Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 198. Dataran Kabut Awan

Share

198. Dataran Kabut Awan

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 22:00:03

Waktu terus berlalu, dan persiapan untuk menghadapi The Infinity semakin matang. Di bawah komando Rendy Wang, Kartanesia berubah menjadi benteng pertahanan yang sulit ditembus. Klan Sembilan Naga Sakti telah mengerahkan pengaruh dan sumber daya mereka untuk memperkuat aliansi global ini. Namun, ancaman dari The Infinity semakin nyata, dengan berbagai intelijen yang mengabarkan bahwa markas pusat mereka tersembunyi di suatu tempat di Dataran Kabut Awan—sebuah wilayah misterius yang hanya diketahui oleh beberapa orang terpilih.

Dataran Kabut Awan merupakan wilayah yang tidak tercantum di mapmanapun, bahkan Mata Dewa yang amsih dalam pengembangan tidak berhasil melacak keberadaan tempat ini, seakan tempat ini tidak pernah ada di dunia.

Setelah berhasil menjalin komunikasi dengan beberapa sekutu internasional, Rendy memutuskan untuk mengambil tindakan lebih agresif. Ia mengundang perwakilan dari berbagai negara dan organisasi yang telah setuju untuk bergabung dalam aliansi ini. Di Undergr
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   199. Gadis Misterius Bertopeng Merah

    Setelah mengatasi pasukan bayangan, Rendy dan timnya akhirnya berhasil mencapai pusat kekuatan The Infinity. Mereka dihadapkan pada benteng kokoh yang dijaga oleh berbagai ahli strategi dan pendekar kuat dari seluruh dunia yang telah direkrut oleh The Infinity. Di sana, mereka menemukan markas pusat yang menyimpan rahasia kekuasaan dunia bayangan ini.Di dalam benteng, Rendy bertemu dengan seorang pria tua yang dikenal sebagai The Wise Immortal, pemimpin tertinggi The Infinity. Pria itu memandang Rendy dengan tatapan penuh kebijaksanaan dan kegilaan, seakan telah merencanakan segalanya.“Kalian pikir bisa menghentikan kami? Kami adalah bayangan yang sudah lama menguasai dunia dari balik layar,” ujar The Wise Immortal sambil tertawa kecil. “Kami adalah ketidakabadian, ketidakterbatasan, yang tidak bisa dihancurkan.”Pertempuran sengit pun terjadi di dalam markas. Para Naga Sakti dan Rendy menghadapi berbagai jebakan dan serangan dari pasukan elit The Infinity. Dengan strategi yang mata

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Kebangkitan Naga Perang   200. Kembalinya Menantu Sampah

    Suatu pagi di Paradise Hill,Langit masih berwarna keabu-abuan saat teriakan Vera Huang menggema di kediaman megah Keluarga Huang.“RENDY...!!!”Suaranya yang melengking mengiris kesunyian pagi, menembus setiap sudut rumah hingga ke kamar sempit di ujung koridor. Kamar itu tak lebih dari sebuah gudang yang dipenuhi tumpukan kardus dan barang-barang tak terpakai. Di tengah kekacauan ruang itu, Rendy Wang, sang Naga Perang, meringkuk santai di atas kasur tipis. Matanya tetap terpejam, napasnya tenang, seolah teriakan Vera hanyalah angin lalu.Bagi Rendy, setelah berminggu-minggu menghadapi pertempuran brutal melawan The Infinity dan The Immortality, kamar sederhana itu terasa lebih nyaman daripada istana mana pun. Bau debu bercampur aroma kayu tua justru menenangkan pikirannya yang lelah.“Dasar menantu malas! Masih saja tidur, padahal sudah pagi begini!” Suara Vera menggema lagi, kali ini disertai ketukan keras di pintu.Langkah ringan mendekat. Cindy Huang, putri Vera, muncul dari uju

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Kebangkitan Naga Perang   201. Paket Misterius

