Pertempuran pun dimulai. Gao Fen menunjukkan kekuatan luar biasa dengan memanipulasi elemen udara, menciptakan pusaran angin dan ledakan yang mematikan. Jessy menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk menyerang dengan cepat, sementara Ryu Ten melawan dengan teknik bela diri langit.Namun, semakin lama mereka bertarung, semakin jelas bahwa Gao Fen bukan musuh biasa. Jessy dan Ryu Ten berjuang mati-matian untuk menahan serangannya, sementara komunikasi mereka dengan markas terputus akibat gangguan misterius.“Waktumu habis,” kata Gao Fen dengan senyum licik. “Kematianmu akan menjadi peringatan bagi Rendy Wang.”Di tengah kekacauan itu, suara ledakan lain terdengar. Dari balik asap muncul Rendy, membawa senjata unik yang bersinar dengan energi kuno. “Maaf mengecewakanmu, Gao Fen, tapi aku tidak suka ancaman.”Pertarungan kini semakin sengit, dengan Rendy bergabung untuk melawan Gao Fen. Ketiga pejuang itu bekerja sama, menggunakan taktik dan kekuatan mereka untuk menandingi kekuatan Se
Beberapa hari setelah kekalahan Gao Fen, Jessy mulai menyelidiki sisa-sisa kristal yang dihancurkan di sabuk Gao Fen. Dalam laboratorium teknologi tinggi milik Wang Industries, Jessy bersama tim risetnya menemukan bahwa kristal tersebut mengandung unsur asing yang tidak ditemukan di bumi. Lebih mengejutkan lagi, kristal itu menunjukkan kemampuan untuk menyimpan energi dalam jumlah besar, seperti reaktor mini, namun dengan jejak gelombang energi yang mirip sihir kuno.“Ini lebih dari sekadar teknologi,” ujar Jessy, menunjukkan hasil analisis kepada Rendy. “Kristal ini seolah-olah diciptakan dengan pengetahuan yang melampaui apa yang bisa kita pahami. Jika Serikat Hantu Malam memiliki lebih banyak kristal seperti ini, mereka bisa menciptakan senjata pemusnah masal yang tak terdeteksi.”Rendy mengerutkan kening. “Ini berarti mereka bisa menyerang dari jarak jauh tanpa kita sadari. Kita harus mencari tahu siapa yang menciptakan kristal ini dan dari mana asalnya.”Untuk mendapatkan jawaban
“Kami di sini untuk menghentikan rencana kalian!” balas Rendy dengan tegas.Sosok itu tertawa kecil. “Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi. Serikat Hantu Malam jauh lebih besar dari yang kalian bayangkan. Kota ini hanya salah satu dari banyak pijakan kami di dunia.”Setelah pertarungan yang sengit, Rendy berhasil melukai Mata Bayangan, memaksanya mundur. Namun, sebelum pergi, ia meninggalkan pesan yang mengerikan:“Kalian mungkin telah mengusik sarang kecil kami, tapi inti dari rencana kami sudah berjalan. Dunia ini akan segera berubah, dan tidak ada yang bisa menghentikan kami.”Saat mereka mengejar Mata Bayangan, seluruh kota mulai runtuh, memaksa mereka untuk melarikan diri. Dengan hanya membawa sedikit informasi dari sistem kota, mereka kembali ke Kartanesia dengan kesadaran bahwa ancaman yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan.Kembali ke markas Klan Naga Sakti, mereka menganalisis data yang berhasil diselamatkan. Data tersebut mengungkapkan bahwa Serik
