Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 150. Kitab Kultivasi

Share

150. Kitab Kultivasi

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-24 22:16:05

Saat helikopter yang membawa Rendy dan Renata mendarat dengan mulus di Pegunungan Andesia, Jessy menatap pemandangan gunung bersalju dengan mata penuh tekad. Dia mengangguk singkat ke arah Rendy sebelum berbalik, bersiap untuk menjalankan misinya yang jauh lebih berbahaya. Tidak ada waktu untuk bersantai. Informasi yang dia peroleh tentang Kitab Kultivasi tidak bisa dianggap remeh, dan lawan utamanya, Sheila, sudah satu langkah di depan.

Begitu Jessy masuk kembali ke helikopter, dia bertukar pandang dengan Ketua Klan Naga Emas, Septian Long, yang duduk di sebelahnya, dan Ketua Merak Putih, Lilian Shang. Keduanya adalah sekutu tangguh, namun Jessy tahu bahwa mereka semua punya agenda masing-masing. Meski tujuan mereka sejalan untuk sementara waktu, kecurigaan tidak pernah sepenuhnya hilang.

Helikopter meluncur di udara malam, menuju Kota Angker di Negeri Malam. Suasana di dalam kabin semakin berat seiring perjalanan mendekati titik krusial. Lilian memandang Jessy dengan tatapan dingin
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   151. Banshee Shakira

    Sheila melancarkan serangan pertama, melesatkan pisau belati ke arah Jessy yang hanya menghindar dengan satu gerakan gesit. Pisau itu terbang membelah udara, nyaris mengenai Jessy yang sudah berdiri tegak dengan sorot mata tajam. Mereka saling mengukur, ketegangan begitu terasa di udara.Dengan sekali hentakan kaki, Sheila kembali melompat maju, melepaskan pukulan yang begitu cepat hingga hanya bayangannya yang tertinggal. Jessy, dengan ketangkasan yang hampir melampaui kemampuan manusia biasa, menepis serangan Sheila. Kilatan senjata logam mereka beradu, mengisi ruangan dengan suara dentingan yang memekakkan telinga. Sheila terus menerjang, dengan gerakan-gerakan liar dan agresif yang seolah-olah tak mengenal batas.“Sudah selesai, Jessy!” Sheila berseru, memutar tubuhnya dengan lincah, dan berhasil menebas ujung lengan baju Jessy, membuat darah mulai merembes keluar. Namun, Jessy tak goyah. Alih-alih gentar, dia menatap Sheila dengan senyum penuh ketenangan.“Jangan terlalu yakin,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Kebangkitan Naga Perang   152. Kesederhanaan Atau Kemewahan?

    Jessy menatap Septian dan Lilian dengan tatapan tegas saat mereka berada dalam perjalanan kembali. "Kalian harus bertemu Naga Perang," katanya, menekankan perintah itu. Meskipun secara operasional ia yang mengatur misi, Jessy tahu, begitu pula mereka, bahwa pada akhirnya, Rendy Wang—si Naga Perang—tetaplah pemimpin tertinggi mereka, sosok di balik semua strategi yang berjalan di dalam Klan Naga Emas.Saat mereka akhirnya tiba, Jessy maju terlebih dahulu menemui Rendy. Dengan hati yang berdebar, ia menyerahkan Kitab Kultivasi itu, kitab yang begitu langka dan berharga hingga mampu mengantarkan seseorang menembus Alam Dewa. Dalam pandangannya, momen ini lebih dari sekadar misi—ini adalah upaya membuktikan diri, bahwa semua keberaniannya adalah untuk mendapatkan pengakuan dan kebanggaan dari sosok pemimpin yang ia hormati lebih dari siapa pun.Rendy menerima kitab itu dengan tatapan tenang, mengangguk singkat tanpa ekspresi berlebihan. Ia meletakkan kitab tersebut di mejanya dengan gerak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Kebangkitan Naga Perang   153. Tiga Artefak Suci

    Rendy memandangi peta holografis, mata tajamnya menyapu detail wilayah di mana dua artefak suci lainnya berada. Kitab Kultivasi Kuno baru langkah awal, dan ia tahu, untuk mengendalikan musuh-musuh yang semakin kuat—The Killer, The Infinity, Sheila dan Empat Penjuru Angin, Clarissa, dan sekarang Shakira dengan Banshee-nya—maka ia membutuhkan kekuatan penuh dari Tiga Artefak Suci."Jessy, ini tugas berat, tapi kau adalah satu-satunya yang sanggup," ujar Rendy, suaranya mantap. "Pedang Langit Lima Elemental dan Golok Penghancur Naga. Kita harus mendapatkan keduanya sebelum mereka berpindah tangan.”Jessy mengangguk, menatap peta yang memperlihatkan pegunungan bersalju yang tampak tak tersentuh manusia, gurun luas yang penuh ilusi, dan sebuah reruntuhan yang tersembunyi di dasar samudra, masing-masing tempat yang diyakini menjadi lokasi dua artefak suci yang tersisa. Sejak lama, legenda menyebutkan bahwa dunia ini dibentuk dari Lima Elemental: Api, Air, Angin, Tanah, dan Petir. Kelima ele