    Hari bergulir menuju siang, dan rumah Keluarga Huang mulai sepi. Cindy sudah berangkat ke kantor dengan Vera yang terus menjejalkan berbagai nasihat tentang bagaimana seharusnya ia menghadapi Naga Perang.Di kamar sempitnya, Rendy bangun perlahan. Mata hitamnya menyapu ruangan kecil yang penuh barang berdebu. Udara lembap menggantung di sekitarnya, bercampur bau kertas tua yang menguning di sudut. Rendy meraih sebotol air di atas meja reyot, menyesap pelan sambil bersandar pada dinding yang dingin.Ia menatap lurus ke depan, ke sebuah cermin kecil yang menggantung miring di dinding. Sosoknya yang memantul tampak lusuh—kaus usang, rambut berantakan. Namun, di balik penampilan sederhana itu, ada aura yang tak bisa disembunyikan. Sorot matanya menyimpan sesuatu yang lebih dalam yaitu ketegasan, luka, dan rahasia.“Seharusnya aku pergi tadi malam,” gumamnya pelan. Tapi entah mengapa, kaki ini terasa berat meninggalkan rumah yang penuh pertikaian ini. Bukan karena ia merasa diterima, melai

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Kebangkitan Naga Perang   202. Awal Dari Akhir

    Langit sore di Buitenzorg memerah, seolah menggambarkan ketegangan yang menguap di udara. Rendy melangkah keluar dari Paradise Hill, menyusuri jalan berbatu yang dihiasi pepohonan rindang. Angin membawa aroma tanah yang kering dan asap kendaraan dari kejauhan, mengingatkan pada kota yang tak pernah berhenti bergerak.Rendy tak membawa apa-apa selain jam saku tua yang kini tergantung di saku dadanya, berayun perlahan mengikuti langkahnya. Ia tahu, langkah ini membawa dirinya kembali ke medan yang tak pernah ia ingin tempuh lagi. Dunia bayangan yang penuh tipu muslihat, darah, dan janji yang tak pernah ditepati.Ia masih penasaran dengan jam saku tua yang dikirimkan oleh seseorang kepada dirinya, yang kemungkinan bisa mengungkap masa kecilnya yang terlupakan.Sesampainya di pinggiran kota, ia mendapati sebuah mobil hitam mengilap menunggunya. Sopirnya, seorang pria berwajah tirus dengan setelan serba hitam, membungkuk hormat begitu melihat Rendy. “Selamat datang kembali, Tuan Naga Perang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Kebangkitan Naga Perang   203. Musuh Baru Naga Perang

    Langit di Khatulistiwa tampak kelam, meski matahari berada di puncak siangnya. Aura mencekam menyelimuti kota Kartanesia saat kabar tentang kejatuhan The Wise Immortal menyebar. Bukan kemenangan yang dirayakan, tetapi ketakutan yang tumbuh. Organisasi bayangan seperti The Infinity tidak melemah karena kehilangan seorang pemimpin—sebaliknya, musuh-musuh baru mulai bermunculan, membawa ancaman yang lebih nyata.Di sebuah lorong gelap, Rendy Wang berdiri tegak meski napasnya berat. Pedang di tangannya berlumur darah, bekas pertempuran melawan Reysha yang baru saja usai. Sebelum ia sempat menarik napas lega, suara langkah kaki yang berat dan mantap bergema, seolah menantang keberaniannya.Dari balik bayang-bayang lorong, seorang pria bertubuh besar muncul. Bekas luka yang memanjang dari dahi ke pipinya menambah kesan mengintimidasi pada wajahnya. Matanya menyala dengan gairah bertarung yang tak tertahankan. Khan. Nama yang terlalu dikenal oleh Rendy—musuh lama yang ia kira telah dikalahka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Kebangkitan Naga Perang   204. Siasat Gadis Bertopeng Merah

