemis Kuno. Sementara itu, Giok Naga Merah disegel rapat dalam kotak pelindung yang diletakkan di sudut ruangan. Selina duduk di kursi dekat jendela, matanya tajam mengamati lingkungan sekitar meski terlihat santai. Cincin Dimensi dan Pedang Pembunuh Naga sudah disimpan Rendy di dalam Tas Ruang Hampa. “Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres,” ujar Selina tiba-tiba, menghentikan keheningan. Rendy mengangkat pandangannya. “Apa maksudmu?” “Sejak kita meninggalkan balai lelang, aku bisa merasakan energi aneh yang terus mengintai. Sepertinya seseorang tidak senang dengan kemenanganmu.” Sebelum Rendy sempat menjawab, aura kuat tiba-tiba menyelimuti seluruh vila. Angin kencang menerpa, menggetarkan kaca jendela. Selina segera berdiri, siaga, sementara Rendy memasang ekspresi dingin yang penuh kewaspad
Clara menatap tajam ke arah Rendy, matanya menyala dengan amarah yang tak tertahankan. "Jangan kau kira tindakanmu ini akan mengubah kebencianku padamu!" suaranya dingin, nyaris menggigit, tanpa sedikit pun nada terima kasih.Rendy menghela napas panjang, mencoba memahami kekerasan hati Clara. Wajahnya dipenuhi kebingungan, tetapi suaranya tetap tenang. "Aku terus mencarimu, Clara! Buat apa aku membunuhmu? Apa untungnya bagiku?" katanya, menatapnya lekat-lekat, mencari celah di balik tatapan penuh kebencian itu.Clara menyilangkan tangan di dadanya, dagunya sedikit terangkat, menegaskan keangkuhannya. "Aku tidak percaya padamu! Aku datang untuk memperingatimu. Berhenti mencari Kekuatan Tertinggi, atau kami akan menghancurkanmu!" suaranya bergetar, bukan karena takut, melainkan karena tekad yang membaja.Rendy mengernyit. "Kekuatan Tertinggi? Apakah organisasi itu yang membuatmu membenci aku?" tanyanya, mencoba menelisik lebih dalam.Clara tak menjawab. Dengan santai, ia melangkah ke b
Rendy menatap tubuh wanita yang berdiri di tengah kekacauan Klub Red Lotus. Gaun merahnya berkibar pelan, seolah ikut menari bersama cahaya lampu temaram yang berpendar di langit-langit. Aroma alkohol, asap rokok, dan keringat bercampur menjadi satu dalam udara yang berat. Mata Rendy menyipit, mengamati siluet wanita itu."Kenapa aku merasa mengenalnya?" pikirnya, langkahnya perlahan mendekat."Nona, ada masalah apa sampai kamu mengacau di Klub Red Lotus ini?" tanyanya dengan suara tenang namun penuh kewaspadaan.Plok! Plok! Plok!Tepukan tangan menggema, menggantikan hiruk-pikuk yang sempat mereda. Wanita bergaun merah itu tetap membelakanginya, tubuhnya tegak, aura misterius menguar dari setiap gerakannya."Apa kita perlu memanggil bantuan, Tuan Muda?" suara manager klub terdengar penuh kehati-hatian."Tidak perlu! Aku bisa mengatasinya sendiri!" Rendy menjawab, tetap melangkah maju.Sebuah tawa kecil menggema, renyah namun menusuk."Hihihi ... selamat datang, Jendral Wang!"Suara i
Tok! Tok! Tok!Suara ketukan di pintu menggema di dalam ruangan, menginterupsi atmosfer hangat yang tercipta antara Rendy dan Jessy. Rendy yang duduk di sofa menoleh dengan malas, sementara Jessy menghela napas panjang, kesal karena momennya terganggu."Siapa?" tanya Jessy, suaranya tajam, penuh ketidaksabaran.Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan wajah pucat seorang pria berseragam hitam. Ia adalah manager klub, tampak gelisah, peluh mulai bercucuran di pelipisnya."Gawat, Chief! Ada sedikit masalah di Klub!" katanya dengan suara bergetar. Matanya sekilas melirik ke arah Rendy, lalu cepat-cepat menunduk saat melihat ekspresi tajam pria yang dikenal sebagai Naga Perang—sosok legendaris di dunia gelap Khatulistiwa.Jessy melipat tangan di dadanya, wajahnya penuh kejengkelan. "Masalah kecil saja tidak bisa kamu tangani! Bagaimana kamu bisa mempertahankan jabatanmu?"Seakan darahnya terkuras, wajah manager itu semakin pucat. Ia menelan ludah, tidak berani menatap Jessy."Apa yang terjad
Dalam keheningan yang hanya diisi suara dengungan komputer, Jessy menatap layar dengan penuh konsentrasi. Cahaya biru dari monitor memantul di wajahnya yang tegang, memperlihatkan garis-garis kelelahan yang tersembunyi di balik sorot matanya yang tajam. Jari-jarinya menari di atas keyboard, sesekali berhenti untuk meneliti setiap baris kode dengan seksama. Rendy berdiri di belakangnya, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik kencang, matanya tak berkedip menatap layar holografik yang terus berubah di hadapan mereka."Aku menemukannya," bisik Jessy, suaranya bergetar oleh ketegangan yang nyaris tak tertahankan. "Ada lokasi yang tersembunyi dalam sistem mereka... Ini bukan sekadar markas biasa, Ketua. Ini pusat dari segalanya."Rendy mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ada api yang menyala di matanya, kemarahan yang selama ini ia pendam akhirnya menemukan bentuknya. "Di situlah ibuku disekap?" tanyanya dengan suara yang nyaris bergetar.Jessy menoleh padanya, menatap dalam-dal