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Kebangkitan Naga Perang   154. Darkness Renata

    Di dalam perjalanan menuju Khatulistiwa, Naga Perang Rendy Wang duduk dalam diam, menatap ke arah jendela jet pribadinya, matanya menyiratkan kecemasan yang tak dapat disembunyikan. Bayangan Cindy Huang berkelebat di benaknya. Terlepas dari segala kemegahan dan kekuasaan yang ia miliki, dalam hatinya Cindy tetaplah seseorang yang penting, lebih dari sekadar gadis penjual lemper sederhana. Ada sesuatu yang tak tergantikan dalam dirinya, sesuatu yang membuat Rendy merasa tenang dan terhubung dengan dunia yang jauh dari hiruk pikuk kekuasaan dan pertempuran.Renata Zhang, yang duduk di kursi seberang, memperhatikan ekspresi Naga Perang dengan hati yang terasa berat. Meski ia selalu mendukung Rendy, kali ini ada kekosongan yang menguasai hatinya. Renata tahu bahwa meski dirinya tangguh dan kompeten dalam segala urusan profesional, ada sesuatu pada Cindy yang membuatnya merasa kalah – ketulusan hati yang belum tentu bisa ia miliki. Ia merasakan persaingan yang aneh di dalam hatinya, bukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Kebangkitan Naga Perang   155. Tuduhan Cindy Huang

    Setibanya di Paradise Hills, Rendy memandang bangunan megah di atas bukit dengan perasaan yang bercampur antara kehati-hatian dan kecemasan. Cindy, yang dulu ia kenal sebagai sosok sederhana, kini telah berubah menjadi pribadi yang jauh lebih kuat dan penuh strategi. Sebagai CEO Huang Corporation, Cindy tidak lagi menyisakan ruang untuk belas kasihan. Setiap ancaman, baik dari pesaing maupun sekutu, ia tangani dengan ketegasan yang semakin mendekati kejam. Sosoknya yang elegan dan dingin kini memiliki aura kekuasaan yang baru, membuatnya disegani dan ditakuti.Cindy berdiri di ruang tamu luas yang menghadap ke arah kedatangan Rendy. Tatapannya tajam, penuh kendali, menunggu seakan ia telah tahu maksud Rendy kembali ke Paradise Hills. Saat Rendy memasuki ruangan, Cindy tidak lagi menunjukkan kelembutan yang dulu menyatukan mereka. Alih-alih, ada sikap dingin yang menyelimuti setiap gerak-geriknya.“Rendy,” sapanya, tanpa senyum. “Aku dengar kau kembali... cukup mendadak. Kupikir kau si

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Kebangkitan Naga Perang   156. Jadi Menantu Tak Berguna Lagi?

    Menyadari jebakan Cindy yang perlahan-lahan menjeratnya, Rendy tahu ia harus memutar otak untuk menghindari pengakuan apa pun yang bisa memperkuat posisi Cindy. Ia tak ingin menjadi alat bagi ambisi Cindy untuk memperluas kekuasaannya. Tanpa ragu, ia menyusun rencana licin—berlagak sebagai Rendy Wang yang dulu, menantu yang menurut ibu mertuanya hanya tahu bermalas-malasan dan bergantung pada kekayaan keluarga Huang.Pagi itu, ia melangkah ke ruang tamu rumah Vera Huang dengan pakaian kasual yang sengaja ia pilih agar terlihat sesederhana mungkin. Vera, yang tengah duduk dengan anggun di sofa, menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, sorot matanya menyiratkan cemoohan yang tak tersembunyi.“Akhirnya menampakkan diri juga,” ujarnya tanpa basa-basi, menyiratkan kekecewaannya. “Kupikir kau sibuk mengurus hal-hal tak penting.”Rendy tersenyum lemah, mengesankan rasa malu dan ketidakberdayaan. “Maafkan aku, Ma. Aku hanya ingin memastikan Cindy tidak kesusahan. Tentu saja, aku sadar kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Kebangkitan Naga Perang   157. Kepulauan Tropis