    Pertempuran pecah seketika. Kilatan pedang, rantai yang berayun, dan ledakan energi memenuhi lorong yang sempit. Rendy, Jessy, Dion, dan Rey bertarung dengan koordinasi yang sempurna, melawan musuh lama dan baru yang mengerahkan seluruh kekuatan mereka.Namun, di tengah pertempuran sengit itu, Rendy merasakan sesuatu yang aneh. Seolah-olah ini semua hanyalah pembuka untuk sesuatu yang lebih besar. Di suatu tempat, dia tahu bahwa musuh sejati mereka, pemimpin sebenarnya dari The Infinity, sedang mengawasi mereka dari balik layar, menunggu saat yang tepat untuk menyerang.Lorong sempit tempat pertempuran berlangsung kini dipenuhi dentingan logam, ledakan energi, dan jeritan kemarahan. Jessy Liu melesat di antara musuh-musuh mereka, gerakannya secepat bayangan. Ilmu Meringankan Tubuh yang ia kuasai membuatnya hampir mustahil disentuh, bahkan oleh The Triplets of Havoc.“Rendy, fokus pada Khan!” teriak Jessy, menghindari belati yang dilemparkan salah satu Triplets. “Aku akan mengurus yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Kebangkitan Naga Perang   205. Serikat Hantu Malam

    Beberapa bulan setelah kekalahan The Infinity, dunia kembali tenang—setidaknya di permukaan. Rendy Wang menjalani hari-hari sibuknya di Kartanesia, memimpin Wang Industries menuju era baru pertumbuhan dan inovasi. Untuk sementara tidak ada lagi gangguan dari musuh-musuh lamanya maupun munculnya musuh baru yang menganggu hidupnya.Namun, di balik kedamaian tersebut, ia merasakan tanda-tanda bahwa ancaman baru tengah muncul, lebih licik dan mungkin lebih kuat dari sebelumnya.***Suatu malam, Rendy menerima pesan rahasia yang diantar secara langsung oleh kurir berpakaian serba hitam. Surat itu berisi kode yang sulit dipahami, menggunakan bahasa kuno yang hanya diketahui segelintir orang. Setelah memeriksa kode itu bersama Katrin dan Ryu Ten, mereka menyadari bahwa pesan tersebut berasal dari suatu kelompok baru yang menyebut diri mereka sebagai Serikat Hantu Malam—kelompok yang konon lebih kuat dan misterius daripada The Infinity."Serikat ini dikabarkan bergerak di seluruh dunia tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Kebangkitan Naga Perang   206. Pemimpin Baru

    Beberapa minggu setelah pertempuran di kuil tua...Suasana di Kartanesia kembali dipenuhi kesibukan, namun bayang-bayang ancaman Serikat Hantu Malam terus menghantui pikiran Rendy Wang. Meskipun Relik Kehancuran berhasil diamankan, firasat buruk tidak pernah meninggalkannya.Sebuah serikat yang besar tidak akan tinggal diam setelah kematian pemimpin mereka. Serikat seperti itu bisa dengan mudahnya mengganti pemimpin mereka dengan cepat agar tidak terjadi kekosongan pemimpin yang bisa membuat Serikat Hantu malam menjadi lemah.Rendy memutuskan untuk menuntaskan perlawanan terhadap Serikat Hantu Malam agar serikat ini tidak lagi mengacau di dunia terutama di Khatulistiwa. Membiarkan serikat ini bangkit kembali hanya akan membuat mereka sulit lagi meraih kemenangan seperti sebelumnya. Untuk itu, sekali lagi ia harus minta bantuan Klan Naga Sakti yng telah menunjukkan kehebatannya.Di markas Klan Naga Sakti, sebuah rapat darurat berlangsung. Rendy, Katrin, Ryu Ten, Jessy, dan Tian Wu berk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   518. Hasrat Sang Elemental Naga

    Udara di apartemen terasa berat, hampir pekat, seolah setiap molekul udara merapat, menahan napas mereka dalam pusaran hasrat yang menggetarkan. Di antara gemuruh jantung yang berdetak terlalu keras, tubuh Rendy dan Sheila melebur dalam tarikan naluriah—sebuah pencarian yang tak membutuhkan kata, hanya desakan naluri yang tak terbantahkan.Sheila, dengan mata berkilat dalam cahaya remang, meraih tangan Rendy. Genggamannya kecil, namun panasnya menembus kulit hingga ke nadi. Tanpa sepatah kata pun, ia menariknya melewati ruang tamu menuju kamar tidur.Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan luas dengan jendela kaca setinggi langit-langit, menghadap langsung ke hamparan Dark City yang bermandikan cahaya malam. Lampu-lampu kota berkedip seperti bintang patah yang jatuh ke bumi, menciptakan lukisan malam yang sendu sekaligus memabukkan.Langkah-langkah mereka terhenti di tepi ranjang. Sheila berbalik perlahan. Rambut hitamnya berkilau di bawah lampu gantung, mengalir seperti ti