Setelah menghancurkan benteng di Pegunungan Langit Es, tim kembali ke Kartanesia dengan membawa potongan-potongan informasi baru. Hiro mengungkapkan bahwa Serikat Hantu Malam memiliki beberapa markas lain di seluruh dunia, dan semuanya terhubung dalam jaringan kompleks yang sulit dilacak.Rendy menyadari bahwa ini hanyalah awal dari perang yang lebih besar. “Mereka tidak hanya mengancam Khatulistiwa. Mereka mengancam seluruh dunia. Kita harus bersiap untuk langkah berikutnya.”Katrin, yang kembali memimpin intelijen global, mengusulkan untuk mencari sekutu dari berbagai penjuru dunia untuk menghadapi ancaman ini. “Jika mereka memiliki jaringan global, maka kita juga harus membangun aliansi yang kuat.”Dengan waktu yang semakin sempit dan ancaman yang terus berkembang, Rendy memutuskan untuk mengumpulkan semua sumber daya dan sekutu yang bisa mereka temukan. Perang melawan Serikat Hantu Malam kini memasuki babak baru, di mana tidak hanya kekuatan fisik, tetapi juga kecerdasan dan strat
Kepulangan Rendy Wang ke Paradise Hill setelah menghancurkan Serikat Hantu Malam seharusnya menjadi momen kemenangan. Namun, suasana di rumah mewah mertuanya ini jauh dari kata damai. Vera Huang, seperti biasanya, tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan kemarahannya. “Pergi tanpa kabar, tidak peduli dengan kerjaan rumah tangga, dan kembali dengan membawa masalah lebih banyak lagi!” teriak Vera, tangannya menunjuk tajam ke arah Rendy. Rendy hanya diam, membiarkan kata-kata Vera berlalu seperti angin. Ia sudah terlalu lelah untuk berdebat. Cindy, yang duduk di sudut ruangan dengan secangkir teh, memandang Rendy tanpa banyak bicara. Sikapnya yang diam malah membuat suasana semakin tegang. Setelah beberapa saat, Rendy memotong keheningan. “Bagaimana kabar Huang Corporation?” tanyanya dengan nada datar. Vera mendengus. “Hufh! Kamu tidak pantas menanyakan masalah perusahaan, levelmu belum sampai ke sana!" hina Vera Huang. Cindy hanya menggeleng perlahan, tapi tidak berkata apa
Rendy menegakkan tubuhnya, matanya tajam mengamati pria itu. “Di mana Kristin? Apa yang kau lakukan padanya?”Pria itu hanya tersenyum tipis. “Dia telah membawa sesuatu yang penting dariku—sebuah bagian dari Relik Jiwa Dunia. Tapi tenang saja, kami akan menemukannya kembali. Seperti kau menemukanku.”Sebelum Rendy sempat bertindak, pria itu menjentikkan jarinya, memanggil makhluk-makhluk bayangan yang menyerang tanpa peringatan. Pertarungan sengit pun terjadi. Rendy menggunakan seluruh keterampilannya, jurus-jurus mematikan yang dipelajarinya sebagai pembunuh profesional, untuk melumpuhkan setiap musuh yang menyerangnya.Pria bertopeng itu akhirnya mundur, menyadari bahwa Rendy terlalu kuat untuk ditaklukkan sendirian. Namun, sebelum menghilang ke dalam bayangan, ia memberikan peringatan. “Kau mengejar bayangan, Naga Perang. Relik ini akan menjadi akhir dunia, dan kau tidak bisa menghentikannya.”Dengan napas berat, Rendy berdiri di tengah aula kosong. Dia menemukan secarik kertas yan
Rendy dan timnya tiba di Tundra Beku setelah perjalanan panjang menggunakan pesawat pribadi Klan Naga Sakti. Dari udara, mereka bisa melihat kilatan energi misterius yang berasal dari pusat tundra—tanda bahwa sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi di sana.Setibanya di daratan, mereka dihadang oleh badai salju yang nyaris tak tertembus. Jessy menggunakan teknik Ilmu Meringankan Tubuh untuk melintasi medan dengan lebih cepat, sementara Rendy memimpin tim melewati bahaya yang tersembunyi di bawah salju.Namun, semakin jauh mereka masuk ke tundra, semakin nyata ancaman itu. Makhluk-makhluk gelap yang disebutkan Ryu Ten muncul—bayangan besar dengan bentuk tak jelas, seakan-akan tercipta dari kegelapan itu sendiri. Mereka menyerang tanpa henti, memaksa tim untuk bertarung di tengah badai yang membatasi pandangan.“Ini seperti mimpi buruk!” seru salah satu anggota Klan, mengayunkan pedangnya ke arah bayangan yang terus muncul.“Jangan biarkan mereka mengisolasi kita!” balas Jessy, serangan