Di balik kerlip lampu dan gemerlap modernitas Red Lotus Club and Resort, Rendy melangkah dengan penuh ketegasan, namun di balik mata dinginnya tersimpan segudang kenangan. Di tengah kekacauan hidupnya—konflik dengan Cindy dan keputusannya untuk mencari kebenaran tentang ibunya—hanya satu hal yang selalu ia rindukan yaitu kehadiran Jessy Liu.Jessy, wanita yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya, kini duduk di sebuah ruangan rahasia di balik dinding resort yang mewah. Di sana, di antara deretan monitor dan kode-kode digital yang menari, ia mungkin bisa menyusun petunjuk-petunjuk yang akan membongkar rahasia Kekuatan Tertinggi. Setiap detik tanpa Rendy terasa begitu lama baginya. Rindu yang selama ini tersembunyi di balik ketenangan profesional kini terpancar jelas saat ia melihat pintu terbuka perlahan."Ketua," panggilnya dengan nada lembut penuh harap, suaranya seakan melunakkan segala kegamangan. Saat Rendy melangkah mendekat, hatinya sejenak luluh oleh kehadiran wanita yang ta
Rendy tidak lagi menghiraukan Vera Huang. Wanita itu baginya bukan lagi seorang mertua, melainkan hanya semut yang bisa ia injak kapan saja jika ia mau. Matanya menatap kosong ke depan, tapi pikirannya dipenuhi kemarahan yang mendidih. Hatinya telah beku. Jika Cindy lebih memilih ibunya, maka ia akan pergi—mereka akan bercerai. Sesederhana itu."Masih ada hal yang lebih penting daripada mengurusi seorang mertua yang tidak berarti!" gumamnya, suara rendahnya nyaris seperti geraman. "Aku harus mencari tahu di mana ibuku yang ditahan oleh Kekuatan Tertinggi."Ia melangkah menuju gudang garasi, membuka pintu dengan sedikit tenaga. Derit engsel yang berkarat memenuhi udara, menyambutnya dengan suasana yang muram. Di dalam, skuter bututnya masih berdiri dengan setia, lapisan debu tipis menyelimutinya. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin tua itu, suara bisingnya langsung menggema di seantero garasi.Baru saja ia hendak memutar gas, suara langkah kaki yang terburu-buru menghentikannya."Ren...!"
Vera menggertakkan giginya, rahangnya mengeras sementara napasnya memburu. Matanya menyala penuh kebencian, seperti bara api yang siap melalap habis apa pun di hadapannya. Dengan suara yang lebih tajam dari pisau belati, ia berdesis, "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi! Huang Corporation tidak akan runtuh hanya karena seorang pria yang dulu kupandang sebelah mata! Kau bukan Naga Perang... Semua ini hanya kebetulan belaka."Rendy tetap berdiri dengan tenang, sikapnya tegap bagai gunung yang tak tergoyahkan oleh badai. Sorot matanya dingin, penuh ketegasan yang tak terbantahkan. "Sudah kubilang, Vera, ini baru permulaan. Kau pikir aku akan berhenti di sini? Tidak. Aku akan memastikan kau merasakan kehancuran yang lebih menyakitkan daripada sekadar kehilangan investasi. Kau telah mempermainkan hidupku, dan sekarang, aku yang akan menentukan nasibmu."Wajahnya yang dulu dikenal lemah lembut kini menampakkan ketegasan yang mengerikan. Rendy bukan lagi pria yang bisa diabaikan begitu saj
Di tengah ruangan yang remang, bayangan senja menari di dinding-dinding mewah, Vera mengeluarkan dengusan penuh ejekan. Matanya yang tajam dan dingin menembus kegelapan, seolah memancarkan bara amarah. Dengan suara yang menyeruak, ia mencaci,"Menolak? Hah! Kamu pikir dirimu siapa? Hanya seorang pecundang yang bahkan tidak mampu membeli dasi layak, berani menantangku!"Rendy, berdiri tegap bagaikan patung besi di tengah badai, menatap balik tanpa setitik ragu. Tatapannya yang tajam dan dingin menantang, seolah berkata bahwa ia telah lelah menjadi korban hinaan. Suaranya rendah namun menggema dengan kepastian, "Aku sudah muak dipandang rendah. Jika aku mengaku sebagai Naga Perang, maka aku memang Naga Perang! Dan jika kau memaksaku menceraikan Cindy demi keuntunganmu sendiri, kau akan merasakan penyesalan yang meendalam!"Rendy sudah habis kesabaran dengan sikap arogan Vera yang selalu menghinanya.Tawa sinis Vera pecah, melayang ke udara seperti asap pahit, "Oh, jadi sekarang kau meng
HA-HA-HA ...!!!Tawa itu meledak di udara, menggetarkan ruangan dengan gaungnya yang menusuk telinga. Vera Huang menepuk-nepuk pahanya, seolah ucapan yang baru didengarnya adalah lelucon paling konyol yang pernah ada."Ha-ha-ha! Astaga, Rendy! Aku tahu kamu ini miskin dan tidak berguna, tapi aku sungguh tidak menyangka kamu juga pintar membual!" katanya dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh penghinaan.Rendy mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan penuh amarah. "Aku tidak berbohong! Aku memang Naga Perang yang akan menarik seluruh investasi Wang Industries dari Huang Corporation! Aku sudah muak hidup seperti ini, tanpa kejelasan dan tanpa harga diri!" suaranya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena tekad yang sudah tak bisa dibendung lagi"Mentang-mentang nama margamu sama dengan nama perusahaan Grade A, terus kamu klaim kalau itu perusahaanmu? Hah! Sungguh lucu dan tak masuk akal!" sind