    Rendy memutuskan untuk segera mengunjungi Kristin di Kepulauan Tropis, meskipun kekhawatiran akan Cindy masih membebani pikirannya. Masalah tiga artefak suci yang belum sepenuhnya berhasil dikumpulkan menambah tekanan yang ia rasakan, terutama mengingat betapa pentingnya artefak-artefak itu untuk menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi, perubahan dalam diri Cindy, yang kini menjadi sosok dingin dan penuh ambisi sebagai CEO Huang Corporation, membuatnya merasa semakin asing dengan wanita yang dulu begitu ia kenal.Entah kenapa, Jessy yang telah memiliki dua artefak kuno lainnya yaitu Pedang Langit Lima Elemental dan Golok Penghancur Naga tidak segera menyerahkannya kepada Naga Perang.Rendy mendapatkan alasan yang masuk akal untuk pergi sementara dari rumah Keluarga Huang sehingga kepergiannya yang lama ini tidak akan dipermasalahkan oleh Vera dan Cindy. Di dalam pesawat menuju Kepulauan Tropis, Rendy duduk termenung, menatap keluar jendela. Di balik niatnya untuk menolong Kristin, i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Kebangkitan Naga Perang   158. Masalah di Coconut Islands

    Rendy, alias Naga Perang, menatap serius saat Kristin mulai menjelaskan situasi genting di perbatasan Negeri Khatulistiwa. Informasi dari para mata-mata menyebutkan bahwa Negeri Cakrawala telah menyewa pasukan bayaran profesional dengan keahlian tempur yang hebat untuk melakukan invasi terselubung. Mereka bergerak diam-diam, beroperasi seperti bayangan tanpa menimbulkan kecurigaan besar dari negara-negara tetangga.Kristin melanjutkan, "Pasukan bayaran ini bukan sembarang tentara. Mereka dilatih secara khusus dalam taktik perang gerilya dan sabotase. Jika berhasil masuk, mereka bisa dengan mudah memotong jalur komunikasi dan suplai utama kita." Wajahnya tampak tegang, menunjukkan betapa gentingnya situasi ini.Rendy mendengarkan dengan tenang, namun di dalam hatinya mulai muncul ketegangan. Meski Negeri Cakrawala secara resmi tidak terlibat, Rendy menyadari bahwa mereka menggunakan prajurit bayaran untuk melindungi nama dan reputasi mereka di kancah internasional, tetapi dampaknya sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   447. Formasi Kutub Es

    Di balik tirai salju tebal yang menutupi setiap sudut Pegunungan Es Abadi, dunia terlihat seperti lukisan sunyi yang menyimpan keindahan dan kematian sekaligus. Namun, Rendy, dengan tatapan waspada dan langkah yang terukur, tahu bahwa di balik pesona dingin itu tersimpan jebakan mematikan yang dirancang oleh Keluarga Besar Bai. Setiap langkah yang diambilnya terasa bagai melangkah di atas kristal pecah; dingin yang menusuk hingga ke dalam tulang, diiringi oleh ketidakpastian medan yang licin dan berbahaya. Angin kencang menyusup lewat celah-celah antara puncak gunung, mendesis seperti bisikan kematian. Butiran es kecil yang tersapu angin menghantam wajahnya, meninggalkan rasa perih yang membakar, sementara jubah hitamnya menari liar di tengah pusaran salju, kontras dengan hamparan putih yang tak berujung. Rendy menatap sekeliling dengan mata tajam, menyusuri setiap bayangan dan jejak samar yang tertutup salju. Tiba-tiba, ia berhenti. Di bawah langkahnya, ada sebuah bekas jejak yang

  • Kebangkitan Naga Perang   446. Keluarga Besar Terakhir

    Rendy melangkah mantap ke utara, angin dingin menerpa wajahnya, membawa serta butiran salju yang berkilauan di bawah cahaya rembulan. Hembusan napasnya mengepul, seiring dengan tekad yang semakin menguat di dalam dadanya. Ia harus menemui Keluarga Besar Bai secara langsung. Tiga kultivator Bai yang ia biarkan hidup telah menyampaikan pesannya, tetapi ia ragu pesan itu cukup kuat untuk menghentikan mereka."Aku harus memastikan mereka tidak menggangguku saat berhadapan dengan Zhang Wen," gumamnya, kedua matanya menatap lurus ke depan, penuh determinasi.Dalam perjalanannya, Rendy menyadari satu hal: ia telah melewatkan kesempatan menanyakan keberadaan ayahnya kepada Keluarga Xie dan Zhao. Pertarungan sengit dengan mereka telah menyita seluruh perhatiannya, dan kini, hanya Keluarga Besar Bai yang mungkin memiliki jawaban.Pegunungan Es Abadi membentang di hadapannya, rumah bagi Keluarga Besar Bai. Sebuah perkampungan luas tersembunyi di balik lapisan pertahanan berlapis, dengan formasi