Pagi di Paradise Hill terasa lebih dingin dari biasanya, seolah-olah efek energi Relik terakhir masih merambat di udara. Rendy Wang berdiri di balkon utama vila, menatap ke arah cakrawala. Di tangannya, simbol aneh dari Relik terakhir terus bersinar redup, memancarkan energi yang membuatnya merasa tidak nyaman.Cindy Huang dan Vera Huang telah diungsikan oleh Rendy ke tempat yang aman. Walaupun pergi dengan caci maki terhadap Rendy, namun Vera tetap pergi dari rumahnya karena tidak ingin ambil resiko dengan peringatan Rendy."Awas Kau, Rendy! Setelah semua ini selesai, aku ingin kau keluar dari rumah ini dan ceraikan Cindy! Kamu hanya membawa sial saja di Keluarga Huang ini!"Rendy tidak menanggapi ancaman Vera, malahan ia tersenyum kepada Cindy yang anehnya tidak banyak bertanya padanya mengenai alasan mereka diungsikan. Tentu saja sikap Cindy yang seperti itu membuat cemas Rendy. Apa yang telah terjadi dengan istrinya? Apa Cindy sudah dikuasai oleh Serikat Hantu malam, atau lebih pa
Rendy menarik napas dalam-dalam, udara dingin menusuk paru-parunya, sementara matanya yang tajam menyapu badai salju yang mengamuk di sekelilingnya. Setiap butir salju yang beterbangan seakan menceritakan ancaman, namun tekadnya tak tergoyahkan. Setelah berhasil menaklukkan prajurit es pertama yang menyerang dengan keberanian setara badai itu, ia melangkah ke dalam kegelapan beku Formasi Kutub Es Tujuh Langkah. Angin mengaum lebih liar, menyembunyikan jebakan mematikan di balik tirai putih yang terus berputar.Saat langkah pertamanya menuju formasi kedua, tanah di bawahnya tiba-tiba bergetar hebat, mengirimkan getaran menakutkan ke seluruh tubuhnya. Tanah itu runtuh, menciptakan celah besar seakan ingin menelannya hidup-hidup. Dengan refleks instan, Rendy melompat ke samping, namun matanya menangkap gerakan kilat ... dinding es raksasa melesat dari bawah dan atas, berusaha menjepitnya dalam pelukan maut."Sial!" teriak Rendy, suara yang tertiup angin seolah menyatu dengan rintihan bad
Angin menderu tanpa ampun, menerjang wajah Rendy dengan suhu yang menusuk, seakan ribuan jarum es menyusup ke dalam kulitnya. Di sekelilingnya, salju menari liar, berputar-putar membentuk pusaran putih yang seakan ingin menelan segala sesuatu yang berada di lintasan badai. Di tengah kekacauan itu, dua sosok prajurit es meluncur bak bayangan, melangkah tanpa jejak di atas permukaan salju yang telah membeku kaku.Rendy, yang tengah berlari menyusuri medan yang terselimuti badai, tiba-tiba mengayunkan tubuhnya ke samping. Tepat di saat itulah, sebuah pedang es berkilauan meluncur mendekat, hampir saja menyapu bahunya dengan kecepatan yang mematikan. Udara di sekitar pedang itu bergetar, menampakkan efek membekukan yang menyeramkan pada setiap hal yang disentuhnya."Dekat sekali!" seru Rendy dengan nada terkejut, namun ia tak sempat mengeluh. Dalam satu gerakan refleks, ia memutar badannya dan melayangkan tendangan ke arah bayang-bayang prajurit itu. Namun, tendangannya hanya menyentuh ke