  • Kebangkitan Naga Perang   517. Godaan Sheila

    Mata Sheila menyipit, bibirnya membentuk senyum penuh misteri. "Oh begitu? Jadi... kamu sudah tahu semua tentang tubuhku, ya?" Nadanya melengking manis, tapi ada sesuatu yang membuat udara di antara mereka mendadak terasa lebih panas. "Apa kita pernah... bercinta di sana?"Uhuk!Rendy tersedak kopi, buru-buru menahan batuknya dengan tisu. Wajahnya memerah, entah karena panas kopi atau pertanyaan lugas yang sama sekali tidak ia duga."Hihihi..." Sheila terkikik geli, menatapnya dengan tatapan jahil. Ia menyender santai di sofa, memperlihatkan leher jenjangnya dengan sangat disengaja. "Kenapa? Kaget mendengar pertanyaanku? Bukankah aku... kekasihmu?" godanya dengan suara manja, hampir berbisik."A-aku..." Rendy berusaha menguasai diri, tapi lidahnya terasa kelu. Matanya berusaha fokus ke cangkir di tangan, tidak berani menatap langsung ke mata Sheila yang berbinar penuh rasa ingin tahu.Melihat Rendy gugup justru membuat Sheila semakin bersemangat. Ia mendekat sedikit, memperkecil jarak

  • Kebangkitan Naga Perang   516. Hadiah Kecil Sheila

    Gemuruh sorak-sorai membahana di seluruh penjuru Dark City. Malam itu, langit Negeri Malam seolah terbakar oleh kembang api yang menghujam ke udara, meledak dalam semburat warna merah darah dan biru keunguan. Udara dipenuhi aroma manis dari bunga-bunga yang dihiasi sepanjang jalan, bercampur dengan bau hangat makanan yang dibakar di setiap sudut festival.Kemenangan atas Azerith — Sang Pewaris Malam yang selama ini menjadi duri dalam upaya Sheila untuk membangun negeri ini — terasa seperti beban besar yang akhirnya terangkat dari dada semua orang. Negeri Malam, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, merasakan apa itu kebebasan.Renata dan Jessy berdiri di tengah kerumunan, senyum mereka merekah di bawah cahaya lentera. Kilatan kebahagiaan di mata mereka membuat keduanya tampak lebih muda dari biasanya. Rencana untuk kembali ke Negeri Khatulistiwa pun mereka tangguhkan tanpa ragu, terpikat oleh atmosfer penuh sukacita ini.“Aku rasa... kita memang harus tinggal lebih lama,” ujar Je

  • Kebangkitan Naga Perang   515. Menghancurkan The Killer

    The Killer berdiri di tengah medan, darah hitam menetes dari lengannya, menodai tanah Negeri Malam yang retak. Untuk pertama kalinya dalam berabad-abad, ia merasakan tekanan—bukan dari satu musuh, tapi dari kekuatan bersatu.Jessy menggenggam erat pedang lebarnya yang bergetar karena energi spiritual. Napasnya berat, tapi matanya penuh keyakinan. Di sisi lain, Renata mengaktifkan mode serangan penuh dari Nova-Core, tubuhnya dilapisi armor spiritual tipis berkilau biru muda. Kupu-kupu logam di belakangnya mulai berubah, mengepakkan sayap berbentuk bilah tajam, siap menghujani The Killer kapan saja.Sementara itu, Rendy, walau masih berlutut dan tubuhnya gemetar, membuka matanya perlahan. Cahaya keemasan samar mulai berkedip di dalam irisnya — tanda bahwa sebagian kecil energi Naga Perang mulai bangkit kembali.The Killer menggeram rendah, suaranya seperti dua dimensi bertabrakan.“Aku... tidak akan berakhir di sini...”Dengan satu gerakan memutar, tubuhnya membelah menjadi sepuluh baya

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status