  • Kebangkitan Naga Perang   445. Akhir Keluarga Besar Zhao

    Rendy Wang berdiri tegak di antara puing-puing kediaman keluarga Zhao. Angin malam berdesir, membawa aroma debu dan darah yang masih hangat. Kedua pedangnya—Pedang Kabut Darah dan Pedang Penakluk Iblis—berkilauan tajam di bawah cahaya bulan. Di hadapannya, Zhao Tiangxin menatap tajam, jubah patriarknya berkibar ditiup energi qi yang bergetar di sekelilingnya."Naga Perang!" suara Zhao Tiangxin bergema seperti guntur. "Aku akan menunjukkan padamu mengapa aku disebut sebagai Patriark Zhao!"Tangannya terangkat tinggi, telapak tangannya bersinar emas. Dengan satu gerakan sigil tangan, ia menarik energi langit dan bumi. "Formasi Penghancur Langit!"Awan di atas mereka bergolak, berputar membentuk pusaran yang menyedot kekuatan dari sekelilingnya. Udara bergetar, dan dalam sekejap, ratusan tombak qi berwarna emas terbentuk di langit, melayang dengan ujungnya mengarah lurus ke tubuh Rendy.Rendy mengangkat satu alis. "Begitu? Kau pikir formasi ini bisa menghentikanku?"Dengan satu hentakan

  • Kebangkitan Naga Perang   444. Korban Pedang Penakluk Iblis

    Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Rendy melesat ke depan seperti kilatan petir yang menyambar langit. Pedang Penakluk Iblis di tangannya bergetar, memancarkan cahaya merah menyala yang menebarkan hawa kematian di sekelilingnya. Dalam satu tebasan, gelombang energi memancar deras, menggetarkan udara dan menciptakan pusaran angin yang menghantam para praktisi keluarga Zhao dengan kekuatan dahsyat."Kalian yang mencari kematian kalian sendiri! Aku telah memberi kalian kesempatan untuk hidup! Kini, kesempatan itu telah hilang!" teriak Rendy yang bergerak dengan sangat cepat sehingga tidak kelihatan oleh mata biasa.Wuuusssh!Clash!Jeritan kesakitan menggema saat beberapa dari mereka terpental ke belakang, menghantam dinding dengan keras hingga retakan besar terbentuk di sekitarnya. Sementara itu, yang lain bahkan tak sempat menghindar—hanya ada kilatan merah yang membelah tubuh mereka, meninggalkan sisa-sisa tubuh yang jatuh dengan suara berdebum ke tanah."Apa ini? Dasar iblis! Ti

  • Kebangkitan Naga Perang   443. Badai Keluarga Besar Zhao

    Malam itu, kediaman Keluarga Besar Zhao dipenuhi ketegangan yang merayap di setiap sudut benteng megah mereka. Cahaya lentera berkelap-kelip, memantulkan bayangan tajam dari para kultivator dan praktisi bela diri yang berjaga. Mata mereka tajam, napas tertahan, tangan menggenggam erat senjata seolah bersiap menghadapi bahaya yang sewaktu-waktu bisa menerjang.Di tengah ruang utama yang dipenuhi aroma dupa, seorang pria tua duduk di singgasananya dengan tenang. Rambut dan janggut putihnya tergerai panjang, namun tubuhnya yang bercahaya menunjukkan bahwa usia bukanlah batasan bagi kekuatannya. Zhao Tiangxin, pemimpin Keluarga Besar Zhao, menatap tajam ke arah seorang pengintai yang baru saja kembali dari misi penyelidikan."Siapa yang cukup kejam menghancurkan Keluarga Besar Xie?" Suaranya berat, penuh wibawa, bergema di seluruh ruangan.Kultivator pengintai itu menelan ludah sebelum menjawab, tubuhnya sedikit gemetar. "Lapor, Tuan Besar! Pembunuh Patriark Xie adalah seorang pemuda yang