Di balik tirai salju tebal yang menutupi setiap sudut Pegunungan Es Abadi, dunia terlihat seperti lukisan sunyi yang menyimpan keindahan dan kematian sekaligus. Namun, Rendy, dengan tatapan waspada dan langkah yang terukur, tahu bahwa di balik pesona dingin itu tersimpan jebakan mematikan yang dirancang oleh Keluarga Besar Bai. Setiap langkah yang diambilnya terasa bagai melangkah di atas kristal pecah; dingin yang menusuk hingga ke dalam tulang, diiringi oleh ketidakpastian medan yang licin dan berbahaya. Angin kencang menyusup lewat celah-celah antara puncak gunung, mendesis seperti bisikan kematian. Butiran es kecil yang tersapu angin menghantam wajahnya, meninggalkan rasa perih yang membakar, sementara jubah hitamnya menari liar di tengah pusaran salju, kontras dengan hamparan putih yang tak berujung. Rendy menatap sekeliling dengan mata tajam, menyusuri setiap bayangan dan jejak samar yang tertutup salju. Tiba-tiba, ia berhenti. Di bawah langkahnya, ada sebuah bekas jejak yang
Rendy melangkah mantap ke utara, angin dingin menerpa wajahnya, membawa serta butiran salju yang berkilauan di bawah cahaya rembulan. Hembusan napasnya mengepul, seiring dengan tekad yang semakin menguat di dalam dadanya. Ia harus menemui Keluarga Besar Bai secara langsung. Tiga kultivator Bai yang ia biarkan hidup telah menyampaikan pesannya, tetapi ia ragu pesan itu cukup kuat untuk menghentikan mereka."Aku harus memastikan mereka tidak menggangguku saat berhadapan dengan Zhang Wen," gumamnya, kedua matanya menatap lurus ke depan, penuh determinasi.Dalam perjalanannya, Rendy menyadari satu hal: ia telah melewatkan kesempatan menanyakan keberadaan ayahnya kepada Keluarga Xie dan Zhao. Pertarungan sengit dengan mereka telah menyita seluruh perhatiannya, dan kini, hanya Keluarga Besar Bai yang mungkin memiliki jawaban.Pegunungan Es Abadi membentang di hadapannya, rumah bagi Keluarga Besar Bai. Sebuah perkampungan luas tersembunyi di balik lapisan pertahanan berlapis, dengan formasi
Rendy Wang berdiri tegak di antara puing-puing kediaman keluarga Zhao. Angin malam berdesir, membawa aroma debu dan darah yang masih hangat. Kedua pedangnya—Pedang Kabut Darah dan Pedang Penakluk Iblis—berkilauan tajam di bawah cahaya bulan. Di hadapannya, Zhao Tiangxin menatap tajam, jubah patriarknya berkibar ditiup energi qi yang bergetar di sekelilingnya."Naga Perang!" suara Zhao Tiangxin bergema seperti guntur. "Aku akan menunjukkan padamu mengapa aku disebut sebagai Patriark Zhao!"Tangannya terangkat tinggi, telapak tangannya bersinar emas. Dengan satu gerakan sigil tangan, ia menarik energi langit dan bumi. "Formasi Penghancur Langit!"Awan di atas mereka bergolak, berputar membentuk pusaran yang menyedot kekuatan dari sekelilingnya. Udara bergetar, dan dalam sekejap, ratusan tombak qi berwarna emas terbentuk di langit, melayang dengan ujungnya mengarah lurus ke tubuh Rendy.Rendy mengangkat satu alis. "Begitu? Kau pikir formasi ini bisa menghentikanku?"Dengan satu hentakan
Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Rendy melesat ke depan seperti kilatan petir yang menyambar langit. Pedang Penakluk Iblis di tangannya bergetar, memancarkan cahaya merah menyala yang menebarkan hawa kematian di sekelilingnya. Dalam satu tebasan, gelombang energi memancar deras, menggetarkan udara dan menciptakan pusaran angin yang menghantam para praktisi keluarga Zhao dengan kekuatan dahsyat."Kalian yang mencari kematian kalian sendiri! Aku telah memberi kalian kesempatan untuk hidup! Kini, kesempatan itu telah hilang!" teriak Rendy yang bergerak dengan sangat cepat sehingga tidak kelihatan oleh mata biasa.Wuuusssh!Clash!Jeritan kesakitan menggema saat beberapa dari mereka terpental ke belakang, menghantam dinding dengan keras hingga retakan besar terbentuk di sekitarnya. Sementara itu, yang lain bahkan tak sempat menghindar—hanya ada kilatan merah yang membelah tubuh mereka, meninggalkan sisa-sisa tubuh yang jatuh dengan suara berdebum ke tanah."Apa ini? Dasar iblis! Ti