  • Kebangkitan Naga Perang   442. Kehancuran Keluarga Besar Xie

    Rendy Wang berdiri tegap, tubuhnya dikelilingi aura merah dan emas yang berkobar liar, seolah mencerminkan amarah yang membakar dalam dirinya. Luka di bahunya menghangat, darah menetes perlahan, tetapi tatapannya tetap dingin, penuh determinasi.Xie Wu Jie, terhuyung di atas tanah yang retak, mencengkeram dadanya yang kini tercabik oleh tebasan Pedang Penakluk Iblis. Napasnya berat, tetapi di balik wajahnya yang penuh luka, senyum tipis terukir. "Kau pikir ini sudah berakhir?" suaranya parau, tapi penuh kepastian.Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar hebat. Gelombang energi hitam membuncah dari tubuh Xie Wu Jie, menyelimuti langit malam yang semakin kelam. Bayangan-bayangan pekat menjulur dari tanah, berputar-putar seperti tentakel yang mencari mangsa."Roh Pembalasan... Bangkitlah!"Teriakan Xie Wu Jie menggema, dan dari balik bayangan, sesosok entitas raksasa mulai terbentuk. Wujudnya menyerupai iblis bertaring dengan mata merah menyala dan tanduk berliku. Udara menjadi semak

  • Kebangkitan Naga Perang   441. Rendy Wang vs Xie Wu Jie - II

    Langit malam membentang kelam, hanya dihiasi bulan pucat yang menggantung dingin di antara gumpalan awan gelap. Udara terasa berat, dipenuhi ketegangan yang nyaris tak tertahankan. Energi bertabrakan di udara, menggetarkan tanah dan membuat dedaunan berdesir liar seakan gemetar ketakutan. Aroma besi yang samar tercium, bercampur dengan hawa panas dari pertarungan yang akan segera meletus.Rendy Wang berdiri dengan kedua kakinya tertanam kokoh di tanah yang mulai retak akibat tekanan kekuatan mereka. Kedua tangannya menggenggam senjata masing-masing—Pedang Kabut Darah yang memancarkan aura merah pekat di tangan kiri, dan Pedang Penakluk Iblis yang berpendar keemasan di tangan kanan. Matanya menyala tajam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Xie Wu Jie melangkah maju, auranya semakin pekat, seperti kabut hitam yang siap melahap segala yang mendekat. Ia memegang tombak hitam dengan ukiran naga yang melilit sepanjang gagangnya, sementara tangan satunya menggenggam tong

  • Kebangkitan Naga Perang   440. Rendy Wang vs Xie Wu Jie

    Angin malam berembus liar, menggugurkan dedaunan kering yang beterbangan di antara dua sosok yang berdiri berhadapan. Mata Rendy Wang menyala tajam, kilatan emas berpendar di irisnya, sementara Xie Wu Jie berdiri tegap dengan senyum meremehkan. Tidak tampak rasa takut sedikit pun terhadap Naga Perang padahal Rendy telah berhasil menghancurkan segel kunonya yaitu Formasi Tujuh Dewa Iblis Langit yang membuat kediaman Keluarga Xie terbuka untuk umum.Tanpa aba-aba, Rendy mengayunkan Pedang Penakluk Iblisnya. Kilatan keemasan membelah udara, meledak ke arah lawannya seperti ombak yang mengamuk. Gelombang energi yang ia lepaskan begitu kuat hingga tanah di bawahnya retak, menciptakan pola pecahan yang berpusat di kakinya.Namun, Xie Wu Jie tetap bergeming. Dengan satu tangan, ia membentuk segel aneh di udara, menciptakan perisai energi transparan yang menyerap serangan itu seakan tidak berarti."Hah!" Xie Wu Jie terkekeh meremehkan. "Pedangmu memang legendaris, tapi kekuatanmu masih belum

  • Kebangkitan Naga Perang   439. Kehancuran Keluarga Besar Xie

    Langkah Rendy menggema di sepanjang jalan berbatu menuju kediaman Keluarga Xie. Setiap derap kakinya terasa berat, namun tak ada keraguan dalam sorot matanya. Cahaya bulan menggantung pucat di langit, memantulkan bayangan tubuhnya yang berlumuran darah—bukan darahnya, melainkan darah para lawan yang telah ia tumbangkan. Aroma anyir masih melekat di bajunya yang terkoyak, namun itu tak menghambat langkahnya.Udara malam dipenuhi kesunyian yang menyesakkan, seolah alam pun menahan napas, menyaksikan kehadiran seorang lelaki yang datang membawa badai. Di halaman luas kediaman Xie, bayangan manusia mulai bergerak. Satu per satu, para praktisi bela diri Keluarga Xie bermunculan dari kegelapan, mengenakan jubah hitam bersulam lambang keluarga mereka. Mata mereka, penuh dengan kilatan kebencian yang telah mengendap bertahun-tahun, menatapnya tanpa sedikit pun rasa gentar.Seorang lelaki bertubuh tegap melangkah ke depan, wajahnya dipenuhi bekas luka yang menandakan pengalaman tempurnya. Suar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status