Malam itu, kediaman Keluarga Besar Zhao dipenuhi ketegangan yang merayap di setiap sudut benteng megah mereka. Cahaya lentera berkelap-kelip, memantulkan bayangan tajam dari para kultivator dan praktisi bela diri yang berjaga. Mata mereka tajam, napas tertahan, tangan menggenggam erat senjata seolah bersiap menghadapi bahaya yang sewaktu-waktu bisa menerjang.Di tengah ruang utama yang dipenuhi aroma dupa, seorang pria tua duduk di singgasananya dengan tenang. Rambut dan janggut putihnya tergerai panjang, namun tubuhnya yang bercahaya menunjukkan bahwa usia bukanlah batasan bagi kekuatannya. Zhao Tiangxin, pemimpin Keluarga Besar Zhao, menatap tajam ke arah seorang pengintai yang baru saja kembali dari misi penyelidikan."Siapa yang cukup kejam menghancurkan Keluarga Besar Xie?" Suaranya berat, penuh wibawa, bergema di seluruh ruangan.Kultivator pengintai itu menelan ludah sebelum menjawab, tubuhnya sedikit gemetar. "Lapor, Tuan Besar! Pembunuh Patriark Xie adalah seorang pemuda yang
Rendy Wang berdiri tegap, tubuhnya dikelilingi aura merah dan emas yang berkobar liar, seolah mencerminkan amarah yang membakar dalam dirinya. Luka di bahunya menghangat, darah menetes perlahan, tetapi tatapannya tetap dingin, penuh determinasi.Xie Wu Jie, terhuyung di atas tanah yang retak, mencengkeram dadanya yang kini tercabik oleh tebasan Pedang Penakluk Iblis. Napasnya berat, tetapi di balik wajahnya yang penuh luka, senyum tipis terukir. "Kau pikir ini sudah berakhir?" suaranya parau, tapi penuh kepastian.Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar hebat. Gelombang energi hitam membuncah dari tubuh Xie Wu Jie, menyelimuti langit malam yang semakin kelam. Bayangan-bayangan pekat menjulur dari tanah, berputar-putar seperti tentakel yang mencari mangsa."Roh Pembalasan... Bangkitlah!"Teriakan Xie Wu Jie menggema, dan dari balik bayangan, sesosok entitas raksasa mulai terbentuk. Wujudnya menyerupai iblis bertaring dengan mata merah menyala dan tanduk berliku. Udara menjadi semak
Langit malam membentang kelam, hanya dihiasi bulan pucat yang menggantung dingin di antara gumpalan awan gelap. Udara terasa berat, dipenuhi ketegangan yang nyaris tak tertahankan. Energi bertabrakan di udara, menggetarkan tanah dan membuat dedaunan berdesir liar seakan gemetar ketakutan. Aroma besi yang samar tercium, bercampur dengan hawa panas dari pertarungan yang akan segera meletus.Rendy Wang berdiri dengan kedua kakinya tertanam kokoh di tanah yang mulai retak akibat tekanan kekuatan mereka. Kedua tangannya menggenggam senjata masing-masing—Pedang Kabut Darah yang memancarkan aura merah pekat di tangan kiri, dan Pedang Penakluk Iblis yang berpendar keemasan di tangan kanan. Matanya menyala tajam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Xie Wu Jie melangkah maju, auranya semakin pekat, seperti kabut hitam yang siap melahap segala yang mendekat. Ia memegang tombak hitam dengan ukiran naga yang melilit sepanjang gagangnya, sementara tangan satunya menggenggam tong